"Gereja adalah rumah Allah, tempat suci, rumah doa, tempat berkumpulnya umat, Tubuh Kristus.... Gereja adalah Surga di bumi tempat Allah yang transenden berdiam seolah-olah di rumah-Nya sendiri dan berlalu, tetapi Gereja juga merupakan kesan (antitypos) dari Penyaliban, makam, dan Kebangkitan.... Gereja adalah rumah Allah tempat kurban mistik pemberi hidup dirayakan, sekaligus bagian paling intim dari tempat suci dan gua suci. Di dalamnya sebenarnya terdapat makam dan meja, makanan bagi jiwa dan jaminan kehidupan. Di dalam Gereja, akhirnya, ditemukan mutiara-mutiara berharga yang benar dan tepat yang merupakan dogma pengajaran ilahi yang ditawarkan Tuhan secara langsung kepada para pengikut-Nya" - Patriark Germanus, Homili tentang Persembahan Maria di Bait Allah, (PG 98, kol. 384B-385A).
Antifon Pembuka (Ydt 13:23-25)
Diberkatilah engkau, Santa Perawan Maria, oleh Allah yang Mahatinggi melebihi semua wanita. Namamu diharumkan oleh Tuhan dan dimasyhurkan orang senantiasa.
Doa Pagi
Allah Bapa, sumber segala rahmat dan kurnia, peringatan Santa Perawan Maria kami rayakan. Semoga berkat doa dan permohonannya kami dipenuhi dengan rahmat-Mu. Dengan pengantaraan Tuhan kami, Yesus Kristus, Putra-Mu, yang hidup dan berkuasa bersama Dikau dalam persatuan Roh Kudus, Allah, sepanjang segala masa. Amin.
Alfonso Boschi/Public Domain via WikiPedia |
Bacaan dari Kitab Wahyu (5:1-10)
Aku, Yohanes, melihat Seorang yang duduk di atas takhta di surga; dengan tangan kanan Dia memegang sebuah gulungan kitab. Kitab itu ditulis sebelah dalam dan sebelah luarnya dan dimeterai dengan tujuh meterai. Dan aku melihat seorang malaikat yang gagah, yang berseru dengan suara nyaring, katanya, "Siapakah yang layak membuka gulungan kitab itu dan membuka meterai-meterainya?" Tetapi tak seorang pun di surga atau di bumi atau di bawah bumi yang dapat membuka gulungan kitab itu atau melihat sebelah dalamnya. Maka menangislah aku dengan amat sedihnya, karena tidak seorang pun dianggap layak untuk membuka gulungan kitab itu atau pun melihat sebelah dalamnya. Lalu berkatalah seorang dari tua-tua itu kepadaku, "Jangan menangis! Sesungguhnya singa dari suku Yehuda, yaitu tunas Daud, telah menang. Dialah yang dapat membuka gulungan kitab itu dan membuka ketujuh meterainya. "Maka aku melihat seekor Anak Domba berdiri di tengah-tengah takhta dan ditengah-tengah keempat makhluk serta orang tua-tua itu. Anak Domba itu kelihatan seperti telah disembelih, Ia bertanduk tujuh dan bermata tujuh. Itulah ketujuh Roh Allah yang diutus ke seluruh bumi. Lalu datanglah Anak Domba itu dan menerima gulungan kitab dari tangan Dia yang duduk di atas takhta itu. Ketika Ia mengambil gulungan kitab itu, tersungkurlah keempat makhluk dan kedua puluh empat orang tua-tua di hadapan Anak Domba. Mereka masing-masing memegang sebuah kecapi, dan sebuah cawan emas penuh dengan kemenyan. Itulah doa orang-orang kudus. Dan mereka menyanyikan sebuah lagu baru katanya, 'Layaklah Engkau menerima gulungan kitab dan membuka ketujuh meterainya. Sebab Engkau telah disembelih, dan dengan darah-Mu telah membeli mereka bagi Allah dari setiap suku, bahasa, kaum dan bangsa. Engkau telah membuat mereka menjadi suatu kerajaan, dan menjadi imam-imam bagi Allah kita, dan mereka sebagai raja akan memerintah di bumi."
Demikianlah sabda Tuhan
U. Syukur kepada Allah.