| Home | Bacaan Harian | Support Renungan Pagi | Renungan Minggu Ini | Kisah Para Kudus | Katekese Iman Katolik | Privacy Policy |

CARI RENUNGAN

>

Kamis, 15 Januari 2009

Kamis, 15 Januari 2009
Hari Biasa Pekan I


Bacaan Pertama
Pembacaan dari Surat kepada orang Ibrani (3:7-14)


"Hendaklah kalian saling menasehati setiap hari, selama masih dapat dikatakan 'hari ini'."

Saudara-saudara, dikatakan Roh Kudus: "Pada hari ini jika kamu mendengar suara-Nya, janganlah keraskan hatimu seperti dalam kegeraman, pada waktu pencobaan di padang gurun, di mana nenek moyangmu mencobai Aku dengan jalan menguji Aku, sekalipun mereka melihat perbuatan-perbuatan-Ku, empat puluh tahun lamanya. Itulah sebabnya Aku murka kepada angkatan itu, dan berkata: Selalu mereka sesat hati, dan tidak mengenal jalan-Ku, sehingga Aku bersumpah dalam murka-Ku: Mereka takkan masuk ke tempat perhentian-Ku." Waspadalah, hai saudara-saudara, supaya di antara kamu jangan terdapat seorang yang hatinya jahat dan yang tidak percaya oleh karena ia murtad dari Allah yang hidup. Tetapi nasihatilah seorang akan yang lain setiap hari, selama masih dapat dikatakan "hari ini", supaya jangan ada di antara kamu yang menjadi tegar hati karena tipu daya dosa. Karena kita telah beroleh bagian di dalam Kristus, asal saja kita teguh berpegang pada keyakinan iman kita yang semula sampai kepada akhirnya.
Demikianlah sabda Tuhan.
Syukur kepada Allah

Mazmur Tanggapan
(Mzm 95:6-7c.8-9.10-11)
Ref. Hari ini dengarkanlah suara Tuhan, "Janganlah kalian bertegar hati."

Bait Pengantar Injil
Ref. Alleluya
Ayat. Yesus mewartakan kerajaan Allah dan menyembuhkan semua orang sakit.

Bacaan Injil
Inilah Injil Yesus Kristus menurut Markus (1:40-45)

"Orang kusta lenyap penyakitnya dan menjadi tahir."

Sekali peristiwa, seorang sakit kusta datang kepada Yesus. Sambil berlutut di hadapan Yesus, ia mohon bantuan-Nya, katanya, "Kalau Engkau mau, Engkau dapat mentahirkan aku." Maka tergeraklah hati Yesus oleh belas kasihan, lalu Ia mengulurkan tangan-Nya, menjamah orang itu, dan berkata kepadanya, "Aku mau, jadilah engkau tahir." Seketika itu juga lenyaplah penyakit kusta orang itu, dan ia menjadi tahir. Segera Yesus menyuruh orang itu pergi dengan peringatan keras, kata-Nya, "Ingatlah, janganlah engkau memberitahukan hal ini kepada siapa pun, tetapi pergilah, perlihatkanlah dirimu kepada imam, dan persembahkanlah untuk pentahiranmu persembahan yang diperintahkan oleh Musa, sebagai bukti bagi mereka." Tetapi orang itu pergi memberitakan peristiwa itu dan menyebarkannya ke mana-mana sehingga Yesus tidak dapat lagi terang-terangan masuk ke dalam kota. Yesus tinggal di luar kota di tempat-tempat yang sepi; namun orang terus juga datang kepada-Nya dari segala penjuru.
Inilah Injil Tuhan kita!
Sabda-Mu sungguh mengagumkan!


Renungan


Berrefleksi atas bacaan-bacaan hari ini saya sampaikan catatan-catatan sederhana sebagai berikut:

Sakit dan sembuh dari sakit pertama-tama dan terutama, selain karena obat atau bantuan medis, hemar saya adalah sikap dari orang yang bersangkutan yang sedang sakit dan menghendaki untuk sembuh, entah sakit hati, sakit jiwa, sakit akal budi atau sakit tubuh/phisik. Jika kita jujur kiranya kita semua saat ini dalam keadaan sakit dan mendambakan penyembuhan dari penyakit agar hidup segar bugar, sehat jasmani dan rohani. Maka bercermin dari kisah Warta Gembira di atas marilah kita meneladan 'seorang yan sakit kusta' yang mohon penyembuhan dari Yesus atau Yesus yang dengan rela hati menyembuhkan mereka yang mohon untuk disembuhkan.

1. Pertama-tama marilah dengan rendah hati meneladan orang yang sakit kusta dengan menyadari dan menghayati sakit yang sedang kita derita dan siap sedia untuk disembuhkan orang siapapun yang kita percaya dapat menyembuhkan. Yang memprihatinkan kiranya adalah sakit hati atau sakit jiwa, yang sering kurang disadari oleh kebanyakan orang, karena sakitnya baru 5%, 10% atau 25% dan belum 100%. Maka untuk membantu melihat dan menyadari sakit kita, marilah kita mohon bantuan dari orang lain yang cukup kenal dengan cara hidup dan cara bertindak kita. Ketika kita berani menyadari dan menyakiti sakit kita dan dengan rendah hati mohon penyembuhan maka pada saat itu juga penyembuhan mulai terjadi, dan mungkin tanpa diobati oleh orang lain dapat sembuh dengan sendirinya.

2. Dalam kehidupan bersama sering ada orang lain yang datang mohon maaf atau pengampunan, maka marilah meneladan Yesus, dengan jiwa besar dan hati rela berkorban memberi pengampunan dan melupakan segala kesalahan yang telah dilakukan. Dan biarlah kasih pengampunan yang kita berikan disebarluaskn kemana-mana sesuai dengan kehendak dan kemauannya.

"Waspadalah, hai saudara-saudara, supaya di antara kamu jangan terdapat seorang yang hatinya jahat dan yang tidak percaya oleh karena ia murtad dari Allah yang hidup. Tetapi nasihatilah seorang akan yang lain setiap hari, selama masih dapat dikatakan "hari ini", supaya jangan ada di antara kamu yang menjadi tegar hatinya karena tipu daya dosa "(Ibr 3:12-13). Pesan ini kiranya baik menjadi pedoman atau acuan cara hidup dan cara bertindak kita dimanapun dan kapanpun. Marilah kita dengan rendah hati saling menasihati dan mengingatkan ketika sedang menghadapi 'tipu daya dosa'. Jika ada saudara atau sesama kita sedang menghadapi tipu daya dosa dan kita tidak menasihati dan membantunya, berarti kita salah; sebaliknya ketika kita sedang dalam keadaan 'tipu daya dosa' serta tidak melihatnya dan ditegor atau diingatkan orang lain hendaknya dengan jiwa besar dan rendah hati menerimanya serta berterima kasih atas perhatian dan kasihnya. Sebaiknya jangan menunda untuk menasihati atau mengingatkan, melainkan secara langsung saja menasihati dan mengingatkan saudara atau sesama kita yang sedang menghadapi 'tipu daya dosa'. Dengan kata lain kita semua dipanggil untuk meluruskan atau memperbaiki aneka bentuk struktur hidup dan kerja bersama yang dapat merangsang orang untuk berbuat dosa. Sebagai contoh ada orang yang berpakaian tidak pantas alias merangsang orang lain untuk berpikir jahat dan berbuat dosa, hendaknya saat itu segera kita tegor dan ingatkan agar menghadirkan diri tidak merangsang orang lain berpikir jahat dan berbuat dosa. Menempatkan uang atau harta benda berharga seenaknya, di sembarang tempat juga merangsang orang untuk berpikir jahat dan berbuat dosa. Marilah kita saling menghadirkan diri sedemikian rupa sehingga tidak merangsang orang lain untuk berpikir jahat dan berbuat dosa.

Renungan: Ignatius Sumarya, SJ (st-andreas.or.id)
Bacaan KS: RUAH




Photobucket

renunganpagi.id 2024 -

Privacy Policy