| Home | Bacaan Harian | Support Renungan Pagi | Renungan Minggu Ini | Kisah Para Kudus | Katekese Iman Katolik | Privacy Policy |

CARI RENUNGAN

>

Selasa, 17 Februari 2009

Selasa, 17 Februari 2009
Hari Biasa Pekan VI

Sebab aku yakin, bahwa penderitaan zaman sekarang ini tidak dapat dibandingkan dengan kemuliaan yang akan dinyatakan kepada kita --- Rm 8:18

Doa Renungan Pagi

Allah Bapa yang mahakuasa, hari ini Engkau menegur rasul-Mu agar mengerti dan memahami makna sabda-Mu. Semoga kami Kaumampukan untuk mengerti, memahami, dan mengalami dengan berkat-Mu segala peristiwa dimana Engkau berbicara di dalamnya. Engkaulah Tuhan, kini dan sepanjang masa. Amin.

Bacaan Pertama
Pembacaan dari Kitab Kejadian (6:5-8; 7:1-5.10)

"Aku akan menghapuskan manusia yang Kuciptakan dari muka bumi."


Tuhan melihat bahwa kejahatan manusia di bumi semakin besar, dan kecenderungan hati mereka selalu membuahkan kejahatan semata-mata. Maka menyesallah Tuhan, bahwa Ia menjadikan manusia di bumi, dan hal itu memilukan hati-Nya. Bersabdalah Tuhan, "Aku akan menghapuskan manusia yang Kuciptakan dari muka bumi, baik manusia maupun hewan, dan binatang-binatang melata maupun burung-burung di udara, sebab Aku menyesal, bahwa Aku telah menjadikan mereka". Tetapi Nuh mendapat kasih karunia di hadapan Tuhan. Maka bersabdalah Tuhan kepada Nuh, "Masuklah ke dalam bahtera, engkau dan seisi rumahmu, sebab engkaulah yang Kulihat benar di hadapan-Ku di antara orang zaman ini. Dari segala binatang yang tidak haram, haruslah kauambil tujuh pasang, jantan dan betina. Juga dari burung-burung di udara tujuh pasang, jantan dan betina, supaya terpeliharalah keturunannya di seluruh bumi. Sebab tujuh hari lagi Aku akan menurunkan hujan ke atas bumi empat puluh hari empat puluh malam lamanya. Dan Aku akan menghapuskan dari muka bumi segala yang ada, yang Kujadikan itu". Lalu Nuh melakukan segala yang diperintahkan Tuhan kepadanya. Setelah tujuh hari datanglah air bah meliputi bumi.
Demikianlah sabda Tuhan
Syukur kepada Allah.

Mazmur Tanggapan PS 846
R : Tuhan memberkati umat-Nya dengan damai sejahtera.
Ayat.
(Mzm 29:1a.2.3ac-4.3b.9b-10)
1. Sampaikanlah kepada Tuhan, hai penghuni surga, sampaikanlah kepada Tuhan kemuliaan nama-Nya, sujudlah kepada Tuhan dengan berhiaskan kekudusan!
2. Suara Tuhan terdengar di atas air, suara Tuhan mengguruh di atas air yang besar. Suara Tuhan penuh kekuatan, suara Tuhan penuh semarak.
3. Allah yang mulia mengguntur, di dalam bait-Nya setiap orang berseru, "Hormat!" Tuhan bersemayam di atas air bah, Tuhan bersemayam sebagai Raja untuk selama-lamanya.

Bait Pengantar Injil
Ref. Alleluya
Jika seorang mengasihi Aku, ia akan mentaati sabda-Ku. Bapa-Ku akan mengasihi dia, dan Kami akan datang kepadanya.

Bacaan Injil
Inilah Injil Yesus Kristus menurut Markus (8:14-21)


"Awaslah terhadap ragi orang Farisi dan ragi Herodes."

Pada suatu hari murid-murid Yesus lupa membawa roti. Hanya sebuah roti saja yang ada pada mereka dalam perahu. Lalu Yesus memperingatkan mereka, kata-Nya, "Berjaga-jaga dan awaslah terhadap ragi orang Farisi dan ragi Herodes". Maka mereka berpikir-pikir, dan seorang berkata kepada yang lain, "Itu dikatakan-Nya karena kita tidak mempunyai roti". Ketika Yesus tahu, apa yang mereka perbincangkan, Ia berkata, "Mengapa kalian memperbincangkan soal tidak ada roti? Belum jugakah kalian memahami dan mengerti? Telah degilkah hatimu? Kalian mempunyai mata, tidakkah kalian melihat? Dan kalian mempunyai telinga, tidakkah kalian mendengar? Sudah lupakah kalian waktu Aku memecah-mecahkan lima roti untuk lima ribu orang itu, berapa bakul penuh potongan-potongan roti yang kalian kumpulkan?" Jawab mereka, "Tujuh bakul". Lalu kata Yesus kepada mereka, "Masihkah kalian belum mengerti?"
Demikianlah Injil Tuhan
Terpujilah Kristus.


Renungan

Berrefleksi atas bacaan-bacaan hari ini saya sampaikan catatan-catatan sederhana sebagai berikut:

"UUD" = Ujung-Ujungnya Duwit, demikiran rumor yang sering muncul mengomentari aneka macam gerakan atau pembicaraan yang menjadi panas karena masalah uang atau harta benda. Memang jika ada pembicaraan yang penting, serius, inti/pokok pada umumnya orang tertidur dan begitu mudah menyetujui aneka saran dan usul, sehingga hasil keputusan percakapan bersama tidak operasional. Sebaliknya ketika ada pembicaraan atau percakapan perihal uang atau harta benda semuanya tergerak untuk berbicara. Rasanya memang telah terjadi pergeseran yang memprihatinkan, yaitu: karya pelayanan pastoral territorial, sektoral seperti sosial, kesehatan dan pendidikan bergeser menjadi karya bisnis, yang diutamakan atau diperhatikan adalah uang atau untung-rugi secara finansial. Memang uang atau harta benda penting dalam pelayanan, panggilan dan tugas pengutusan, namun bukan yang mutlak atau utama, tetapi sebagai sarana. Kedangkalan sikap mental yang menjadi materialistis itu rasanya juga terjadi dalam diri para murid ketika Yesus bersabda: "Berjaga-jagalah dan awalah terhadap ragi orang Farisi dan ragi Herodes" dan para murid menangkapnya sebagai masalah membawa roti atau tidak. Maka Yesus berkata :"Telah degilkah hatimu?". Hidup beriman dan beragama, pelayanan pastoral atau kerasulan erat kaitannya dengan kecerdasan hati atau kecerdasan spiritual alias unggul dan mahir dalam pembedaan roh. Maka marilah kita renungkan atau refleksikan sabda Yesus :"Telah degilkah hatimu?". Secara khusus saya mengajak dan mengingatkan mereka yang berkecimpung dalam pelayanan pastoral pendidikan entah secara formal maupun informal: hendaknya diutamakan agar anak-anak/peserta didik menjadi baik, bukan pandai, menjadi pribadi yang berbudi pekerti luhur. Memang untuk membantu anak atau peserta didik tumbuh berkembang menjadi pribadi baik dan berbudi pekerti luhur lebih berat dan sulit dari pada menjadi pandai atau cerdas intelektual.

Nuh melakukan segala yang diperintahkan TUHAN kepadanya" (Kej 7:5). Orang baik dan berbudi pekerti luhur senantiasa "melakukan segala yang diperintahkan Tuhan kepadanya", maka juga peka terhadap tanda-tanda zaman serta mendengarkan aneka saran atau nasihat agar terbebas dari malapetaka yang dapat terjadi sewaktu-waktu. Aneka macam musibah atau bencana alam seperti banjir dan tanah longsor merupakan buah dari perilaku manusia berdosa dan serakah, yant tak berbudi pekerti luhur. Perumahan-perumahan yang kena musibah banjir seperti yang terjadi di Jakarta dan sekitarnya merupakan bukti keserakahan manusia. Tempat-tempat tersebut di masa lalu adalah rawa-rawa tempat penampungan air hujan; bukit-bukit di daerah Puncak dan sekitarnya adalah hutan yang menampung air hujan dan kemudian menjadi sumber air kehidupan. Nah ketika tempat-tempat itu dengan serakah berubah menjadi bangunan beton maka wajarlah banjir bandang terjadi. Sudah berkali-kali diingatkan dan disuarakan pentingnya menjaga keberisihan lingkungan hidup, pelestarian hutan dan situs-situs penampungan air hujan, namun semuanya disikapi bagaikan angin berlalu begitu saja. Maka meneladan Nuh, marilah kita lakukan segala yang diperintahkan Tuhan, antara lain terkait dengan lingkungan hidup dan musibah banjir hendaknya 'Kembalikan situs-situs penampungan air hujan maupun hutan, dan jauhkan aneka bentuk keserakahan untuk merusak alam, bum ciptaan Tuhan'. Semoga aneka macam musibah banjir dan tanah longsor yang terjadi akhir-akhir ini sungguh menjadi pelajaran atau peringatan untuk diindahkan dan dilaksanakan.
[Ignatius Sumarya, SJ]


"Kepada TUHAN, hai penghuni sorgawi, kepada TUHAN sajalah kemuliaan dan kekuatan! Berilah kepada TUHAN kemuliaan nama-Nya, sujudlah kepada TUHAN dengan berhiaskan kekudusan! Suara TUHAN di atas air, Allah yang mulia mengguntur, TUHAN di atas air yang besar. Suara TUHAN penuh kekuatan, suara TUHAN penuh semarak." (Mzm 29:1-4)

renunganpagi.id 2024 -

Privacy Policy