| Home | Bacaan Harian | Support Renungan Pagi | Renungan Minggu Ini | Kisah Para Kudus | Katekese Iman Katolik | Privacy Policy |

CARI RENUNGAN

>

Surat Gembala Prapaskah 2009

SURAT GEMBALA PRAPASKA
SABTU DAN MINGGU, 21-22 FEBRUARI 2009

Para Ibu/Bapak/Suster/Bruder/
Kaum Muda/Anak-anak dan Remaja yang terkasih,

1. Beberapa hari lagi, kita akan memasuki masa Prapaska. Pada masa ini secara khusus kita diajak untuk menyadari bahwa kita adalah orang-orang berdosa. Keadaan kita sebagai orang berdosa diungkapkan oleh Nabi Yesaya ”…engkau memberati Aku dengan dosamu; engkau menyusahi Aku dengan kesalahanmu” (Yes 43:24). Keadaan yang sama disadari oleh pemazmur yang berseru, “…terhadap Engkau aku berdosa” (Mzm 41:5b). Kesadaran bahwa kita adalah orang berdosa dapat membuat kita kehilangan kepercayaan diri, tidak berdaya, lumpuh. Namun kesadaran yang sama dapat membuat kita menjadi semakin rendah hati: tidak mengandalkan kekuatan sendiri, melainkan menyandarkan diri pada kebaikan dan kerahiman Allah.

2. Selain menyadari diri sebagai orang berdosa, kita juga diajak mengalami masa Prapaska ini sebagai masa yang penuh rahmat dengan semakin menyadari bahwa Allah Mahabaik dan Maharahim terhadap kita. Sabda Tuhan yang diwartakan pada hari ini juga mengajak kita untuk percaya kepada Allah yang Mahabaik dan Maharahim, yang membaharui kehidupan: ”Lihat, Aku hendak membuat sesuatu yang baru, yang sekarang sudah tumbuh, belumkah kamu mengetahuinya?” (Yes 43:19). Hidup baru itu telah diperoleh bagi kita oleh Yesus, Anak Manusia yang berkuasa mengampuni dosa (Mrk 2:10). Nabi Yesaya menggambarkan hidup baru itu dengan sangat indah: ”Ya, Aku hendak membuat jalan di padang gurun dan sungai-sungai di padang belantara” (Yes 43:19). Hidup baru yang sama terwujud dalam diri orang lumpuh yang dibebaskan dari kelumpuhannya (Mrk 2:11-12). Pembaharuan hidup yang dikerjakan oleh Allah ini membuat orang-orang yang melihatnya takjub dan memuliakan Allah (Yes 43:21; Mrk 2:12).


Saudari-saudaraku yang terkasih,


3. Ada banyak beban hidup dan / atau dosa yang membuat seseorang dapat lumpuh dalam berbagai tataran arti: lumpuh semangatnya, lumpuh jiwanya, lumpuh hidup rohaninya. Salah satunya adalah hubungan-hubungan yang tidak baik dengan sesama. Ini dapat terjadi di antara kawan, keluarga, masyarakat dan bangsa. Surat Rasul Paulus yang kedua kepada jemaat di Korintus (Bacaan ke-2) menyadarkan kita akan hal itu. Rasul Paulus berkata, “Demi Allah yang setia, janji kami kepada kamu bukanlah serentak ‘ya’ dan ‘tidak’ “ (2 Kor 1:18). Rupanya jemaat di Korintus menganggap Rasul Paulus tidak dapat dipercaya karena ia tidak jadi datang ke Korintus. Dengan demikian hubungannya dengan jemaat menjadi tidak serasi lagi. Dalam keadaan seperti ini Rasul Paulus menulis, “Aku tidak (jadi) datang ke Korintus untuk menyayangkan kamu … kami mau turut bekerja untuk sukacitamu” (ay 23-24). Rasul Paulus, khususnya dalam hubungan dengan jemaat di Korintus “dikuasai oleh ketulusan dan kemurnian dari Allah … oleh kekuatan kasih karunia Allah” (ay 12). Dengan kata-kata itu, Rasul Paulus ingin membangun kembali hubungan yang tidak serasi atau rusak antara dirinya dengan jemaat di Korintus, karena salah paham dan berbagai macam alasan lain. Rasul Paulus menegaskan, bahwa dirinya tidak mempunyai maksud-maksud tersembunyi apapun. Ia hanya menghendaki yang baik bagi jemaat di Korintus. Dan ternyata berbagai usaha Rasul Paulus untuk memulihkan hubungan yang rusak dengan jemaat di Korintus berhasil. Setelah hubungan baik berhasil dipulihkan, Rasul Paulus dapat menggerakkan jemaat di Korintus untuk ikut terlibat dalam pelayanan kasih (bdk 2 Kor 8-9), mewujudkan semangat setiakawan dengan membantu saudara-saudara yang sedang menderita.


Saudari-saudaraku yang terkasih,


4. Tema Aksi Puasa Pembangunan tahun ini bertema, “Bersama Kaum Muda Memberdayakan Hubungan Antar Umat Beriman”. Jujur harus diakui, bahwa memberdayakan hubungan antara umat berbeda agama bukanlah hal yang mudah. Sejarah hubungan antar umat beragama bukanlah sejarah yang hanya baik dan mulus. Sejarah ini menyimpan berbagai macam konflik yang mengakibatkan luka-luka batin. Sejarah dan akibat-akibatnya ini perlu kita akui dan terima dengan hati yang tulus. Kita perlu menyembuhkan luka-luka sejarah itu. Kalau luka-luka itu dapat disembuhkan, hubungan-hubungan kita pun akan diperbaharui. Dan kalau hubungan-hubungan itu berhasil diperbaharui, bersama-sama dengan umat yang berbeda agama, kita dapat bekerjasama untuk membuat berbagai gerakan atau kegiatan: mengembangkan persahabatan antar umat yang berbeda agama, menolak segala macam bentuk kekerasan, bekerjasama untuk kebaikan bersama dan berbagai pelayanan kasih yang lain. Kegiatan-kegiatan yang lebih nyata tentunya perlu direncanakan bersama dan dengan belajar dari kawan-kawan atau komunitas lain yang sudah mempunyai pengalaman.


5. Akhirnya kepada para Ibu/Bapak/Suster/Bruder/Rama/ Kaum Muda/Anak-Anak dan Remaja, saya ucapkan selamat memasuki masa Prapaska. Semoga pembaharuan hidup yang dijanjikan oleh Allah melalui Nabi Yesaya sungguh-sungguh kita alami dalam hidup pribadi, keluarga dan komunitas kita. Semoga usaha kita untuk memulihkan hubungan-hubungan yang tidak serasi antar kita, dalam keluarga dan komunitas diteguhkan oleh rahmat Allah. Semoga pembaharuan yang dikerjakan oleh rahmat ini membuat kita mampu membangun hubungan yang tulus dengan saudara-saudara kita yang berbeda agama dan bersama-sama saudara-saudara kita itu bekerjasama untuk kebaikan bersama. Salam dan Berkat Tuhan bagi para Ibu / Bapak / Suster / Bruder / Rama / beserta seluruh keluarga dan komunitas. Semoga Tuhan meneguhkan niat-niat baik kita.




Semarang, 21 Februari 2009




† Ignatius Suharyo
Uskup Keuskupan Agung Semarang
http://kantorsekretariatkas.multiply.com/journal/item/3
www.kasemarang.org,
http://asia.groups.yahoo.com/group/Komunikasi_KAS/

Photobucket

renunganpagi.id 2024 -

Privacy Policy