Surat Gembala Prapaskah Uskup Keuskupan Agung Jakarta

Dibacakan sebagai pengganti homili pada setiap Misa Sabtu & Minggu 21 & 22 Februari 2009

1) Saudara-saudari umat katolik Keuskupan Agung Jakarta yang terkasih. Hari Rabu Abu mendatang ini kita memasuki masa puasa, masa pertobatan untuk menyongsong Hari raya Paskah. Apa yang mau kita pilih sebagai tema pertobatan ? Di tanah air ada banyak perbuatan tak bertanggung jawab, seperti pembalakan hutan dengan “ illegal loging ”-nya, membangun villa di daerah pegungungan yang hutannya seharusnya dilindungi, sampai dengan semrawutnya cara mengendarai kendaraan di jalan raya yang sibuk. Susahnya orang mendapatkan gas elpiji untuk kebutuhan hidup sehari-hari pasti juga karena ada yang tak bertanggung jawab. Kiranya baik kalau kita memilih tema pertobatan kita : “ Mari bertanggung Jawab…!”, karena terasa mudah sekali orang karena suatu alasan tidak bertanggung jawab. Ajakan untuk bertanggungjawab ini berisi 2 ajakan.

Pertama : bertanggungjawab atas perilaku kita, agar selalu sesuai dengan kehendak Allah.

Kedua : bertanggungjawab atas perilaku kita yang tidak sesuai dengan kehendak Allah. Dengan kata lain bertanggungjawab atas dosa kita.



2) Meski perilaku kita sangat dipengaruhi oleh hal-hal yang menarik dan menguntungkan secara inderawi dan jasmani, namun kitalah yang mengambil sikap dan berbuat berdasarkan hati nurani yang diterangi iman. Bertanggungjawab berarti kita yang memegang kendali, teguh membedakan mana yang baik dan buruk, benar atau sesat. Saat masyarakat mudah dipengaruhi oleh apa yang menarik dan menyenangkan secara inderawi saja, maka bertanggungjawab berarti mengendalikan diri atau menguasai diri, agar perilaku sesuai dengan kehendak Allah. St Paulus membuat perbandingan antara olahragawan yang melatih diri, mengatur dan menguasai diri untuk menggapai kemenangan , dengan kita umat beriman yang juga harus demikian dalam hal menggapai kemenangan surgawi (bdk 1 Kor 9:25 ). Salah satu buah Roh yang pantas dimohon jaman sekarang kecuali kasih adalah penguasaan diri ( bdk Gal 5:21-22 ).



3) Kalau kita berdosa, bertanggungjawab berarti melakukan dua ha;l berikut ini.

Pertama : Seperti telah biasa kita lakukan, kita menyesal, bertobat dan mohon ampun kepada Allah dan selanjutnya tidak mau berbuat dosa lagi. Ini dikukuhkan dalam sakramen pengampunan dosa.

Kedua : ini yang sering kurang disadari, yaitu karena dosa selalu membawa akibat buruk, maka kita juga bertanggung jawab atas akibat buruk dosa kita, dan memperbaikinya. Umpama persaudaraan kita kurang akrab dan ada perselisihan dengan beberapa orang. Maka kita bangun persaudaraan sejati, lewat pemberdayaan umat basis. Ada dosa yang merusak lingkungan hidup, maka kita gerakan penanaman pohon, membuat perespan air dan membuat sampah menjadi berkah.



4) Bertanggungjawab melaksanakan hidup pribadi dan bersama sesuai kehendak Allah adalah membangun dan menyempurnakan cara kita berelasi satu sama lain. Ada perilaku yang tertuju kepada Allah, kepada sesama dan lingkungan hidup. Perilaku yang tertuju kepada Allah, umpama doa pribadi, ibadat bersama umat basis, merayakan ekaristi dan merayakan sakramen lainnya, matiraga dan puasa. Kalau sudah kita dasari oleh semangat kasih, bakti, ketaatan dan kesetiaan, rasanya sudah baik, dan kita biasanya sudah merasa puas. Meski relasi kepada Allah rasanya sudah baik, namun masih harus dinilai dalam kaitannya dengan perilaku terhadap sesama. Allah berkenan dengan doa dan persembahan bakti kita kepada-Nya, kalau kita juga bertanggungjawab atas perilaku kita kepada sesama. Tuhan Yesus dalam injil Matius bersabda “ …jika engkau mempersembahkan persembahanmu diatas mesbah dan engkau teringat akan sesuatu yang ada di dalam hati saudaramu terhadap engkau, tinggalkanlah persembahanmu di depan mesbah itu dan pergilah berdamai dahulu dengan saudaramu, lalu kembali untuk mempersembahkan persembahanmu itu” (Mat 5:23-24).Masih ada lagi sabda Yesus : “Yang kukehendaki ialah belas kasihan dan bukan persembahan… “ ( Mat 9:13). Bahkan nabi Amos sudah menyampaikan Sabda Allah yang senada. Allah tidak berkenan atas korban persembahan umat, karena Allah menginginkan umat bertindak benar dan adil (bdk Amos 5:21-24). Memang cinta kepada Allah dan kepada sesama , dua cinta yang tak dapat dipisah-pisahkan. Mencintai Allah tak dapat meninggalkan tanggungjawab terhadap keluarga, umat basis, lingkungan, tetangga, meluasnya kepada masyarakat nusa dan bangsa. Makin setia kepada Kristus, makin berbakti kepada nusa dan bangsa.



5) Mari kita lihat bagaimana kita berelasi dalam keluarga, umat basis, lingkungan dan di tengah masyarakat. Bertanggungjawab terhadap keluarga berarti: menyempurnakan kesatuan keluarga yang disatukan oleh cinta insani dengan cinta kristiani yang dasarnya dan puncaknya pada iman dan kesatuan dalam Kristus.Kesatuan macam ini memperkokoh kesatuan hidup insani yang terkadang menjadi lemah, lebih-lebih kalau sedang dalam kesulitanm hidup ekonomi dll. Yang bertanggungjawab atas terbentuknya kesatuan semacam itu tentu saja semua, tetapi lebih-lebih ayah dan Ibu. Kalau selama renungan dan merefleksikan peran anda dalam keluarga, anda menemukan kesalahan dan dosa, jangan lupa juga memberi silih dan memperbaiki situasinya.



6) Terbentuknya keluarga sebagai gerja kecil atau umat basis kecil, diharapkan membuat umat basis di paroki semakin kokoh dan persaudaraan di tengah masyarakat semakin subur sehingga kepedulian terhadap masalah nasional juga muncul. Kerusakan lingkungan hidup seperti gundulnya hutan, tanah longsor, banjir dan naiknya panas bumi, dll. Hanya dapat diatasi kalau kita semua bertanggungjawab. Maka gerakan ketenagakerjaan, penghijauan, peresapan air dan mengelola sampah supaya berguna memang gerakan sangat kecil. Namun itu mengingat akan tanggungjawab kita terhadap kehidupan sosial, politik yang lebih luas. Negara adalah milik kita. Kita bertanggungjawab atas kesejahteraan dan kedamaian hidup bersama serta lestarinya lingkungan hidup. Setiap usana agar terciptanya masyarakat yang damai sejahtera, merupakan tanggungjawab kita bersama. Semua yang duduk dalam posisi dapat mengambil keputusan yang berdampak nasional, sangat diharapkan agar mengambil keputusan secara bertanggungjawab, sehingga orang miskin disejahterakan. Yang merasa berdosa dalam relasinya dalam umat basis atau lingkungan serta perbuatan ditengah masyarakat, jangan berhenti pada mengaku dosa, tetapi juga membuat silih dan memperbaiki kerusakannya.



7) Memang kita bertanggungjawab atas perkara yang begitu banyak, luas tetapi mulia. Mulia , karena dengan begitu, sebenarnya kita menanggapi undangan Tuhan Yesus sendiri agar kita terlibat dalam tugas Yesus membarui cara hidup manusia di dunia., membarui dunia dan alam semesta menjadi bumi dan langit yang baru ( bdk Wahyu 21:1 ). Bacaan 1 tadi mengisahkan apa ? Meskipun dosa itu seluruhnya adalah tanggungjawab manusia sendiri yang melakukannya, namun Allah menanggung sendiri dosa kita. Meski Allah bersabda “ Kamu memberati aku dengn dosamu, engkau menyusahi aku dengan kesalahanmu “, namum Allah bersabda “ ..Akulah Dia yang menghapus dosa pemberontakanmu oleh karena aku sendiri dan aku tidak mengingat-ingat dosamu. “ ( bdk Yes 43:24-24 ).Allah berkenan bertanggungjawab atas dosa kita, Allah akan membuat silih bagi dosa kita dan memperbarui segala yang rusak akibat dosa. Pelaksanaan kehendak Allah ini diserahkan kepada Allah Putera yang menjelma menjadi manusia oleh kuasa Roh Kudus, dan wafat di kayu salib sebagai korban tebusan bagi dosa kita. St Paulus menulis dalam bacaan II tadi “ ..Allahlah yang telah meneguhkan kami bersama kamu dalam Kristus. Dia pulalah yang telah mengurapi kita serta memateraikan tanda milik-Nya atas kita. Dialah yang memberikan Roh Kudus di dalam hati kita sebagai jaminan atas semua yang telah disediakan untuk kita. “ ( 2 Kor 1:21-22 ).St Paulus bangga dan bersukacita dilibatkan sebagai rasul dalam karya penyelamatan Allah yang sekaligus memberi sarana untuk menjamin keselamatan itu.



8) Sebagai manusia Tuhan Yesus satu diantara kita, memikul dosa kita dan bertanggungjawab atas dosa kita, mewakili kita di hadapan Allah Bapa. Ketika menjadi korban penebusan, Tuhan Yesus mengikutsertakan kita. Lebih jauh gereja-Nya diikutsertakan dalam kurban penebusan ini ketika secara sakramental; Tuhan Yesus menghadirkan kurban-Nya disalib pada Jumat Agung itu menjadi Perjamuan Ekaristi perdana bersama para rasul. Peristiwa ini diwariskan untuk mengenang Dia sesuai dengan pesan-Nya. Kita yang berdosa, mari dalam Ekaristi menyatukan silih kita dengan korban Kristus sendiri. Dengan kekuatan Ekaristi mari kita memulihkan dan membarui segala yang rusak karena dosa. Demikianlah usulan bahan pertobatan selama masa APP. Bahan APP secara rinci telah disiapkan.



Semoga membantu renungan dan refleksi anda. Amin





Jakarta , Februari 2009



Julius Kardinal Darmaatmadja, SJ

Uskup Agung Jakarta


Photobucket

terima kasih telah mengunjungi renunganpagi.id, jika Anda merasa diberkati dengan renungan ini, Anda dapat membantu kami dengan memberikan persembahan kasih. Donasi Anda dapat dikirimkan melalui QRIS klik link. Kami membutuhkan dukungan Anda untuk terus menghubungkan orang-orang dengan Kristus dan Gereja. Tuhan memberkati

renunganpagi.id 2024 -

Privacy Policy