| Home | Bacaan Harian | Support Renungan Pagi | Renungan Minggu Ini | Kisah Para Kudus | Katekese Iman Katolik | Privacy Policy |

CARI RENUNGAN

>

Kamis, 19 Maret 2009

Kamis, 19 Maret 2009
Hari St Yosef, Suami SP. Maria


Yang Kukehendaki ialah belaskasihan dan bukan persembahan ... --- Mat 12:7

Doa Renungan Pagi
Allah yang mahakuasa, Santo Yusuf, abdi-Mu yang setia telah Kauberi tugas mulia untuk menjaga dan melindungi keluarga kudus di Nazaret yang menjadi awal keselamatan kami. Ajarilah kami hari ini, beriman seperti St. Yusuf yang dengan tekun dan takwa berbakti kepada-Mu mengabdikan diri dalam karya penyelamatan umat manusia yang telah Kaumulai dalam diri Kristus Tuhan kami. Amin.

Bacaan Pertama
Pembacaan dari Kitab Kedua Samuel (7:4-5a.12-14a.16)

"Tuhan Allah akan memberikan kepada Dia takhta Daud bapa-Nya." 

4 Pada suatu malam datanglah firman TUHAN kepada Natan, demikian: 5a "Pergilah, katakanlah kepada hamba-Ku Daud: Beginilah firman TUHAN: 12 Apabila umurmu sudah genap dan engkau telah mendapat perhentian bersama-sama dengan nenek moyangmu, maka Aku akan membangkitkan keturunanmu yang kemudian, anak kandungmu, dan Aku akan mengokohkan kerajaannya. 13 Dialah yang akan mendirikan rumah bagi nama-Ku dan Aku akan mengokohkan takhta kerajaannya untuk selama-lamanya. 14a Aku akan menjadi Bapanya, dan ia akan menjadi anak-Ku.16 Keluarga dan kerajaanmu akan kokoh untuk selama-lamanya di hadapan-Ku, takhtamu akan kokoh untuk selama-lamanya."
Demikianlah sabda Tuhan
Syukur kepada Allah.

Mazmur Tanggapan
Ref. Anak cucunya akan lestari untuk selama-lamanya.
Ayat.
(Mzm 89:2-3.4-5.27.29)
1. Aku hendak menyanyikan kasih setia Tuhan selama-lamanya, hendak menuturkan kesetiaan-Mu turun-temurun. Sebab kasih setia-Mu dibangun untuk selama-lamanya; kesetiaan-Mu tegak seperti langit. 
2. Engkau berkata, "Telah Kuikat perjanjian dengan orang pilihan-Ku, Aku telah bersumpah kepada Daud, hamba-Ku; Aku hendak menegakkan anak cucumu untuk selama-lamanya, dan membangun takhtamu turun-temurun." 
3. Dia pun akan berseru kepada-Ku, "Bapakulah Engkau, Allahku dan gunung batu keselamatanku". Untuk selama-lamanya Aku akan memelihara kasih setia-Ku bagi dia, dan perjanjian-Ku dengannya akan Kupegang teguh".

Bacaan Kedua
Pembacaan dari Surat Rasul Paulus kepada umat di Roma (4:13.16-18.22)

"Sekalipun tidak ada dasar untuk berharap, Abraham toh berharap dan percaya."


13 Saudara-saudara, bukan karena hukum Taurat telah diberikan janji kepada Abraham dan keturunannya, bahwa ia akan memiliki dunia, tetapi karena kebenaran, berdasarkan iman. 16 Karena itulah kebenaran berdasarkan iman supaya merupakan kasih karunia, sehingga janji itu berlaku bagi semua keturunan Abraham, bukan hanya bagi mereka yang hidup dari hukum Taurat, tetapi juga bagi mereka yang hidup dari iman Abraham. Sebab Abraham adalah bapa kita semua, --17 seperti ada tertulis: "Engkau telah Kutetapkan menjadi bapa banyak bangsa" --di hadapan Allah yang kepada-Nya ia percaya, yaitu Allah yang menghidupkan orang mati dan yang menjadikan dengan firman-Nya apa yang tidak ada menjadi ada. 18 Sebab sekalipun tidak ada dasar untuk berharap, namun Abraham berharap juga dan percaya, bahwa ia akan menjadi bapa banyak bangsa, menurut yang telah difirmankan: "Demikianlah banyaknya nanti keturunanmu."22 Karena itu hal ini diperhitungkan kepadanya sebagai kebenaran.
Demikianlah sabda Tuhan
Syukur kepada Allah.

Bait Pengantar Injil PS 965
Ref. Terpujilah Kristus Tuhan, Raja mulia dan kekal
Ayat. Berbahagialah orang yang diam di rumah-Mu, yang memuji-muji Engkau tanpa henti.

Bacaan Injil
Inilah Injil Yesus Kristus menurut Matius (1:16.18-21.24a)

"Yusuf berbuat seperti yang diperintahkan malaikat Tuhan."


16 Menurut silsilah Yesus Kristus, Yakub memperanakkan Yusuf suami Maria, yang melahirkan Yesus yang disebut Kristus. 18 Kelahiran Yesus Kristus adalah seperti berikut: Pada waktu Maria, ibu-Nya, bertunangan dengan Yusuf, ternyata ia mengandung dari Roh Kudus, sebelum mereka hidup sebagai suami isteri. 19 Karena Yusuf suaminya, seorang yang tulus hati dan tidak mau mencemarkan nama isterinya di muka umum, ia bermaksud menceraikannya dengan diam-diam. 20 Tetapi ketika ia mempertimbangkan maksud itu, malaikat Tuhan nampak kepadanya dalam mimpi dan berkata: "Yusuf, anak Daud, janganlah engkau takut mengambil Maria sebagai isterimu, sebab anak yang di dalam kandungannya adalah dari Roh Kudus.21 Ia akan melahirkan anak laki-laki dan engkau akan menamakan Dia Yesus, karena Dialah yang akan menyelamatkan umat-Nya dari dosa mereka." 24a Sesudah bangun dari tidurnya, Yusuf berbuat seperti yang diperintahkan malaikat Tuhan itu kepadanya. 
Demikianlah Injil Tuhan
Terpujilah Kristus. 


Renungan



2Sam 7:4-5a.12-14a.16; Rm 4:13.16-18.22; Mat 1:16.18-21.24a

“Yusuf berbuat seperti yang diperintahkan malaikat Tuhan itu kepadanya”


Para pimpinan pada umumnya memiliki tanggungjawab besar, apalagi ia seorang kepala Negara atau presiden. Memang dalam melaksanakan tugasnya ia tidak sendirian, tetapi senantiasa bekerjasama dengan dan mendengarkan masukan-masukan dari para pembantu-pembantunya. Maka sering diadakan pertemuan rutin untuk dengar pendapat perihal apa yang harus dikerjakan. Ada seorang pemimpin, selain mendengarkan masukan dari para pembantunya juga atau lebih mendengarkan ‘guru spiritual’ nya atau seseorang yang mahir dalam hal kebatinan. ‘Guru spiritual’ sering dinilai dapat melihat apa yang akan terjadi, sehingga nasihat-nasihat atau saran-sarannya lebih diikuti. Ada ‘wangsit’ atau bisikan ilahi yang menggema dalam hati sanubarinya, dan suara atau kehendaknya harus dilaksanakan; orang akan melakukan seperti apa yang diperintahkan oleh ‘wangsit’ atau bisikan ilahi tersebut.
“Sesudah bangun dari tidurnya, Yusuf berbuat seperti yang diperintahkan malaikat Tuhan itu kepadanya” (Mat 1:24)

Yusuf adalah “seorang yang tulus hati dan tidak mau mencemarkan nama isterinya di muka umum, ia bermaksud menceraikannya dengan diam-diam”. Dari kutipan ini kiranya dapat dimengerti bahwa Yusuf mengetahui Maria, tunangannya, telah mengandung seorang anak bukan karena hubungan seksual dengannya, dan kiranya dalam hati ada kecurigaan bahwa Maria telah menyeleweng. Tentu saja sebagai orang yang tulus hati alias suci Yusuf tidak merasa enak memiliki isteri yang telah mengandung bukan karena hubungan seksual dengannya, maka ia berusaha menceraikannya diam-diam. Namun ketika di dalam mimpi ia memperoleh penampakan atau bisikan ilahi: "Yusuf, anak Daud, janganlah engkau takut mengambil Maria sebagai isterimu, sebab anak yang di dalam kandungannya adalah dari Roh Kudus. Ia akan melahirkan anak laki-laki dan engkau akan menamakan Dia Yesus, karena Dialah yang akan menyelamatkan umat-Nya dari dosa mereka.”(Mat 1:20-21) , maka “Yusuf berbuat seperti yang diperintahkan malaikat Tuhan itu kepadanya. Ia mengambil Maria sebagai isterinya”

Kisah ini kiranya baik menjadi bahan mawas diri bagi kita semua, dan mungkin terutama bagi rekan laki-laki atau para bapak: “tidak mencemarkan nama isterinya atau orang lain di muka umum”. Ada kesan umum bahwa kita mudah untuk ngrumpi atau ngrasani pasangan hidupnya jika yang bersangkutan dirasa kurang memberi pelayanan yang membahagiakan. Hal ini kiranya sering terjadi di kalangan para ‘manajer’ laki-laki yang kurang puas atas pelayanan isterinya dan kemudian di kantor atau tempat kerja dengan mudah menceriterakan pada teman-tamannya atau sekretaris pribadinya yang cantik serta penuh pelayanan di kantor. Maka tidak heran mereka ini lalu menyeleweng, berselingkuh atau memiliki ‘WIL’.

“Dengan tulus hati tidak mencemarkan nama isterinya atau orang lain di muka umum” berarti tidak menceriterkan kelemahan, kekurangan dan kerapuhan orang lain kepada siapapun dan dimanapun. Jika memang ada yang kurang pas atau enak pelayanan dari pasangan atau rekan hidup dan kerjanya, hendaknya pertama-tama dibicarakan ‘empat mata’ dengan yang bersangkutan dengan semangat atau motto ini: “Setiap orang kristiani yang baik tentu lebih membenarkan pernyataan sesamanya daripada mempersalahkannya. Jika tak dapat dimengerti, yang menyatakan hendaknya ditanya apakah yang dimaksudkan; dan jika dia salah, hendaklah dibetulkan dengan cintakasih; dan jika itu belum cukup hendaklah digunakan segala upaya yang sesuai, supaya sampai pada pemahaman yang benar, dan dengan demikian dijauhkan dari kesalahan” (St. Ignatius Loyola, LR no 22). Dengan kata lain hendaklah , jika ada sesuatu pelayanan atau sikap dari pasangan atau sesama yang kurang enak, langsung menghadap Tuhan alias berdoa, membuka diri atas bisikan ilahi dan biarkan kemudian kita memperoleh bisikan ilahi seperti Yusuf, meneladan Yusuf yang “berbuat seperti yang diperintahkan Tuhan kepadanya”

“Bukan karena hukum Taurat telah diberikan janji kepada Abraham dan keturunannya, bahwa ia akan memiliki dunia, tetapi karena kebenaran, berdasarkan iman.” (Rm 4:13)


Anak adalah anugerah Tuhan yang diterima oleh pasangan suami-isteri yang saling mempersembahkan diri seutuhnya alias saling mengimani, bukan semata-mata karena hukum kodrat, kesuburan benih suami maupun isteri. Masing-masing dari kita pernah menjadi anak, maka masing-masing dari kita adalah anugerah Tuhan, yang mau tidak mau, jika mendambakan hidup damai sejahtera, bahagia dan selamat, harus beriman kepadaNya, hidup dan bertindak dijiwai oleh iman, berdasarkan iman. Karena masing-masing dari kita adalah anugerah Tuhan, maka segala sesuatu yang menyertai, kita miliki dan kuasai sampai kini juga anegerah Tuhan, yang harus kita hayati dan fungsikan sesuai dengan kehendakNya, berdasarkan iman kepadaNya.

Di dalam akte pendirian suatu ‘LSM’ (Lembaga Swadaya Masyarakat) yang berbendera Kristiani, dalam salah satu pasal antara lain dikatakan “Dalam iman Kristiani Lembaga hidup bermasyarakat, berbangsa dan bernegara”. Dengan dicantumkannya kata-kata itu diharapkan sepak terjang dan pelayanan mereka yang berpartisipasi dalam gerakan Lembaga terkait dijiwai oleh iman Kristiani alias meneladan cara bertindak Yesus, menjadi sahabat-sahabat Yesus. Cara bertindak Yesus kiranya dapat dilihat dan ditemukan di dalam Kitab Suci.

Yesus bertindak untuk mengasihi dan menyelamatkan antara lain dengan “memberi makan yang kelaparan, memberi minum yang kehausan, memberi pakaian yang telajang, memberi tumpangan orang asing yang kesulitan memperoleh tempat, mengujungi mereka yang berada di penjara, menyembuhkan mereka yang sakit” (lih Mat 25:31-46). Karena semuanya adalah anugerah Allah, harta benda dan uang yang kita miliki dan kuasai, kesehatan dan ketrampilan dst adalah anugerah Allah, maka selayaknya dengan tulus hati kita berusaha untuk tidak membuat malu dan menderita saudara-saudari kita, lebih-lebih dan terutama mereka yang lapar, haus, telanjang, dipenjara, terasing atau sakit. Marilah kita hayati dan fungsikan semua anugerah yang kita miliki dan kuasai untuk membantu mereka ini agar mereka tidak merasa malu dan dicemarkan namanya di muka umum.

Kita semua adalah keturunan Abraham yang hidup dan bertindak berdasarkan iman, bapa Abraham adalah teladan hidup beriman. Selayaknya sebagai keturunan Abraham kita hidup bersaudara dan bersahabat satu sama lain, sehingga terjadilah kehidupan bersama yang membahagiakan dan menyelamatkan, memikat dan mempesonakan. Memang salah satu cara untuk itu antara lain kita dengan rendah hati dan bantuan rahmat Tuhan senantiasa berusaha untuk hidup tulus hati atau suci serta tidak saling mencemarkan nama saudara-saudarinya. Hendaklah jika ada saudara-saudari kita ada yang tercemar segera diselamatkan atau diperbaiki, jangan dibiarkan semakin tercemar atau rusak.

“Aku hendak menyanyikan kasih setia TUHAN selama-lamanya, hendak memperkenalkan kesetiaan-Mu dengan mulutku turun-temurun. Sebab kasih setia-Mu dibangun untuk selama-lamanya; kesetiaan-Mu tegak seperti langit. Engkau telah berkata: "Telah Kuikat perjanjian dengan orang pilihan-Ku, Aku telah bersumpah kepada Daud, hamba-Ku:Untuk selama-lamanya Aku hendak menegakkan anak cucumu, dan membangun takhtamu turun-temurun." (Mzm 89:2-5)



Photobucket

renunganpagi.id 2024 -

Privacy Policy