Hari Biasa Pekan V Prapaskah
Doa Renungan Pagi
Tuhan Allah kami, ajarilah kami hari ini melakukan apa yang benar di hadapan-Mu. Bukalah hati dan pikiran kami agar mampu melakukan segala pekerjaan dan melaksanakan apa yang diajarkan oleh Putera-Mu. Sehingga kelak kami menjadi anak-anak yang merdeka dalam iman dan memperoleh kehidupan yang abadi bersama-Mu dalam Kerajaan Surga. Dengan pengantaraan Kristus, Tuhan kami. Amin.
Bacaan Pertama
Pembacaan dari Nubuat Kitab Daniel (3:14-20.24-25.28)
"Ia telah mengutus malaikat-Nya dan melepaskan hamba-hamba-Nya."
Demikianlah sabda Tuhan
Syukur kepada Allah.
Lagu Antar Bacaan (Daniel 3:52.53.54.55.56)
P. Terpujilah Engkau, Tuhan, Allah leluhur kami.
U. Kepada-Mulah pujian selama segala abad.
P. Terpujilah nama-Mu yang mulia dan kudus.
U Kepada-Mulah pujian selama segala abad.
P. Terpujilah Engkau dalam bait-Mu yang mulia dan kudus.
U Kepada-Mulah pujian selama segala abad.
I. Terpujilah Engkau di atas takhta kerajaan-Mu.
U. Kepada-Mulah pujian selama segala abad.
P. Terpujilah Engkau yang mendugai samudera raya.
U. Kepada-Mulah pujian selama segala abad.
P. Terpujilah Engkau di bentangan langit.
U. Kepada-Mulah pujian selama segala abad.
Bait Pengantar Injil PS 965
Ref. Terpujilah Kristus Tuhan, Raja mulia dan kekal.
Ayat.
Berbahagialah orang yang menyimpan sabda Allah dalam hati yang baik dan menghasilkan buah dalam ketekunan.
Bacaan Injil
Inilah Injil Yesus Kristus menurut Yohanes (8:31-42)
"Apabila Anak memerdekakan kamu, kamu pun benar-benar merdeka."
Sekali peristiwa Yesus berkata kepada orang-orang Yahudi yang percaya kepada-Nya, "Jikalau kamu tetap dalam firman-Ku, maka kamu benar-benar murid-Ku dan kamu akan mengetahui kebenaran, dan kebenaran itu akan memerdekakan kamu." Jawab mereka, "Kami adalah keturunan Abraham, dan tidak pernah menjadi hamba siapa pun. Bagaimana Engkau dapat berkata: Kamu akan merdeka?" Kata Yesus kepada mereka, "Aku berkata kepadamu, sesungguhnya setiap orang yang berbuat dosa, adalah hamba dosa, dan hamba tidak tetap tinggal di rumah; yang tetap tinggal dalam rumah adalah anak. Tetapi apabila Anak itu memerdekakan kamu, kamu pun benar-benar merdeka. Aku tahu, bahwa kamu adalah keturunan Abraham, tetapi kamu berusaha untuk membunuh Aku, karena firman-Ku tidak beroleh tempat di dalam kamu. Apa yang Kulihat pada Bapa, itulah yang Kukatakan, seperti halnya kamu melakukan apa yang kamu dengar dari Bapamu." Jawab mereka kepada-Nya, "Bapa kami ialah Abraham." Kata Yesus kepada mereka, "Sekiranya kamu anak-anak Abraham, tentulah kamu mengerjakan pekerjaan yang dikerjakan oleh Abraham. Tetapi yang kamu kerjakan ialah berusaha membunuh Aku: Aku, seorang yang mengatakan kebenaran kepadamu, yaitu kebenaran yang Kudengar dari Allah! Pekerjaan yang demikian tidak dikerjakan oleh Abraham. Kamu mengerjakan pekerjaan bapamu sendiri." Jawab mereka, "Kami tidak dilahirkan dari zinah. Bapa kami satu, yaitu Allah." Kata Yesus kepada mereka, "Jikalau Allah adalah Bapamu, kamu akan mengasihi Aku, sebab Aku keluar dan datang dari Allah. Dan Aku datang bukan atas kehendak-Ku sendiri, melainkan Dialah yang mengutus Aku."
Inilah Injil Tuhan kita!
Sabda-Mu sungguh mengagumkan!
Berrefleksi atas bacaan-bacaan hari ini saya sampaikan catatan-catatan sederhana sebagai berikut:
· Para penganut agama-agama besar di dunia ini, misalnya: Yahudi, Kristen/Katolik dan Islam kiranya menyatakan diri sebagai kuturunan Abraham, bapa umat beriman, namun sungguh sayang dan memprihatinkan bahwa ada sementara orang, kelompok atau golongan yang menyombongkan diri serta melecehkan atau merendahkan yang lain atas nama agama atau ajaran dari yang dianutnya. Hal itu nampak dalam kelompok-kelompok ekstrim dan fanatik sempit yang sering melakukan kekerasan atau membuat kekacauan di dalam hidup bersama, hidup bermasyarakat, berbangsa dan bernegara maupun beragama. "Jikalau sekiranya kamu anak-anak Abraham, tentulah kamu mengerjakan pekerjaan yang dikerjakan oleh Abraham.”, demikian sabda Yesus. “Mengerjakan pekerjaan yang dikerjakan oleh Abraham” antara lain berarti senantiasa melaksanakan kehendak dan perintah Tuhan, dengan mempersembahkan yang terbaik dan terkasih demi keselamatan atau kebahagiaan sesama, ‘bonum commune’ , bukan untuk kepentingan pribadi atau kelompok/golomgan sendiri. Hemat saya sebagai tanda atau gejala sebagai keturunan Abraham adalah senantiasa hidup dan bertindak saling mengasihi dengan segenap hati, segenap jiwa, segenap akal budi dan segenap kekuatan/tubuh. Kasih tidak pernah terbatas atau tak dapat dibatasi oleh SARA, sebagaimana diajarkan oleh Paulus bahwa “Kasih itu sabar; kasih itu murah hati; ia tidak cemburu. Ia tidak memegahkan diri dan tidak sombong. Ia tidak melakukan yang tidak sopan dan tidak mencari keuntungan diri sendiri. Ia tidak pemarah dan tidak menyimpan kesalahan orang lain. Ia tidak bersukacita karena ketidakadilan, tetapi karena kebenaran.Ia menutupi segala sesuatu, percaya segala sesuatu, mengharapkan segala sesuatu, sabar menanggung segala sesuatu” (1Kor 13:4-7)
· "Terpujilah Allahnya Sadrakh, Mesakh dan Abednego! Ia telah mengutus malaikat-Nya dan melepaskan hamba-hamba-Nya, yang telah menaruh percaya kepada-Nya, dan melanggar titah raja, dan yang menyerahkan tubuh mereka, karena mereka tidak mau memuja dan menyembah allah mana pun kecuali Allah mereka” (Dan 3:28), demikian kata raja Nebukadnezar, yang mengimani Allah yang benar, yang disembah dan dipuji serta dilayani oleh orang-orang yang sungguh beriman. Orang yang sungguh beriman dibakar tidak akan terbakar, tetapi justru semakin kuat dan murni imannya. Karena taat- setia pada iman, ada kemungkinan kita juga akan ‘dibakar’ tetapi tidak sebagaimana dialami oleh Sadrakh, Mesakh dan Abednego, melainkan lebih ringan antara lain berupa ancaman, terror, ejekan, caci maki, pelecehan atau aneka tantangan dan hambatan lainnya. Hayati atau imani bahwa semuanya itu merupakan konsekwensi ketaatan dan kesetiaan iman kita dan demikian menjadi wahana pemurnian dan peneguhan iman kita, sehingga kita semakin layak disebut sebagai keturunan Abraham. Orang sungguh beriman bagaikan emas murni ketika dibakar tidak hancur, melainkan semakin nampak kemurniannya. Dalam kesempatan ini kami juga mengingatkan kepada mereka yang masih menyembah atau berbakti kepada ‘berhala-berhala’, termasuk berhala modern dalam bentuk ‘harta benda/uang, kedudukan/jabatan atau kehormatan duniawi’: bertobatlah, dan kembalilah berbakti, memuji dan mengabdi Tuhan sebagaimana dilakukan oleh raja Nebukadnezar.
Jakarta, 1 April 2009
[Ignatius Sumarya, SJ]