Hari Biasa Pekan V Prapaskah
Janganlah takut, sebab Aku telah menebus engkau, Aku telah memanggil engkau dengan namamu, engkau ini kepunyaan-Ku. Oleh karena engkau berharga di mata-Ku dan mulia, dan Aku ini mengasihi engkau --- Yes 43:1.4
Doa Renungan
Allah Bapa di surga, kami bersyukur atas kepercayaan-Mu memberi hidup kepada kami pada hari ini. Lindungi dan berkati apa yang kami lakukan pada hari ini, tuntunlah hati dan pikiran kami dengan Roh Kudus serta Roh Kebijaksanaan-Mu. Demi Kristus Tuhan dan pengantara kami. Amin.
Bacaan Pertama
Pembacaan dari Kitab Nubuat Daniel (Singkat: 13:41c-62)
"Sungguh, aku rela mati, meskipun aku tidak melakukan suatu pun dari yang mereka tuduhkan."
Pada waktu itu Suzana dijatuhi hukuman mati atas tuduhan berbuat serong. Maka berserulah Suzana dengan suara nyaring, "Allah yang kekal, yang mengetahui apa yang tersembunyi, dan mengenal sesuatu sebelum terjadi, Engkau pun tahu, bahwa mereka itu memberikan kesaksian palsu terhadap aku. Sungguh, aku mati, meskipun aku tidak melakukan sesuatu pun dari yang mereka dustakan tentang aku." Maka Tuhan mendengarkan suaranya. Ketika Suzana dibawa ke luar untuk dihabisi nyawanya; Allah membangkitkan roh suci dalam diri seorang anak muda, Daniel namanya. Anak muda itu berseru dengan suara nyaring, "Aku tidak bersalah terhadap darah perempuan itu!" Maka segenap rakyat berpaling kepada Daniel, katanya, "Apa maksudnya kata-katamu itu?" Daniel pun lalu berdiri di tengah-tengah mereka. Katanya, "Demikian bodohkah kamu, hai orang Israel? Adakah kamu menghukum seorang puteri Israel tanpa pemeriksaan dan tanpa bukti? Kembalilah ke tempat pengadilan, sebab kedua orang itu memberikan kesaksian palsu terhadap perempuan ini!" Maka bergegaslah rakyat kembali ke tempat pengadilan. Orang tua-tua berkata kepada Daniel, "Kemarilah, duduklah di tengah-tengah kami dan beritahukanlah kami sebab Allah telah menganugerahkan kepadamu martabat orang tua-tua." Lalu kata Daniel kepada orang yang ada di situ, "Pisahkanlah kedua orang tua-tua tadi jauh-jauh, maka mereka akan diperiksa." Setelah mereka dipisahkan satu sama lain, Daniel memanggil seorang di antara mereka dan berkata kepadanya, "Hai engkau yang sudah beruban dalam kejahatan, sekarang engkau ditimpa dosa-dosa yang dahulu telah kauperbuat dengan menjatuhkan keputusan-keputusan yang tidak adil, dengan menghukum orang yang tidak bersalah dan melepaskan orang yang bersalah, meskipun Tuhan telah berfirman: Orang yang tak bersalah dan orang benar janganlah kaubunuh. Oleh sebab itu, jikalau engkau sungguh-sungguh melihat dia, katakanlah: Di bawah pohon apakah telah kaulihat mereka bercampur?" Sahut orang tua-tua itu, "Di bawah pohon mesui!" Kembali Daniel berkata, "Baguslah engkau mendustai kepalamu sendiri! Sebab malaikat Allah telah menerima firman dari Allah untuk membela engkau!" Setelah orang itu disuruh pergi, Daniel pun lalu menyuruh bawa yang lain kepadanya. Kemudian berkatalah Daniel kepada orang itu, "Hai keturunan Kanaan dan bukan keturunan Yehuda, kecantikan telah menyesatkan engkau dan nafsu birahi telah membengkokkan hatimu. Kamu sudah biasa berbuat begitu dengan puteri-puteri Israel, dan mereka pun terpaksa menurut kehendakmu karena takut. Tetapi puteri Yehuda ini tidak mau mendukung kefasikanmu! Oleh sebab itu katakanlah kepadaku: Di bawah pohon apakah telah kaudapati mereka bercampur?" Sahut orang tua-tua itu, "Di bawah pohon berangan!" Kembali Daniel berkata, "Baguslah engkau mendustai kepalamu sendiri. Sebab malaikat Allah sudah menunggu-nunggu dengan pedang terhunus untuk membahan engkau, supaya engkau binasa!" Maka berserulah seluruh himpunan itu dengan suara nyaring. Mereka memuji Allah yang menyelamatkan siapa saja yang berharap kepada-Nya. Serentak mereka bangkit melawan kedua orang tua-tua itu, sebab Daniel telah membuktikan dengan mulut mereka sendiri bahwa mereka telah memberikan kesaksian palsu. Lalu mereka diperlakukan sebagaimana mereka sendiri mau mencelakakan sesamanya. Sesuai dengan Taurat Musa kedua orang itu dibunuh. Demikian pada hari itu diselamatkan darah yang tak bersalah.
Demikianlah sabda Tuhan
Syukur kepada Allah.
Mazmur Tanggapan
Ref. Sekalipun berjalan dalam lembah yang kelam, aku tidak takut bahaya, sebab Engkau besertaku.
Ayat. (Mzm 23:1-3a.3b-4.5.6)
1. Tuhanlah gembalaku, aku takkan berkekurangan. Ia membaringkan daku di padang rumput yang hijau. Ia membimbing aku ke air yang tenang, dan menyegarkan daku.
2. Ia menuntun aku di jalan yang lurus, demi nama-Nya yang kudus. Sekalipun berjalan dalam lembah yang kelam, aku tidak takut bahaya, sebab Engkau besertaku. Tongkat gembalaan-Mu, itulah yang menghibur aku.
3. Engkau menyediakan hidangan bagiku di hadapan segala lawanku. Engkau mengurapi kepalaku dengan minyak, pialaku penuh berlimpah.
4. Kerelaan dan kemurahan-Mu mengiringi aku seumur hidupku. Aku akan diam di dalam rumah Tuhan sepanjang masa.
Bait Pengantar Injil PS. 965
Ref. Terpujilah Kristus Tuhan, Raja mulia dan kekal.
Ayat.
Aku tidak berkenan kepada kematian orang fasik, melainkan kepada pertobatannyalah Aku berkenan, supaya ia hidup.
Bacaan Injil
Inilah Injil Yesus Kristus menurut Yohanes (8:1-11)
"Barangsiapa di antara kamu tidak berdosa, hendaklah ia yang pertama melemparkan batu kepada perempuan ini."
Sekali peristiwa Yesus pergi ke bukit Zaitun. Dan pagi-pagi benar Ia berada lagi di Bait Allah, dan seluruh rakyat datang kepada-Nya. Yesus duduk dan mengajar mereka. Maka ahli-ahli Taurat dan orang-orang Farisi membawa kepada Yesus seorang perempuan yang kedapatan berbuat zinah. Mereka menempatkan perempuan itu di tengah-tengah, lalu berkata kepada Yesus, "Rabi, perempuan ini tertangkap basah ketika ia sedang berbuat zinah. Musa dalam hukum Taurat memerintahkan kita untuk melempari dengan batu perempuan-perempuan yang demikian. Apakah pendapatmu tentang hal ini?" Mereka mengatakan hal itu untuk mencobai Yesus, supaya mereka memperoleh sesuatu untuk menyalahkan-Nya. Tetapi Yesus membungkuk lalu menulis di tanah dengan jari-Nya. Dan ketika mereka terus-menerus bertanya kepada-Nya, Ia pun bangkit berdiri lalu berkata kepada mereka, "Barangsiapa di antara kamu tidak berdosa, hendaklah ia yang pertama melemparkan batu kepada perempuan itu." Lalu Yesus membungkuk pula dan menulis di tanah. Tetapi setelah mendengar perkataan itu, pergilah mereka seorang demi seorang, mulai dari yang tertua. Akhirnya tinggallah Yesus seorang diri dengan perempuan itu, yang tetap di tempatnya. Lalu Yesus bangkit berdiri dan berkata kepadanya, "Hai perempuan, di manakah mereka? Tidak adakah seorang yang menghukum engkau?" Jawabnya, "Tidak ada, Tuhan." Lalu kata Yesus, "Aku pun tidak menghukum engkau. Pergilah, dan jangan berbuat dosa lagi mulai dari sekarang."
Demikianlah Injil Tuhan
Terpujilah Kristus
Renungan
"Barangsiapa di antara kamu tidak berdosa hendaklah ia yang pertama melemparkan batu kepada perempuan itu."
(Dan 13:1-9.15-17.19-30.33-62; Yoh 8:1-11)
Berrefleksi atas bacaan-bacaan hari ini saya sampaikan catatan-catatan sederhana sebagai berikut:
· Pagi-pagi benar sebelum matahari terbit, dimana cukup banyak orang masih tertidur nyenyak, tiba-tiba dikumandangkan ‘suara adzan’ dari masjid, langgar atau surau: “Allahua Akbar...Allahua Akbar...Allahua Akbar..”. Mendengar suara ini ada orang yang terbangun lalu marah-marah, mengeluh atau menggerutu, tetapi juga ada yang kemudian berdoa Begitulah kiranya yang terjadi pagi-pagi benar di bait Allah para ahli Taurat dan orang Farisi berpikiran jahat, menjebak Yesus, dengan mengajukan seorang perempuan yang tertangkap basah berbuat zinah. Mereka minta pendapat Yesus: apakah perempuan tersebut dirajam sampai mati sesuai hukum Taurat atau diampuni. Yesus tahu kejahatan hati mereka: jika Yesus menjawab ‘silahkan dirajam sampai mati’ berarti Ia sama dengan mereka, sebaliknya jika menjawab ‘ampunilah’ berarti Ia tidak taat pada hukum Taurat. Maka Ia diam saja, dan ketika mereka mendesak terus Yesus menjawab: "Barangsiapa di antara kamu tidak berdosa, hendaklah ia yang pertama melemparkan batu kepada perempuan itu." . Mendengar jawaban ini pergilah mereka secara diam-diam ‘mulai dari yang tertua’. Memperhatikan kisah ini berarti semakin tambah usia bertambah juga dosa-dosanya. Maka kami berharap kepada siapapun yang merasa lebih tua dari sesamanya, hendaknya menyadari dan mengimani bahwa dirinya lebih banyak dosa-dosanya serta senantiasa mengampuni mereka yang bersalah atau berdosa, meneladan Yesus yang bersabda: “Aku pun tidak menghukum engkau. Pergilah dan jangan berbuat dosa lagi mulai dari sekarang”. Bagi kita semua kami berharap: hendaknya pagi-pagi benar begitu terjaga atau terbangun dari tidur segera berdoa singkat, bersyukur dan berterima kasih kepada Tuhan bahwa masih dianugerahi hidup dan kesehatan. Mungkin dapat berdoa demikian: “Tak berkesudahan kasih setia TUHAN, tak habis-habisnya rahmat-Nya, selalu baru tiap pagi; besar kesetiaan-Mu” (Rat 3:22-23) .Hendaknya begitu bangun dari tidur di pagi hari jangan mengeluh, mengesah, menggerutu atau marah-marah.
· "Baguslah engkau mendustai kepalamu sendiri. Sebab malaikat Allah sudah menunggu-nunggu dengan pedang terhunus untuk membahan engkau, supaya membinasakan kamu!"(Dan 13:59) , demikian kata Daniel kepada orangtua yang mendustai dirinya sendiri. Kami berharap dan mendambakan para orangtua atau yang merasa lebih tua untuk tidak mendustai diri atau berbohong; jangan menambahi dosa-dosa lagi. Jika berbuat salah hendaknya jujur apa adanya. “Jujur adalah sikap dan perilaku yang tidak suka berbohong dan berbuat curang, berkata-kata apa adanya dan berani mengakui kesalahan serta rela berkorban untuk kebenaran” (Prof Dr Edi Sedyawati/edit: Pedoman Penanaman Budi Pekerti Luhur, Balai Pustaka-Jakarta 1997, hal 17). Para orangtua yang tidak jujur pada anak-anaknya, para pemimpin atau atasan yang tidak jujur pada anggota atau bawahannya pada suatu kelak pasti akan dipermalukan, atau bahkan dibinasakan. Sebenarnya jika anda bersduta atau berbohong tanpa dipermalukan atau dihukum secara otomatis sudah terhukum dan malu; marasa dirinya terancam dan tidak aman, sehingga senantiasa hidup dan bertindak ‘dalam kegelapan’, tidak berani terang-terangan atau transparan. Pendusta atau pembohong pada umumnya akan menyendiri atau bersembunyi, menjauhkan diri dari saudara dan sesamanya. Sebaliknya jika anda jujur atau di jalan yang benar, jangan takut dan gentar menghadapi aneka ancaman atau terror.
[Ignatius Sumarya, SJ]