Bacaan Kitab Suci Hari Minggu Paskah II klik disini
Mg Paskah II (Minggu Kerahiman Ilahi) : Kis 4:12-45; 1Ptr 1:3-9; Yoh 20:19-31
"Terimalah Roh Kudus. Jikalau kamu mengampuni dosa orang, dosanya diampuni, dan jikalau kamu menyatakan dosa orang tetap ada, dosanya tetap ada."
Sebut saja namanya “Sr.Maria” (samaran), dan yang bersangkutan sebagai biarawati dalam waktu dekat akan mengikrarkan kaul kekal. Cukup mengesan bagi saya ketika memberi bimbingan retret baginya dan dalam rangka merenungkan sabda Yesus :”Kasihilah musuhmu dan berdoalah bagi mereka yang menganiaya kamu” (Mat 5:44 ).yang bersangkutan sungguh tersentuh. Mengapa? Ia merasa masih memusuhi atau benci pada ibu kan dungnya, dan merasa sulit untuk mengampuni. Ceriteranya ia memiilki seorang kakak perempuan, yang lebih pandai atau cerdas dari dirinya. Di dalam keluarga masa lalu sang ibu lebih memperhatikan dia daripada kakaknya. Bentuk perhatian tersebut antara lain keluar melalui kata-kata, yang hampir setiap hari dikatakan, sebagai berikut: “Kamu harus belajar keras supaya pandai seperti kakakmu!”. Sementara sang kakak tidak pernah atau jarang memperoleh tegoran dari ibunya, maklum memang ia rajin dan lebih pandai atau cerdas. Mengapa ‘Sr.Maria’ masih membenci ibunya? Ternyata tegoran dari sang ibu kepadanya ia terima sebagai perilaku pilih kasih atau kekerasan atau kekurang-senangan, bukan diterima sebagai perwujudan kasih orangtua, seorang ibu kepada anaknya. Ada kemungkinan sang ibu dalam menegor atau mengasihi anaknya tidak dalam Roh Kudus, melainkan menurut selera pribadi, sehingga kasih diterima sebagai ancaman atau ketidak-senangan. Maka baiklah di hari Minggu Paskah II, yang oleh Gereja dijadikan ‘Minggu Kerahiman Ilahi’ hari ini, saya mengajak kita semua untuk mawas diri perihal panggilan kita untuk menghayati dan menyebarkan kerahiman ilahi dalam cara hidup dan cara bertindak kita.
"Terimalah Roh Kudus.Jikalau kamu mengampuni dosa orang, dosanya diampuni, dan jikalau kamu menyatakan dosa orang tetap ada, dosanya tetap ada." (Yoh 20:22-23)
Kita semua telah menerima anugerah Roh Kudus, maka diharapkan cara hidup dan cara bertindak kita menghasilkan buah-buah Roh seperti “kasih, sukacita, damai sejahtera, kesabaran, kemurahan, kebaikan, kesetiaan, kelemahlembutan, penguasaan diri.”(Gal 5:22-23) Keutamaan-keutamaan ini rasanya merupakan bentuk konkret kerahiman ilahi yang harus kita hayati dan sebar-luaskan. Rasanya kita semua telah menerima karahiman ilahi secara melimpah ruah melalui saudara-saudari yang berbaik hati kepada kita, dan tentu saja pertama-tama dan terutama dari orangtua atau ibu kita masing-masing. Maka marilah kita teruskan kerahiman ilahi tersebut kepada saudara-saudari atau sesama kita dimanapun dan kapanpun.
Yang sungguh membutuhkan kerahiman ilahi adalah mereka yang ‘berkekurangan atau miskin’, entah dalam hal hati, jiwa, akal budi maupun tubuh alias yang bodoh, sakit, menderita atau merasa kurang dikasihi, dst.. Hal ini kiranya dapat atau hendaknya dihayati atau dilakukan oleh orangtua terhadap anak-anaknya, guru/pendidik terhadap murid/peserta didik, yang kuat terhadap yang lemah, yang kaya terhadap yang miskin, dst.. Bicara soal atau masalah kerahiman ilahi kiranya para ibu atau perempuan lebih berpengalaman, mengingat dan memperhatikan mereka memiliki rahim, dimana di dalam rahim tumbuh berkembang ‘buah kasih’/anak manusia selama kurang lebih sembilan bulan, dan pada waktunya lahir bayi mungil yang menarik, memikat dan menggembirakan. Kerahiman yang dalam bahasa Latin “misericordia” memiliki arti kasihan, belas-kasihan, kerahiman, kerelaan, kemurahan, kedermawanan, dan rasanya rekan-rekan perempuan, lebih-lebih para ibu yang pernah mengandung dan melahirkan anaknya telah menghayati keutamaan-keutamaan sebagai arti dari misericordia.
“Ampunilah kesalahan kami, seperti kamipun mengampuni yang bersalah kepada kami”, demikian kutipan dari Doa Bapa Kami, yang kiranya sering atau setiap hari kita doakan. Semoga kata-kata ini tidak hanya manis di mulut tetapi sungguh menjadi kenyataan alias terwujud dalam perilaku atau tindakan. Dari kutipan doa di atas ini sebelum kita mohon kasih pengampunan Tuhan telah mengampuni mereka yang bersalah kepada kita; kiranya hal ini merupakan pengaktualan pengalaman kasih pengampunan yang telah kita terima sejak masih atau masa bayi/kanak-kanak sebagai ucapan syukur dan terima kasih. Marilah kita hidup saling mengasihi dan mengampuni.
“Kamu, yang dipelihara dalam kekuatan Allah karena imanmu sementara kamu menantikan keselamatan yang telah tersedia untuk dinyatakan pada zaman akhir.Bergembiralah akan hal itu, sekalipun sekarang ini kamu seketika harus berdukacita oleh berbagai-bagai pencobaan” (1Ptr 1:5-6)
Hidup dalam dan menyebar-luaskan kerahiman ilahi atau kasih pengampunan memang tak akan terlepas dari berbagai pencobaan, mengingat dan memperhatikan masih cukup marak sikap mental balas dendam, marah maupun kebencian di dalam hidup bersama masa kini. Kita di dalam hidup bersama dipanggil untuk meneladan cara hidup jemaat perdana, dimana “kumpulan orang yang telah percaya itu, mereka sehati dan sejiwa, dan tidak seorang pun yang berkata, bahwa sesuatu dari kepunyaannya adalah miliknya sendiri, tetapi segala sesuatu adalah kepunyaan mereka bersama. Dan dengan kuasa yang besar rasul-rasul memberi kesaksian tentang kebangkitan Tuhan Yesus dan mereka semua hidup dalam kasih karunia yang melimpah-limpah.”(Kis 4:32-34)
Hak milik pada dasarnya bersifat sosial, maka marilah kita fungsikan segala hak milik kita untuk membangun hidup bersama yang ‘sehati dan sejiwa’, sehingga tak ada saudara atau sesama kita yang berkekurangan. Segala hak milik yang kita kuasai atau nikmati sampai saat ini adalah kasih karunia Tuhan yang telah kita terima melalui saudara-saudari kita yang baik hati, maka selayaknya semuanya itu kita fungsikan untuk hidup saling mengasihi, menghayati kerahiman ilahi. Marilah kita perhatikan saudara-saudari kita, entah di lingkungan hidup bermasyarakat maupun hidup kerja di kantor atau perusahaan, yang miskin dan berkekurangan, dan masing-masing dari kita hendaknya memfungsikan hak milik bagi diri sendiri sesuai dengan keperluan, bukan berfoya-foya melainkan dengan hidup sederhana.
Berbagai bentuk kemiskinan dan kekurangan yang disebabkan oleh keserakahan sementara orang telah menimbulkan aneka kerusuhan atau gangguan yang dapat merusak atau memporak-porandakan hidup bersama. Dengan demikian penghayatan iman sambil “menantikan keselamatan yang telah tersedia untuk dinyatakan pada zaman akhir” menghadapi banyak gangguan dan cobaan. Untuk mengurangi gangguan dan cobaan kiranya bagi mereka yang berkecukupan atau berlebihan dalam hal hak milik harus berani hidup dalam kerahiman ilahi, artinya secara konkret sosial terhadap sesamanya, lebih-lebih dan terutama bagi mereka yang miskin dan berkekurangan. Marilah kita fungsikan hak milik sebagai sarana untuk menantikan keselamatan kekal yang dijanjikan kepada kita; hak milik adalah sarana bukan tujuan.
“Aku ditolak dengan hebat sampai jatuh, tetapi TUHAN menolong aku. TUHAN itu kekuatanku dan mazmurku; Ia telah menjadi keselamatanku. Suara sorak-sorai dan kemenangan di kemah orang-orang benar: "Tangan kanan TUHAN melakukan keperkasaan Batu yang dibuang oleh tukang-tukang bangunan telah menjadi batu penjuru. Hal itu terjadi dari pihak TUHAN, suatu perbuatan ajaib di mata kita. Inilah hari yang dijadikan TUHAN, marilah kita bersorak-sorak dan bersukacita karenanya”
(Mzm 11:13-15.22-24)
Jakarta, 19 April 2009