Pw. St. Matias, Rasul
"Seperti Bapa telah mengasihi Aku, demikianlah juga Aku telah mengasihi kamu; tinggallah di dalam kasih-Ku itu! Jikalau kamu menuruti perintah-Ku, kamu akan tinggal di dalam kasih-Ku, seperti Aku menuruti perintah Bapa-Ku dan tinggal di dalam kasih-Nya." (Yoh 15:9-10)
Doa Renungan
Allah Bapa sumber kehidupan, semua orang mengalami kehidupannya yang unik. Sebuah kehidupan yang menuntut agar setiap orang mempertanggungjawabkan semua tindakannya. Pada hari ini, kami diajar bahwa kasih berada di atas segala-galanya. Kami harus mencintai orang-orang yang membenci, iri hati, sombong, bahkan mengkhianati diri kami. Memang tidak mudah melawan perasaan itu, tetapi atas tindakan mengasihi itu, Engkau tidak pernah lupa untuk memberi ganjaran kepada kami, yaitu pemberian anugerah terbaik. Engkau melipatgandakan perbuatan tulus kami bagi sesama meskipun kadangkala tidak semua orang mau menghargainya. Terimakasih Tuhan atas kebaikan-Mu kepada kami, kami mohon semuanya ini dengan pengantaraan Kristus, Tuhan kami. Amin.
Bacaan Pertama
Pembacaan dari Kisah Para Rasul (1:15-17.20-26)
"Yang kena undi adalah Matias; dengan demikian ia ditambahkan kepada bilangan kesebelas murid."
Pada waktu itu berdirilah Petrus di tengah saudara-saudara yang sedang berkumpul, kira-kira seratus dua puluh orang banyaknya. Ia berkata, "Hai, Saudara-saudara, harus digenapi nas Kitab Suci, yang disampaikan Roh Kudus dengan perantaraan Daud, tentang Yudas, pemimpin orang-orang yang menangkap Yesus itu. Dahulu ia termasuk bilangan kami, dan mengambil bagian di dalam pelayanan ini. Sebab ada tertulis dalam Kitab Mazmur: Biarlah perkemahannya menjadi sunyi, dan biarlah tidak ada penghuni di dalamnya. Dan lagi: Biarlah jabatannya diambil orang lain. Jadi harus ditambahkan kepada kami satu orang yang dipilih dari mereka yang senantiasa datang berkumpul dengan kami selama Tuhan Yesus bersama-sama dengan kami, yaitu mulai dari baptisan Yohanes sampai hari Yesus terangkat ke surga meninggalkan kami. Bersama kami ia harus menjadi saksi tentang kebangkitan Yesus." Lalu mereka mengusulkan dua orang: Yusuf yang disebut Barsabas dan juga bernama Yustus, dan Matias. Mereka semua lalu berdoa, "Ya Tuhan, Engkaulah yang mengenal hati semua orang! Tunjukkanlah kiranya siapa yang Engkau pilih dari kedua orang ini, untuk menerima jabatan pelayanan, yaitu kerasulan yang ditinggalkan Yudas, yang telah jatuh ke tempat yang wajar baginya." Lalu mereka membuang undi bagi kedua orang itu, dan yang kena undi adalah Matias. Dengan demikian Matias ditambahkan kepada bilangan kesebelas rasul.
Demikianlah sabda Tuhan
Syukur kepada Allah.
Mazmur Tanggapan
Ref. Tuhan mendudukkan dia bersama para bangsawan.
Ayat. (Mzm 113:1-2.3-4.5-6.7-8)
1. Pujilah, hai hamba-hamba Tuhan, pujilah nama Tuhan! Kiranya nama Tuhan dimasyhurkan, sekarang dan selama-lamanya.
2. Dari terbitnya matahari sampai pada terbenamnya terpujilah nama Tuhan. Tuhan tinggi mengatasi segala bangsa, kemuliaan-Nya mengatasi langit.
3. Siapakah seperti Tuhan, Allah kita, yang diam di tempat tinggi, yang merendahkan diri untuk melihat ke langit dan ke bumi?
4. Ia menegakkan orang yang hina dari dalam debu dan mengangkat orang yang miskin dari lumpur, untuk mendudukkan dia bersama-sama para bangsawan, bersama dengan para bangsawan bangsanya.
Bait Pengantar Injil
Ref. Alleluya
Ayat. Bukan kamu yang memilih Aku, tetapi Akulah yang memilih kamu. Aku telah menetapkan kamu supaya pergi dan menghasilkan buah, dan buahmu itu tetap. (Yoh 15:16)
Bacaan Injil
Inilah Injil Yesus Kristus menurut Yohanes (15:9-17)
"Allah telah menetapkan kamu supaya pergi dan menghasilkan buah."
Pada perjamuan malam terakhir Yesus bersabda kepada murid-murid-Nya, "Seperti Bapa telah mengasihi Aku, demikianlah juga Aku telah mengasihi kamu; tinggallah di dalam kasih-Ku itu! Jikalau kamu menuruti perintah-Ku, kamu akan tinggal di dalam kasih-Ku, seperti Aku menuruti perintah Bapa-Ku dan tinggal di dalam kasih-Nya. Semuanya itu Kukatakan kepadamu, supaya sukacita-Ku ada di dalam kamu dan sukacitamu menjadi penuh. Inilah perintah-Ku, yaitu supaya kamu saling mengasihi, seperti Aku telah mengasihi kamu. Tidak ada kasih yang lebih besar daripada kasih seorang yang memberikan nyawanya untuk sahabat-sahabatnya. Kamu adalah sahabat-Ku, jikalau kamu berbuat apa yang Kuperintahkan kepadamu. Aku tidak lagi menyebut kamu hamba, sebab hamba tidak tahu apa yang diperbuat oleh tuannya. Tetapi Aku menyebut kamu sahabat, karena Aku telah memberitahukan kepadamu segala sesuatu yang telah Kudengar dari Bapa-Ku. Bukan kamu yang memilih Aku, tetapi Akulah yang memilih kamu. Aku telah menetapkan kamu, supaya kamu pergi dan menghasilkan buah, dan buahmu itu tetap, supaya apa yang kamu minta kepada Bapa dalam nama-Ku, diberikan-Nya kepadamu. Inilah perintah-Ku kepadamu: Kasihilah seorang akan yang lain.
Inilah Injil Tuhan kita!
Sabda-Mu sungguh mengagumkan!
Renungan
“Tidak ada kasih yang lebih besar dari pada kasih seorang yang memberikan nyawanya untuk sahabat-sahabatnya”
Berrefleksi atas bacaan-bacaan dalam rangka mengenangkan pesta St.Matias, Rasul, hari ini saya sampaikan catatan-catatan sederhana sebagai berikut:
· Cukup banyak orang yang berkata bahwa bicara atau omong perihal kasih itu mudah tetapi pelaksanaannya susah atau sulit. Apa yang dikatakan itu mungkin ada benarnya jika mencermati masih maraknya perceraian suami-isteri serta aneka tawuran dan permusuhan. Sebenarnya menurut saya panggilan untuk saling mengasihi tidak sulit untuk dihayati atau dilaksanakan jika masing-masing dari kita menyadari dan menghayati diri sebagai yang terkasih. Bukankah kita masing-masing adalah ‘buah kasih’ alias yang terkasih, yang diciptakan oleh Allah dalam kasih dalam kerjasama dengan bapak-ibu kita yang saling mengasihi dengan segenap hati, segenap jiwa, segenap akal budi dan segenap tubuh, yang antara lain memuncak dalam persetubuhan? Ingat bahwa setiap kali kita menerima sesuatu dari orang lain senantiasa menjawab ‘terima kasih’, yang berarti apapun yang kita terima adalah ‘kasih’. Mungkin yang sulit adalah jika sesuatu tersebut tidak sesuai dengan selera pribadi kita, misalnya tegoran, kritik, saran, ejekan, pelecehan dst… Mari kita sadari dan hayati bahwa orang menegor, mengritik, memberi saran, mengejek atau melecehkan tidak lain karena kasih; jika mereka tidak mengasihi kita maka kita pasti akan didiamkan, tidak disapa dan tidak diperhatikan. Maka terima dan hayati apa yang tidak sesuai dengan selera pribadi tersebut sebagai sarana atau wahana pendewasaan pribadi kita sebagai pribadi beriman. Serahkan ‘nyawa’ anda kepada apapun yang mendatangi anda, alias bergairah dan bergembiralah menerima segala sesuatu yang mendatangi anda. “Kasihilah seorang akan yang lain”, demikian perintah Yesus kepada kita semua.
· "Ya Tuhan, Engkaulah yang mengenal hati semua orang, tunjukkanlah kiranya siapa yang Engkau pilih dari kedua orang ini, untuk menerima jabatan pelayanan, yaitu kerasulan yang ditinggalkan Yudas yang telah jatuh ke tempat yang wajar baginya."(Kis 1:24-25), demikian doa umat beriman, umat Allah Perdana/Purba, doa untuk memilih seorang rasul agar sesuai dengan kehendak Tuhan. Matias akhrinya terpilih sebagai rasul untuk menggenapi jumlah dua belas, mengganti Yudas. Rasul adalah jabatan pelayanan, bukan penguasaan. Hemat saya bukan hanya para pemimpin Gereja yang memiliki jabatan pelayanan saja yang dipanggil untuk hidup dan bertindak melayani, melainkan semua umat beriman. Iman memiliki dimensi rasuli atau perutusan, yang diutus untuk melayani yang lain. Karena kita sama-sama memiliki tugas untuk melayani maka kebersamaan hidup dan kerja kita berarti saling melayani. Melayani berarti dengan rendah hati dan bantuan rahmat Tuhan senantiasa berusaha membahagiakan dan menyelamatkan yang dilayani. Melayani dengan baik berarti bekerja keras, bergariah, gembira, cekatan dan tidak pernah mengeluh, menggerutu atau marah-marah. Melayani dengan baik berarti mempersembahkan dambaan, cita-cita dan harapan, gairah dan semangat kepada yang dilayani. Hidup dan bertindak saling melayani ini hendaknya dihayati terutama dan pertama-tama di dalam hidup bersama yang paling dasar, yaitu di dalam keluarga. Pengalaman hidup dan bertindak saling melayani di dalam keluarga akan mudah disebarluaskan ke dalam hidup bersama yang lebih luas, yaitu di tempat kerja atau di masyarakat. Marilah kita juga mohon kepada Tuhan agar menganugerahi pemimpin-pemimpin atau atasan-atasan yang menghayati jabatannya sebagai pelayanan bukan pengusaaan.