Hari Raya Kenaikan Tuhan
Doa Renungan
Allah Bapa yang mahakuasa, kami bergembira dan bersyukur kepada-Mu, karena dengan kenaikan Putera-Mu ke surga Engkau meninggikan martabat kami. Sebagai kepala kami Ia telah mendahului mencapai kemuliaan. Maka dibangkitkan-Nyalah pada kami, anggota-anggota tubuh-Nya, harapan yang mantap. Sebab Dialah Tuhan, pengantara kami, yang hidup berkuasa, kini dan sepanjang masa. Amin.
Bacaan Pertama
Pembacaan dari Kitab Kisah Para Rasul (1:1-11)
"Yesus terangkat ke surga, dan disaksikan oleh para rasul."
Hai Teofilus, dalam bukuku yang pertama aku menulis tentang segala sesuatu yang dikerjakan dan diajarkan Yesus, sampai pada hari Ia terangkat. Sebelum itu Ia telah memberi perintah-Nya oleh Roh Kudus kepada rasul-rasul yang dipilih-Nya. Kepada mereka Ia menunjukkan diri-Nya setelah penderitaan-Nya selesai, dan dengan banyak tanda Ia membuktikan, bahwa Ia hidup. Sebab selama empat puluh hari Ia berulang-ulang menampakkan diri dan berbicara kepada mereka tentang Kerajaan Allah. Pada suatu hari ketika Ia makan bersama-sama dengan mereka, Ia melarang mereka meninggalkan Yerusalem, dan menyuruh mereka tinggal di situ menantikan janji Bapa, yang--demikian kata-Nya--"telah kamu dengar dari pada-Ku. Sebab Yohanes membaptis dengan air, tetapi tidak lama lagi kamu akan dibaptis dengan Roh Kudus." Maka bertanyalah mereka yang berkumpul di situ: "Tuhan, maukah Engkau pada masa ini memulihkan kerajaan bagi Israel?" Jawab-Nya: "Engkau tidak perlu mengetahui masa dan waktu, yang ditetapkan Bapa sendiri menurut kuasa-Nya. Tetapi kamu akan menerima kuasa, kalau Roh Kudus turun ke atas kamu, dan kamu akan menjadi saksi-Ku di Yerusalem dan di seluruh Yudea dan Samaria dan sampai ke ujung bumi." Sesudah Ia mengatakan demikian, terangkatlah Ia disaksikan oleh mereka, dan awan menutup-Nya dari pandangan mereka. Ketika mereka sedang menatap ke langit waktu Ia naik itu, tiba-tiba berdirilah dua orang yang berpakaian putih dekat mereka, dan berkata kepada mereka: "Hai orang-orang Galilea, mengapakah kamu berdiri melihat ke langit? Yesus ini, yang terangkat ke sorga meninggalkan kamu, akan datang kembali dengan cara yang sama seperti kamu melihat Dia naik ke sorga."
Demikianlah Sabda Tuhan
U. Syukur kepada Allah
Mazmur Tanggapan PS 825
Reff. Allah telah naik, diiringi sorak-sorai. Tuhan mengangkasa diiringi bunyi sangkakala.
Ayat. (Mzm 47:2-3.6-3.8-9)
1. Hai segala bangsa bertepuk tanganlah, Elu-elukan Allah dengan sorak sorai. Sebab Tuhan, yang maha tinggi adalah dahsyat. Raja agung atas seluruh bumi.
2. Allah telah naik diiringi soraksorai, Tuhan mengangkasa diiringi bunyi sangkakala. Bermazmurlah bagi Allah, bermazmurlah, kidungkanglah mazmur bagi Raja kita, kidungkan mazmur.
3. Sebab Allah adalah Raja seluruh bumi, bermazmurlah dengan nyanyian pengajaran! Allah memerintah sebagai raja atas bangsa-bangsa, Allah bersemayam di atas takhta-Nya yang kudus.
Bacaan Kedua
Pembacaan dari Surat Rasul Paulus kepada umat di Efesus (1:17-23)
"Allah mendudukkan Dia di sebelah kanan-Nya dalam surga."
Saudara-saudara, kepada Allah Tuhan kita Yesus Kristus, yaitu Bapa yang mulia itu, supaya Ia memberikan kepadamu Roh hikmat dan wahyu untuk mengenal Dia dengan benar. Dan supaya Ia menjadikan mata hatimu terang, agar kamu mengerti pengharapan apakah yang terkandung dalam panggilan-Nya: betapa kayanya kemuliaan bagian yang ditentukan-Nya bagi orang-orang kudus, dan betapa hebat kuasa-Nya bagi kita yang percaya, sesuai dengan kekuatan kuasa-Nya, yang dikerjakan-Nya di dalam Kristus dengan membangkitkan Dia dari antara orang mati dan mendudukkan Dia di sebelah kanan-Nya di sorga, jauh lebih tinggi dari segala pemerintah dan penguasa dan kekuasaan dan kerajaan dan tiap-tiap nama yang dapat disebut, bukan hanya di dunia ini saja, melainkan juga di dunia yang akan datang. Dan segala sesuatu telah diletakkan-Nya di bawah kaki Kristus dan Dia telah diberikan-Nya kepada jemaat sebagai Kepala dari segala yang ada. Jemaat yang adalah tubuh-Nya, yaitu kepenuhan Dia, yang memenuhi semua dan segala sesuatu.
Demikianlah Sabda Tuhan
U. Syukur kepada Allah
Bait Pengantar Injil PS 962
Ref. Alleluya, Alleluya, Alleluya, Alleluya
Pergilah dan ajarlah semua bangsa, sabda Tuhan, Aku menyertai kamu senantiasa sampai akhir zaman.
Bacaan Injil
Inilah Injil Yesus Kristus menurut Markus (16:15-20)
"Pergilah ke seluruh dunia, beritakanlah Injil."
Pada suatu hari Yesus yang bangkit dari antara orang mati menampakkan diri kepada kesebelas murid, dan berkata kepada mereka, "Pergilah ke seluruh dunia, beritakanlah Injil kepada segala makhluk. Siapa yang percaya dan dibaptis akan diselamatkan, tetapi siapa yang tidak percaya akan dihukum. Tanda-tanda ini akan menyertai orang-orang yang percaya: mereka akan mengusir setan-setan demi nama-Ku, mereka akan berbicara dalam bahasa-bahasa yang baru bagi mereka, mereka akan memegang ular, dan sekalipun mereka minum racun maut, mereka tidak akan mendapat celaka; mereka akan meletakkan tangannya atas orang sakit, dan orang itu akan sembuh." Sesudah Tuhan Yesus berbicara demikian kepada mereka, terangkatlah Ia ke sorga, lalu duduk di sebelah kanan Allah. Merekapun pergilah memberitakan Injil ke segala penjuru, dan Tuhan turut bekerja dan meneguhkan firman itu dengan tanda-tanda yang menyertainya.
I. Berbahagialah orang yang mendengarkan sabda Tuhan, dan tekun melaksanakan-Nya..
U.Sabda-Mu adalah jalan, kebenaran, dan hidup kami.
LUASKAN CAKRAWALA!
Injil dan bacaan kedua Hari Raya Kenaikan Tuhan 21 Mei 2009 (Mrk16:15-20, Ef 1:17-23)
Rekan-rekan yang budiman!
Bacaan Injil bagi Hari Raya Kenaikan Tuhan tahun ini (Mrk 16:15-20) memuat tiga unsur pokok.
Yang pertama ialah perintah untuk pergi ke seluruh penjuru dunia mengumumkan Injil kepada semua ciptaan sehingga mereka yang menerimanya akan memperoleh keselamatan, tapi yang menolak akan terhukum (ay. 15-16).
Kedua, para murid akan disertai tanda-tanda hebat: mampu mengusir setan, berbicara bahasa-bahasa baru, bisa memegang ular, tak mempan racun, bisa menyembuhkan dengan meletakkan tangan di atas orang sakit.
Yang ketiga ialah Yesus naik ke surga dan duduk di kanan Allah. Begitulah para murid berangkat memberitakan Injil ke segala penjuru dunia diteguhkan dengan tanda-tanda yang dibekalkan kepada mereka.
PENUTUPAN INJIL MARKUS
Injil Markus sebenarnya berakhir pada Mrk 16:8, pada kalimat yang menceritakan bagaimana para perempuan yang tadi mendatangi makam Yesus lari ketakutan dan tidak mengatakan apa-apa kepada siapa pun sebab mereka gentar. Setelah itu ada tambahan bahwa para perempuan itu akhirnya menyampaikan kepada Petrus dkk. pesan tokoh berjubah putih yang mereka lihat di kubur. Juga dikatakan bahwa Yesus sendiri dengan para murid mengabarkan berita kudus itu (berita kebangkitan) dari Timur ke Barat. Kedua kalimat yang ditambahkan setelah ay. 8 ini disebut para ahli sebagai "penutupan pendek" dari Injil Markus. Kiranya dulu ada penyalin awal beranggapan bahwa ay. 8 terasa terpenggal dan sulit dimengerti. Masakan Injil berakhir dengan ketakutan para saksi pertama. Maka ia berusaha menjelaskan bahwa akhirnya toh mereka berani mengabarkan kepada para rasul. Para rasul sendiri kemudian memberitakan kebangkitan dengan disertai Yesus yang bangkit.
Dalam terbitan modern, didapati pula ay. 9-20 yang lazim disebut sebagai "penutupan panjang". Jadi Injil Markus memiliki dua penutupan. Yang panjang menceritakan beberapa kali penampakan Yesus terangkat ke surga. Mula-mula ia menampakkan diri kepada Maria Magdalena, ay. 9-11 (mengingatkan pada Yoh 20:11-18), lalu kepada dua orang murid ketika ada dalam perjalanan ke luar kota, ay. 12-13 (berdasarkan kisah dua murid di Emaus Luk 24:13-35), dan akhirnya kepada kesebelas murid ketika sedang makan sambil mencela ketidakpercayaan mereka akan berita orang yang telah melihatnya sesudah bangkit., ay. 14 (seperti Luk 24:41 dst. ketika ia minta diberi makan agar jangan dikira jejadian atau proyeksi pikiran mereka sendiri). Sesudah itu, ay. 15-20, yang dibacakan hari ini, ia memberi penugasan memberitakan Injil ke semua makhluk (mirip dengan Kis 1:8 dan Mat 28:19), menegaskan tanda-tanda yang bisa dilakukan mereka, serta kenaikannya ke surga dan kepergian para rasul mengajar ke seluruh penjuru dunia disertai tanda-tanda tadi. Beberapa rujukan ke Injil lain di atas menunjukkan bahwa bagian penutupan ini dikarang atas dasar sumber-sumber tadi yang sebenarnya baru ditulis beberapa waktu setelah Markus sendiri. Bagaimanapun juga penutupan panjang ini termasuk Injil Markus yang diterima di Gereja.
Penutupan panjang itu memberi pandangan mengenai kegiatan komunitas pengikut Yesus awal, sedangkan penutupan pendek di atas hanya dimaksud menghaluskan akhir sebuah karangan. Kedua-duanya diterima sebagai bagian Injil Markus dalam Alkitab sejak daftar kitab-kitab kanonik itu mulai stabil, yakni pada abad ke-4. Jadi tidak lagi dipersoalkan kewibawaan bagian penutupan Injil Markus. Pertanyaan kita ialah bagaimana membuat penafsiran yang sesuai dengan kenyataan bahwa teks itu berasal dari zaman setelah teks Markus sendiri selesai. Uraian berikut berusaha menjawab pertanyaan itu.
MENGUMUMKAN INJIL KE "SELURUH DUNIA" DISERTAI "TANDA-TANDA"?
Sebelum terangkat ke surga, Yesus meminta para murid agar pergi ke seluruh penjuru dunia mengumumkan Injil - Kabar Gembira - kepada seluruh ciptaan. Para murid diajak menemukan ruang hidup yang makin luas. Luaskan cakrawala! Itulah arti pergi ke segala penjuru dunia. Bukan hanya wilayah atau negeri jauh yang mesti dijadikan tanah misi. Jauh lebih kaya dan dapat terus disesuaikan dengan keadaan zaman, juga zaman kita. Kita didorong menemukan bentuk-bentuk baru dalam kehidupan di masyarakat, entah itu cara-cara berpikir yang baru, entah itu pendalaman rohani yang hingga kini belum amat dijelajahi. Itulah inti perintah ke segala penjuru dunia tadi. Temukan lorong-lorong baru berpikir, temukan kenyataan-kenyataan yang kini makin menggambarkan jalannya kekuatan-kekuatan yang ada dalam masyarakat Juga termasuk dalam perintah itu kesadaran baru akan martabat manusia yang sungguh yang mesti didekati para murid. Kemajuan sarana komunikasi juga tempat yang perlu didatangi menurut semangat perintah tadi. Semuanya itu perlu didekati, ditemukan - bukan dijauhi, didiamkan, apalagi dianggap tidak perlu dimengerti. Wilayah-wilayah itu masih menantikan Kabar Gembira.
Tadi dalam analisis teks ditunjukkan bagian ini tidak termasuk yang disusun Markus sendiri, walaupun menjadi bagian utuh dari Injil Markus dalam bentuk kanoniknya. Dan justru di situlah nilainya. Ada pemikiran mendalam mengenai Yesus yang bangkit itu. Di situ termuat pengertian orang beriman yang membaca kembali karya Yesus di dunia ini dalam diri mereka.
Untuk apa menemukan macam-macam realitas baru itu? Menurut ay. 15 itu juga, semua yang ada di situ ialah "makhluk", dengan kata lain hasil ciptaan Yang Maha Kuasa. Ciptaan, entah manusia, entah lingkungan, entah jagat batin, itulah yang berhak menerima Kabar Gembira. Kabar ini dibawakan Yesus sendiri sejak awal, yakni bahwa Allah itu Allah yang penuh perhatian dan kini makin ingin mendekat ke ciptaanNya sendiri kendati ciptaan itu boleh jadi sudah menjauh dariNya. Ia mendekat, merujukkan diri kembali dan bila ini terjadi, di situlah terbangun yang terbangun Kerajaan Allah. Maka orang diajak Yesus untuk mengarahkan diri ke kenyataan ini (itulah makna "bertobat") dan dengan demikian dapat menerima Injil tadi (Mrk 1:15). Bila wilayah-wilayah yang didatangi murid tadi ujudnya bukan hanya negeri asing, tanah baru yang kini tak ada lagi, melainkan dimensi-dimensi kehidupan baru seperti dijelaskan di atas, maka pewartaan Kabar Gembira ini juga masih tetap akan menghadirkan Yang Ilahi di sana. Pemberitaan Injil dapat dan haruslah melebarkan dimensi kehidupan sehingga ada ruang bagi Yang Ilahi di dalam pelbagai dimensi baru yang didatangi para murid. Ini namanya ikut membuat ciptaan makin dekat dengan kehendakNya ketika menciptakan semua: baik adanya.
Tak mengherankan bila dikatakan, dalam gaya bicara waktu itu, yang percaya akan selamat sedangkan yang menolak akan kena hukuman. Tak perlu kalimat seperti itu diancamkan karena memang bukan dimaksud sebagai ancaman, melainkan sebagai jaminan bahwa bila diterima, kenyataan akan hadirnya Yang Ilahi itu akan menjadi keselamatan. Keterbelahan dunia dan masyarakat yang makin dirasakan belakangan ini menjadi tantangan bagi para murid untuk menyajikan alternatif: Kerajaan Allah sudah ada, tinggal diterima. Tentunya kita mesti pandai-pandai membahasakan dan menampilkannya dengan cara yang bisa dicerna orang sekarang.
Pelbagai tanda yang menyertai para murid dalam ay. 17-18 itu gambaran yang kerap dipakai orang dulu. Tujuannya mengatakan bahwa keadaan yang kelihatannya berbahaya sebenarnya bisa diatasi. Para murid pada zaman ini diajak menemukan semangat yang sama dengan tanda-tanda yang ditulis di sana, walaupun tidak perlu sama bentuknya. Apa misalnya? Macam-macam. Salah satunya ialah tidak perlu merasa dihantui oleh risiko. Justru mereka yang berani menghadapi risiko biasanya orang yang sukses. Kemudian juga mau berusaha menyampaikan iman dengan cara yang komunikatif dan mudah diterima. Bukankah ini yang dimaksud dengan berbicara bahasa-bahasa baru? Bahkan ular, lambang penggoda licik tidak akan berhasil mengalahkan murid yang berani pergi menemukan wilayah-wilayah baru. Dan seterusnya. Racun tidak akan mencelakan lagi - bukan dimaksud murid akan belajar ilmu kebal racun. Ini keliru. Racun ialah kekuatan perusak hidup yang tak selalu kelihatan yang perlu diwaspadai dan dipunahkan dayanya. Juga penyakit, yang bila disebutkan justru menggarisbawahi harapan orang akan kesembuhan, akan pertolongan, akan perhatian.
Begitulah para murid zaman kini yang mencoba mengaktualkan perintah dan memahami tanda-tanda itu akan juga melihat Yesus terangkat ke surga dan duduk di kanan Allah (ay. 19) Artinya, akan melihat Yesus mencapai kebesarannya. Dan inilah sumber kekuatan yang menyertai perjalanan menemukan pelbagai dimensi kehidupan yang baru dan mengenali tanda-tanda kekuatan kehadiran ilahi yang menyertai mereka (ay. 20) dan yang menyertai kita juga.
DARI BACAAN KEDUA: "KEPENUHAN" KRISTUS YANG "MEMENUHI" APA SAJA (Ef 1:23)
Petikan dari surat kepada umat di Efesus kali ini mensyukuri iman umat serta memohonkan terang batin agar umat semakin mengenal hadirnya Allah dalam kehidupan mereka. Ditegaskan bahwa Allah telah menunjukkan kebesaran-Nya dengan membangkitkan Kristus dan kini menganugerahinya kemuliaan sebesar-besarnya di surga. Sebagai pengikut Kristus, umat Efesus sebetulnya bersatu dengan Kristus yang mulia itu. Umat bahkan diibaratkan sebagai tubuh yang kepalanya ialah Kristus sendiri (Ef 1:23). Ditegaskan bahwa sebagai tubuh, umat menjadi "kepenuhan" sang kepala yang kini telah "memenuhi" semua dan segala sesuatu, tentunya dengan kebesaran yang diperolehnya dari Allah, Bapanya. Bagaimana memahami ungkapan "kepenuhan " dan "memenuhi" dalam ayat itu?
Dengan mengimani Kristus, umat diresapi dengan kebesaran Kristus yang juga menjadi utuh dalam kehidupan umat. Kepercayaan menjadi betul ada isinya. Inilah makna "kepenuhan". Namun pembaca di Efesus dulu pun kiranya juga sadar bahwa perlu berpijak pada kenyataan hidup di bumi dengan pelbagai keterbatasannya. Menyadari diri sebagai kepenuhan Kristus yang mulia tadi bukan ajakan agar merasa jaya terhadap dunia sekeliling, melainkan memahami kehidupan sendiri sebagai anugerah dari Atas sana. Inilah kebesaran Kristus yang hidup dalam umat. Mengakui serta menerima diri sebagai pemberian ilahi, itulah iman yang sejati. Inilah yang membuat Kristus menjadi penuh berisi. Ia bukan hanya tokoh besar yang dulu pernah hidup di satu tempat di dunia ini, bukan sekadar pernyataan ajaran kepercayaan, melainkan yang bisa menggerakkan kehidupan sehari-hari pula. Iman jadi bagian hidup bersama.
Bagaimana dengan keadaan umat yang hidup dalam masyarakat majemuk, baik dalam kepercayaan, agama, maupun alam pikiran yang bermacam-macam?Itu juga keadaan umat di Efesus. Itu juga keadaan umat di Indonesia. Sebenarnya begitu pula di mana-mana. Kenyataan ini juga diolah dalam petikan kali ini. Tadi dikatakan umat menjadi kepenuhan dari Kristus yang "memenuhi" segalanya. Umat Efesus dan kaum beriman di mana saja dibesarkan hatinya agar belajar melihat keanekaragaman dalam masyarakat bukan sebagai keadaan yang mengancam, melainkan sebagai yang mengungkapkan yang sudah ada dalam diri mereka. Keberanian pandangan ini kiranya dapat memperkaya umat zaman sekarang pula. Tetapi bila demikian umat akan mudah terombang-ambing kekuatan-kekuatan masyarakat? Tidak begitu bila umat sendiri memang membiarkan diri diresapi oleh Kristus sampai penuh. Bahkan dengan demikian umat akan mengenal bagaimana Kristus yang telah memenuhi apa saja itu ada di sekitar! Inilah berita gembira bagi semua! Gagasan dalam petikan surat Efesus ini dapat menjadi dasar teologi budaya yang amat aktual.
Salam hangat,
A. Gianto
-------------------------------------
“Mereka pun pergilah memberitakan Injil ke segala penjuru, dan Tuhan turut bekerja dan meneguhkan firman itu dengan tanda-tanda yang menyertainya”.
Seorang pemimpin yang akan bepergian cukup lama, pada umumnya sebelum pergi mengumpulkan anak buah atau para pembantunya untuk diberi tugas pekerjaan. Hal yang senada juga terjadi ketika orangtua akan dipanggil Tuhan, yang berarti akan pergi selama-lamanya, pada umumnya secara otomatis anak-anaknya berkumpul, dan kepada mereka diberi pesan-pesan atau nasihat-nasihat. Pesan atau nasihat dari mereka yang akan pergi untuk selama-lamanya pada umumnya sangat mengesan dan mereka yang menerima pesan atau nasihat tersebut merasa harus melaksanakan pesan atau nasihat tersebut. Mereka akan merasa salah jika tidak melaksanakan pesan atau nasihat terakhir dari mereka yang akan pergi selama-lamanya tersebut. Hari ini, Hari Raya Kenaikan Tuhan, dalam warta gembira dapat kita baca bahwa sebelum terangkat ke surga Yesus mengumpulkan para murid dan memberi pesan kepada mereka: “Pergilah ke seluruh dunia, beritakanlah Injil kepada segala makhluk.Siapa yang percaya dan dibaptis akan diselamatkan, tetapi siapa yang tidak percaya akan dihukum.Tanda-tanda ini akan menyertai orang-orang yang percaya: mereka akan mengusir setan-setan demi nama-Ku, mereka akan berbicara dalam bahasa-bahasa yang baru bagi mereka, mereka akan memegang ular, dan sekalipun mereka minum racun maut, mereka tidak akan mendapat celaka; mereka akan meletakkan tangannya atas orang sakit, dan orang itu akan sembuh.” (Mrk 16:15-18) . Para murid atau rasul terpanggil untuk melaksanakan pesan Yesus tersebut.
“Mereka pun pergilah memberitakan Injil ke segala penjuru, dan Tuhan turut bekerja dan meneguhkan firman itu dengan tanda-tanda yang menyertainya” (Mrk 16:20 )
“Dikumpulkan untuk disebarluaskan”, itulah motto hidup merasul atau diutus. Para rasul kurang lebih selama tiga tahun dikumpulkan oleh Yesus, hidup dan makan serta tinggal bersama Yesus. Selama bersama dengan Yesus para rasul mendengarkan ajaran-ajaran Yesus serta menyaksikan apa yang dilakukan atau dikerjakan oleh Yesus. Setelah Yesus terangkat ke surga, para rasul diberi tugas untuk melanjutkan karya pengutusan-Nya, “memberitakan Injil ke segala penjuru, dan Tuhan turut serta bekerja dan meneguhkan firman itu dengan tanda-tanda yang menyertainya”.
Pengalaman para rasul tersebut kiranya juga (akan) menjadi pengalaman kita semua, dimana kita telah dididik dan dibina, entah di dalam keluarga atau sekolah/perguruan tinggi, dan setelah selesai mengalami proses pendidikan atau pembinaan akhirnya kita disebarluaskan atau tersebar ke mana-mana untuk bekerja sesuai dengan bakat dan kemampuan kita, untuk mempraktekkan aneka ilmu yang telah kita timba dan geluti selama di dalam pendidikan atau pembinaan. Selama bekerja dimanapun dan kapanpun kita dipanggil untuk menjadi ‘pewarta-pewarta Kabar Gembira’, menggembirakan dan menyelamatkan sesama serta lingkungan hidup dimana kita hidup dan bekerja. Untuk itu kita diharapkan bekerja sebaik mungkin, bekerja secara efisien, efektif dan afektif apapun yang menjadi pekerjaan kita. Bekerja erat hubungannya dengan Tuhan, diri sendiri, keluarga, masyarakat dan alam sekitar atau lingkungan hidup dan selama bekerja hendaknya berbudi pekerti luhur, yang mempunyai sifat-sifat sebagai berikut: ”bekerja keras, berani memikul resiko, berdisiplin, beriman, berhati lembut, berinisiatif, berpikir matang, berpikiran jauh ke depan, bersahaja, bersemangat, bersikap konstruktif, bersyukur, bertanggung jawab, bertenggang rasa, bijaksana, cerdik, cermat, dinamis, efisien, gigih, hemat, jujur, berkemauan keras, kreatif, kukuh hati, lugas, mandiri, mawas diri, menghargai karya orang lain, menghargai kesehatan, menghargai waktu, pemaaf, pemurah, pengabdian, pengendalian diri, produktif, rajin, ramah tamah, rasa kasih sayang, rasa percaya diri, rela berkorban, rendah hati, sabar, setia, sikap adil, sikap hormat, sikap tertib, sopan santun, sportif, susila, tangguh, tegas, tekun, tetap janji, terbuka dan ulet “ (Prof.Dr.Sedyawati: Pedoman Penananam Budi Pekerti Luhur, Balai Pustaka, Jakarta 1997.. Jika kita bekerja dengan berbudi pekerti luhur, percayalah, imanilah Tuhan pasti meneguhkan kerja kita dengan aneka tanda atau mujizat yang membahagiakan dan menyelamatkan.
“Aku meminta kepada Allah Tuhan kita Yesus Kristus, yaitu Bapa yang mulia itu, supaya Ia memberikan kepadamu Roh hikmat dan wahyu untuk mengenal Dia dengan benar.Dan supaya Ia menjadikan mata hatimu terang, agar kamu mengerti pengharapan apakah yang terkandung dalam panggilan-Nya: betapa kayanya kemuliaan bagian yang ditentukan-Nya bagi orang-orang kudus” (Ef 1:17-18) .
Orang yang bermata hati terang berarti senantiasa berpandangan, berpikiran dan bersikap jernih, dan dengan demikian senantiasa berbuat baik kepada siapapun dan dimanapun. Bermata hati terang berarti juga dapat melihat dan mencermati segala sesuatu dengan jelas, dapat membedakan apa yang baik dan buruk, dan orang akan tergerak atau termotivasi untuk cenderung melakukan apa yang baik serta menolak yang buruk. Rasanya karena aneka kesibukan dan tawaran kenikmatan duniawi yang marak saat ini, cukup banyak orang berhati remang-remang atau gelap, sehingga hidup dan bertindak ngawur dan amburadul, maka baiklah kepada siapapun yang berhati remang-remang atau gelap kami ajak dengan rendah hati berpartisipasi dalam kegiatan Novena Pentekosta, ‘supaya Ia menjadikan mata hatimu terang, agar kamu mengerti pengharapan apakah yang terkandung dalam panggilan-Nya’.
Panggilan Tuhan bagi kita semua adalah agar kita hidup suci dengan mempersembahkan diri seutuhnya kepada Penyelenggaraan Ilahi di dalam hidup sehari-hari. Kiranya kit semua mendambakan hidup suci itu, maka marilah kita sungguh mengharapkannya, dengan kata lain kita hayati keutamaan harapan. Orang yang memiliki harapan pada umumnya hidup bergairah, terbuka, dinamis, siap sedia dan rendah hati; ia siap sedia untuk diperbaharui, siap sedia menanggapi atau menghadapi aneka kemungkinan yang akan terjadi. Marilah kita renungkan dan refleksikan kutipan ini, sebagai orang yang berharap: "Engkau tidak perlu mengetahui masa dan waktu, yang ditetapkan Bapa sendiri menurut kuasa-Nya. Tetapi kamu akan menerima kuasa, kalau Roh Kudus turun ke atas kamu, dan kamu akan menjadi saksi-Ku di Yerusalem dan di seluruh Yudea dan Samaria dan sampai ke ujung bumi” (Kis 1:7-8)..
Kita berharap agar “Roh Kudus turun ke atas diri kita semua”, Roh Kudus adalah anugerah agung dari Allah, dan itulah yang menjadi pengharapan kita semua sebagai orang beriman. Anugerah Roh Kudus akan menjadi nyata jika kita juga siap sedia dan terbuka untuk menerima-Nya. Sebagai tanda atau gejala bahwa kita siap sedia dan terbuka untuk menerima anugerah Roh Kudus adalah dengan rendah hati dan tiada kenal lelah kita berusaha untuk mulai menghayati buah-buah Roh Kudus antara lain “kasih, sukacita, damai sejahtera, kesabaran, kemurahan, kebaikan, kesetiaan, kelemahlembutan, penguasaan diri” (Gal 5:22-23). Anugerah Allah akan menjadi nyata di dunia ini, di dalam hidup sehari-hari butuh kerjasama dari kita yang mendambakan atau mengharapkannya. Untuk itu memang selayaknya kita meneladan Bunda Maria, teladan umat beriman, yang menanggapi sabda atau perintah Tuhan: "Sesungguhnya aku ini adalah hamba Tuhan; jadilah padaku menurut perkataanmu itu." (Luk 1:38)
“Allah telah naik dengan diiringi sorak-sorai, ya Tuhan itu, dengan diiringi bunyi sangkakala. Bermazmurlah bagi Allah, bermazmurlah, bermazmurlah bagi Raja kita, bermazmurlah! Sebab Allah adalah Raja seluruh bumi, bermazmurlah dengan nyanyian pengajaran! Allah memerintah sebagai raja atas bangsa-bangsa, Allah bersemayam di atas takhta-Nya yang kudus” (Mzm 47:6-9)
Jakarta , 21 Mei 2009
Ignatius Sumarya, SJ