| Home | Bacaan Harian | Support Renungan Pagi | Renungan Minggu Ini | Kisah Para Kudus | Katekese Iman Katolik | Privacy Policy |

CARI RENUNGAN

>

Selasa, 23 Juni 2009, Hari Biasa Pekan XII

Selasa, 23 Juni 2009
Hari Biasa Pekan XII

Yesus menasehati kita agar menghargai dan melaksanakan karunia iman dengan sungguh-sungguh. Apa yang bernilai bagi hidup kita perlu diusahakan dengan serius dan berani.


Doa Renungan

Allah Bapa, aku bergembira bersama menyingsingnya fajar pagi hari ini. Banyak harapan dan cita-cita yang tersimpan di dalam lubuk hatiku. Namun hanya ada satu harapan yang Kausukai yaitu semakin mengenal kehendak-Mu dari hari ke hari. Semoga perjalanan hari ini memberikan pengalaman iman, harapan, dan kasih bagiku, sehingga dapat menjadi saksi-Mu di dunia ini. Akhirnya ya Bapa doa ini aku sampaikan dalam nama Yesus Kristus pengantaraku untuk selama-lamanya Amin.

Pembacaan dari Kitab Kejadian (13:2.5-18)


"Janganlah kiranya ada perkelahian antara aku dan engkau, sebab kita ini kerabat."


Abram itu seorang yang sangat kaya. Ia memiliki banyak ternak, perak dan emas. Juga Lot, yang ikut bersama-sama dengan Abram, mempunyai domba dan lembu serta kemah. Tetapi negeri itu tidak cukup luas bagi mereka sebab harta milik mereka amat banyak, sehingga mereka tidak dapat diam bersama-sama. Karena itu terjadilah perkelahian antara para gembala Abram dan gembala Lot. Waktu itu orang Kanaan dan orang Feris diam di negeri itu. Maka berkatalah Abram kepada Lot , “Janganlah kiranya ada perkelahian antara aku dan engkau, antara para gembalaku dan gembalamu, sebab kita ini kerabat. Bukankah seluruh negeri ini terbuka untukmu? Baiklah pisahkan dirimu dari padaku: jika engkau ke kiri, maka aku ke kanan, jika engkau ke kanan, maka aku ke kiri.” Lalu Lot melayangkan pandangannya, dan dilihatnyalah bahwa seluruh Lembah Yordan banyak airnya, seperti taman Tuhan, seperti tanah Mesir, sampai ke Zoar. Hal itu terjadi sebelum Tuhan memusnahkan Sodom dan Gomora. Sebab itu Lot memilih baginya seluruh Lembah Yordan itu; lalu ia berangkat ke sebelah timur, dan mereka berpisah. Abram menetap di tanah Kanaan, tetapi Lot menetap di kota-kota Lembah Yordan dan berkemah di dekat Sodom . Adapun orang Sodom sangat jahat dan berdosa terhadap Tuhan. Setelah Lot berpisah dari Abram, bersabdalah Tuhan kepada Abram, “Pandanglah sekelilingmu dan lihatlah dari tempat engkau berdiri itu ke timur dan ke barat, utara dan selatan. Seluruh negeri yang kaulihat itu akan Kuberikan kepadamu dan kepada keturunanmu, untuk selama-lamanya. Dan Aku akan menjadikan keturunanmu banyak seperti debu tanah. Sebagaimana debu tanah tak dapat dihitung, demikian pun keturunanmu tak terhitung banyaknya. Bersiaplah, jalanilah negeri itu menurut panjang dan lebarnya, sebab kepadamulah akan Kuberikan negeri itu.” Sesudah itu Abram memindahkan kemahnya dan ia menetap di dekat pohon-pohon tarbantin di Mamre, dekat Hebron . Lalu didirikannyalah mezbah di situ bagi Tuhan.
Demikianlah sabda Tuhan
Syukur kepada Allah.

Mazmur Tanggapan PS 848
Ref. Tuhan siapa diam di kemah-Mu, siapa tinggal di gunung-Mu yang suci?
Ayat.
(Mzm 15:2-3ab.3cd-4ab.5)
1. Yaitu orang yang berlaku tidak bercela, yang melakukan apa yang adil dan mengatakan kebenaran dengan segenap hatinya; yang tidak menyebar fitnah dengan lidahnya.
2. Yang tidak berbuat jahat terhadap teman, dan tidak menimpakan cela kepada tetangganya; yang memandang hina orang-orang tercela tetapi menjunjung tinggi orang-orang yang takwa.
3. Yang tidak meminjamkan uang dengan makan riba dan tidak menerima suap melawan orang tak bersalah. Siapa yang berlaku demikian tidak akan goyah selama-lamanya.

Bait Pengantar Injil
Ref. Alleluya, Alleluya
Ayat. Akulah cahaya dunia; siapa yang mengikuti Aku, ia hidup dalam cahaya abadi.

Inilah Injil Yesus Kristus menurut Matius (7:6.12-14)


"Segala sesuatu yang kamu kehendaki diperbuat orang kepadamu, perbuatlah demikian juga kepada mereka."

Dalam khotbah di bukit Yesus berkata, “Janganlah kamu memberikan barang yang kudus kepada anjing, dan janganlah kamu melemparkan mutiaramu kepada babi, supaya jangan diinjak-injak dengan kakinya, lalu babi itu berbalik mengoyak kamu. Segala sesuatu yang kamu kehendaki diperbuat orang kepadamu, perbuatlah demikian juga kepada mereka. Itulah isi seluruh hukum Taurat dan kitab para nabi. Masuklah melalui pintu yang sempit itu, karena lebarlah pintu dan luaslah jalan yang menuju kebinasaan, dan banyak orang telah masuk melalui pintu dan jalan itu. Tetapi sempitlah pintu dan sesaklah jalan yang menuju kehidupan, dan sedikitlah orang yang menemukannya.”
Inilah Injil Tuhan kita!
Sabda-Mu sungguh mengagumkan!


Renungan


Saudara-saudari terkasih, berrefleksi atas bacaan-bacaan hari ini saya sampaikan catatan-catatan sederhana sebagai berikut:

· Orang yang dengan mudah dapat memperoleh uang atau kekayaan, entah karena korupsi atau warisan, pada umumnya dengan mudah juga memboroskan uang atau kekayaannya, dan ada kemungkinan uang atau hartanya segera habis dan yang bersangkutan menderita. Demikian juga muda-mudi yang tidak sabar menikmati seks alias dengan mudah mengadakan hubungan seks bebas, kiranya yang bersangkutan juga akan menderita di kemudian hari. Kebiasaan ingin cepat-cepat kaya atau merasakan kenikmatan tersebut kiranya terjadi karena di masa pendidikan/di sekolah yang bersangkutan memiliki budaya menyontek atau beli nilai/ijasah. “Masuklah melalui pintu yang sesak itu, karena lebarlah pintu dan luaslah jalan yang menuju kepada kebinasaan, dan banyak orang yang masuk melaluinya; karena sesaklah pintu dan sempitlah jalan yang menuju kepada kehidupan, dan sedikit orang yang mendapatinya”, demikian sabda Yesus. Sabda ini kiranya mengajak dan memanggil kita semua untuk mengikuti ‘proses yang benar’ , proses menjadi kaya, pandai/cerdas, hidup bahagia dan damai sejahtera. Kebiasaan mengikuti atau menghayati proses ini hemat saya sedini mungkin hendaknya dibiasakan pada diri anak-anak di dalam keluarga dan tentu saja perlu keteladanan dari para orangtua. Marilah kita hayati dan sebar-luaskan motto UNESCO dalam memasuki Millenium Ketiga :”learning to be, learning to do, learning to learn, learning to live together”.

Hidup maupun bekerja adalah suatu proses pembelajaran terus menerus yang harus dihayati dengan rendah hati, sabar, tekun, teliti, tertib, dst… Sebagai orang yang sedang dalam proses pembelajaran memang harus siap sedia dan rela untuk berkorban dan berjuang dalam menghadapi aneka tantangan dan hambatan.

· "Janganlah kiranya ada perkelahian antara aku dan engkau, dan antara para gembalaku dan para gembalamu, sebab kita ini kerabat. Bukankah seluruh negeri ini terbuka untuk engkau? Baiklah pisahkan dirimu dari padaku; jika engkau ke kiri, maka aku ke kanan, jika engkau ke kanan, maka aku ke kiri.” (Kej 13:8-9), demikian kebijakan yang diambil setelah terjadi pertentangan para gembara Abram dan Lot. “Minum malum”, yang terbaik dari yang tidak baik atau kurang sempurna itulah kebijakan yang diambil: untuk menghindari perkelahian atau tawuran antar saudara atau kerabat untuk sementara diajakan perpisahan, saling menjauh. Kebijakan macam ini kiranya sering perlu kita lakukan juga mengingat keterbatasan dan kelemahan kita, berpisah untuk sementara.

Di dalam kesempatan tidak bertemu dengan ‘musuh’ tersebut hendaknya diadakan mawas diri atau refleksi, mencari alasan atau sebab perkelahian atau permusuhan. Dan kiranya untuk itu perlu disertai dengan doa-doa juga, mohon rahmat pencerahan dari Tuhan dalam mengatasi aneka masalah yang menimbulkan perkelahian atau permusuhan. Di dalam hidup berkeluarga antar suami-isteri hal itu sering disebut ‘pisah ranjang’, tidak setempat tidur atau serumah untuk sementara. Yang sering menimbulkan perkelahian atau permusahan adalah aneka macam perbedaan yang ada, padahal kita semua ini saling berbeda. Maka untuk membangun persaudaraan atau perkerabatan, hendaknya untuk sementara yang berbeda disimpan dan ramai-ramai atau bersama-sama menghayati apa yang sama di antara kita secara mendalam. Jika apa yang sama di antara kita dihayati secara mendalam maka apa yang berbeda antar kita akan fungsional untuk memperdalam dan memperkuat persahabatan atau perkerabatan. Maka dalam kesempatan berpisah untuk sementara atau ‘pisah ranjang’ tersebut masing-masing pihak hendaknya mawas diri secara mendalam apakah apa yang sama di antara kita sudah dihayati dengan mendalam. Jadikanlah apa yang berbeda menjadi daya tarik dan daya pikat untuk saling mengenal, mendekat, bersahabat atau berkerabat.



Ignatius Sumarya, SJ


Renungan Pagi

renunganpagi.id 2024 -

Privacy Policy