Senin, 03 Agustus 2009
Hari Biasa Pekan XVIII
“Tergeraklah hati-Nya oleh belas kasihan kepada mereka”
Doa Renungan
Allah Bapa kami yang mahabaik, seringkali kami memuaskan diri kami dengan hal-hal yang tidak berhubungan dengan diri-Mu. Hari ini Engkau mengajari kami, bahwa Engkaulah satu-satunya yang dapat memuaskan rasa lapar dan haus kami. Ajarilah kami untuk mengusahakan apa saja yang berguna untuk kehidupan kekal. Kuatkanlah kami bila berhadapan dengan godaan dunia yang tak kalah kuatnya menggoda dalam kehidupan kami. Demi Kristus Tuhan dan pengantara kami. Amin.
Bacaan Pertama
Pembacaan dari Kitab Bilangan (11: 4b-15)
Hari Biasa Pekan XVIII
“Tergeraklah hati-Nya oleh belas kasihan kepada mereka”
Doa Renungan
Allah Bapa kami yang mahabaik, seringkali kami memuaskan diri kami dengan hal-hal yang tidak berhubungan dengan diri-Mu. Hari ini Engkau mengajari kami, bahwa Engkaulah satu-satunya yang dapat memuaskan rasa lapar dan haus kami. Ajarilah kami untuk mengusahakan apa saja yang berguna untuk kehidupan kekal. Kuatkanlah kami bila berhadapan dengan godaan dunia yang tak kalah kuatnya menggoda dalam kehidupan kami. Demi Kristus Tuhan dan pengantara kami. Amin.
Bacaan Pertama
Pembacaan dari Kitab Bilangan (11: 4b-15)
"Aku seorang diri tidak dapat memikul tanggung jawab atas bangsa ini."
Sekali peristiwa, dalam perjalanannya melintasi gurun pasir, orang-orang Israel berkata: "Siapa yang akan memberi kita makan daging? Kita teringat kepada ikan yang kita makan di Mesir dengan tidak bayar apa-apa, kepada mentimun dan semangka, bawang prei, bawang merah dan bawang putih.Tetapi sekarang kita kurus kering, tidak ada sesuatu apa pun, kecuali manna ini saja yang kita lihat."Adapun manna itu seperti ketumbar dan kelihatannya seperti damar bedolah. Bangsa itu berlari kian ke mari untuk memungutnya, lalu menggilingnya dengan batu kilangan atau menumbuknya dalam lumpang. Mereka memasaknya dalam periuk dan membuatnya menjadi roti bundar; rasanya seperti rasa panganan yang digoreng.Dan apabila embun turun di tempat perkemahan pada waktu malam, maka turunlah juga manna di situ. Ketika Musa mendengar bangsa itu, yaitu orang-orang dari setiap kaum, menangis di depan pintu kemahnya, bangkitlah murka TUHAN dengan sangat, dan hal itu dipandang jahat oleh Musa. Lalu berkatalah Musa kepada TUHAN: "Mengapa Kauperlakukan hamba-Mu ini dengan buruk dan mengapa aku tidak mendapat kasih karunia di mata-Mu, sehingga Engkau membebankan kepadaku tanggung jawab atas seluruh bangsa ini? Akukah yang mengandung seluruh bangsa ini atau akukah yang melahirkannya, sehingga Engkau berkata kepadaku: Pangkulah dia seperti pak pengasuh memangku anak yang menyusu, berjalan ke tanah yang Kaujanjikan dengan bersumpah kepada nenek moyangnya? Dari manakah aku mengambil daging untuk diberikan kepada seluruh bangsa ini? Sebab mereka menangis kepadaku dengan berkata: Berilah kami daging untuk dimakan.
Demikianlah sabda Tuhan
Syukur kepada Allah.
Mazmur Tanggapan
Ref. Bersorak-sorailah bagi Allah, kekuatan kita.
Ayat. (Mzm 81: 12-13, 14-15, 16-17)
1. Tetapi umat-Ku tidak mendengarkan suara-Ku, dan Israel tidak suka kepada-Ku. Sebab itu Aku membiarkan dia dalam kedegilan hatinya; biarlah mereka berjalan mengikuti rencananya sendiri!
2. Sekiranya umat-Ku mendengarkan Aku! Sekiranya Israel hidup menurut jalan yang Kutunjukkan! Seketika itu juga musuh mereka Aku tundukkan, dan terhadap para lawan mereka Aku balikkan tangan-Ku.
3. Orang-orang yang membenci Tuhan akan tunduk menjilat kepada-Nya, dan itulahnasib mereka untuk selama-lamanya. Tetapi umat-Ku akan Kuberi makan gandum yang terbaik dan dengan madu dari gunung batu Aku akan mengenyangkannya."
Bait Pengantar Injil PS 960
Ref. Alleluya, Alleluya
Ayat. Manusia hidup bukan saja dari makanan, melainkan juga dari setiap sabda Allah.
Bacaan Injil
Inilah Injil Yesus Kristus menurut Matius (14:13-21)
"Sambil menengadah ke langit Yesus mengucapkan doa berkat: dibagi-bagi-Nya roti, dan diberikan-Nya kepada para murid. Lalu para murid membagi-bagikannya kepada orang banyak."
Sekali peristiwa, setelah mendengar berita pembunuhan Yohanes Pembaptis, menyingkirlah Yesus dari situ, dengan naik perahu Ia bermaksud mengasingkan diri ke suatu tempat yang sunyi. Tetapi orang banyak mendengarnya dan mengikuti Dia dengan mengambil jalan darat dari kota-kota mereka.Ketika Yesus mendarat, Ia melihat orang banyak yang besar jumlahnya, maka tergeraklah hati-Nya oleh belas kasihan kepada mereka dan Ia menyembuhkan mereka yang sakit. Menjelang malam, murid-murid-Nya datang kepada-Nya dan berkata: "Tempat ini sunyi dan hari sudah mulai malam. Suruhlah orang banyak itu pergi supaya mereka dapat membeli makanan di desa-desa." Tetapi Yesus berkata kepada mereka: "Tidak perlu mereka pergi, kamu harus memberi mereka makan." Jawab mereka: "Yang ada pada kami di sini hanya lima roti dan dua ikan." Yesus berkata: "Bawalah ke mari kepada-Ku." Lalu disuruh-Nya orang banyak itu duduk di rumput. Dan setelah diambil-Nya lima roti dan dua ikan itu, Yesus menengadah ke langit dan mengucap berkat, lalu memecah-mecahkan roti itu dan memberikannya kepada murid-murid-Nya, lalu murid-murid-Nya membagi-bagikannya kepada orang banyak.Dan mereka semuanya makan sampai kenyang. Kemudian orang mengumpulkan potongan-potongan roti yang sisa, dua belas bakul penuh.Yang ikut makan kira-kira lima ribu laki-laki, tidak termasuk perempuan dan anak-anak.
Inilah Injil Tuhan kita!
Sabda-Mu sungguh mengagumkan!
Renungan
· Suatu kontras yang jelas bahwa melihat orang banyak kelaparan para murid menghendaki agar mereka pergi untuk mencari makan sendiri, sedangkan Yesus berkehendak untuk memberi makanan kepada mereka. Maka mujizatpun terjadi, dilakukan oleh Yesus dengan menggandakan ‘lima roti dan dua ikan’ untuk memberi makan kepada ribuan orang. Kita semua yang beriman kepada Yesus dipanggil untuk meneladan Dia, yang Hati-Nya tergerak oleh belas kasihan kepada mereka yang miskin dan berkekurangan, yang lapar dan harus atau berkekurangan dalam hal makan dan minum. Kiranya bagi kita tidak mungkin melakukan mujizat seperti Yesus, namun kita dapat melakukannya dengan menyisihkan apa yang kita miliki , dan mungkin dari kekurangan kita, kemudian kita sumbangkan kepada mereka yang membutuhkan.
Marilah kita hayati, perdalam dan sebarluaskan kepedulian kepada sesama yang miskin dan berkekurangan. Mereka yang miskin dan berkekurangan kiranya ada di sekitar kita, entah di jalanan atau di sekitar tempat tinggal atau kerja kita. Pertama-tama dan terutama saya mengajak dan mengingatkan kita semua untuk peduli terhadap para pegawai atau pembantu (rumah tangga) yang membantu hidup dan kerja kita, dan kepada mereka pun kita ajak untuk peduli terhadap sesamanya yang miskin dan berkekurangan. Kita hayati dan sebarluaskan semangat dan sikap hidup ‘bergotong-royong’, yang rasanya masih menjiwai sebagian warga kita, antara lain mereka yang hidup di pedesaan atau pegunungan.
· “Akukah yang mengandung seluruh bangsa ini atau akukah yang melahirkannya, sehingga Engkau berkata kepadaku: Pangkulah dia seperti pak pengasuh memangku anak yang menyusu, berjalan ke tanah yang Kaujanjikan dengan bersumpah kepada nenek moyangnya? Dari manakah aku mengambil daging untuk diberikan kepada seluruh bangsa ini? Sebab mereka menangis kepadaku dengan berkata: Berilah kami daging untuk dimakan” (Bil 11:12-13), demikian kutipan keluh kesah Musa kepada Tuhan. Mungkin kita memiliki pengalaman sebagaimana dialami oleh Musa, yaitu melihat dan mendengar begitu banyak orang berteriak untuk minta makanan. Dari diri kita sendiri tidak mungkin memberikan apa yang mereka harapkan, maka baiklah kita persembahkan kepada Tuhan apa yang kita rasakan, dengan kata lain berdoa kepada Tuhan serta mohon petunjuk atau arahan-Nya.
Dalam dan dengan doa, percayalah pasti akan memperoleh bantuan dari Tuhan melalui sesama dan saudara-saudari kita yang berbaik hati. Dengan kata lain sambil berdoa hendaknya juga dengan rendah hati menyampaikan atau meneruskan apa yang kita rasakan kepada saudara-saudari kita yang berkepunyaan serta peduli terhadap mereka yang miskin dan berkekurangan. Percayalah bahwa di dunia ini cukup banyak orang yang bersedia membantu mereka yang miskin dan berkekurangan, namun sering kurang tahu ke mana atau melalui mana bantuan harus disampaikan agar sampai ke tujuan. Marilah kita menjad ‘penyalur-penyalur belas kasih yang jujur’: kita mohon belas kasih dari orang lain dan begitu menerima lasngsung kita teruskan kepada yang berhak dan membutuhkan. Masa kini dibutuhkan ‘penyalur-penyalur belas kasih yang jujur dan tidak korupsi’.
Ignatius Sumarya, SJ