Bersusahlah bila engkau sedang dipuji kehebatan prestasimu, karena bisa jadi engkau disamakan dengan prestasi kerjamu, sementara kegagalanmu tidak diakui! Karena itu berbahagialah bila engkau ditertawakan karena hasil pekerjaanmu masih belum sempurna. Apapun bentuk ejekannya, dan menyakitkan hati sekalipun, tetaplah melihat "harta tersembunyi" di balik ejekan itu, ada kesempatan emas untuk jadi orang yang makin profesional dalam bidangmu!
Bersusahlah bila engkau diberi banyak pekerjaan, karena bisa jadi engkau tergelincir mengenal dirimu sendiri. Dirimu bukanlah identik dengan banyak pekerjaan, karena siapa dirimu, terletak pada motivasi batinmu dalam bekerja! Karena itu berbahagialah bila engkau kurang dipercaya, sehingga sedikitlah pekerjaanmu, karena dengan pekerjaan yang sedikit engkau ditantang untuk lebih fokus dan setia pada perkara yang sepele. Kalau engkau mampu setia dan membereskan perkara sepele, engkau pasti juga setia kepada perkara yang lebih rumit!
Bersusahlah bila engkau mendapatkan hadiah yang begitu berharga, yang melebihi gajimu satu bulan, karena sangat terbuka, suatu saat nanti engkau diminta membalas orang itu dengan hadiah yang mesti lebih mahal lagi daripada yang sekarang dia berikan padamu. Karena itu berbahagialah engkau, bila engkau mampu memberi hadiah kepada orang yang tidak mampu membalas kebaikanmu, karena di situlah engkau belajar menyangkal diri dalam berbuat baik. Perbuatan baik yang disertai matiraga akan membuat dirimu tidak mudah mengontrol orang lain dengan perbuatan baikmu melainkan engkau akan belajar menghargai privasi kehendak orang lain, yang bisa jadi menolak perbuatanmu sebaik dan seluhur apapun.
Bersusahlah bila engkau diberi fasilitas hidup yang serba mewah dan serba lengkap, karena engkau kehilangan kesempatan untuk belajar kerepotan. Orang yang tidak belajar kerepotan akan kesulitan memahami kerepotan orang lain, sehingga ia akan mudah mencela dan menggerutu atas karya hasil baik orang lain. Maka berbahagialah bila engkau memiliki fasilitas hidup yang terbatas, cukuplah untuk hidup sehari hari, dan engkau belajar untuk kerepotan, seperti belajar masak sendiri, daripada beli di warung makan; belajar untuk naik turun tangga dan sambil kebingungan mencari saudaramu di rumah daripada pakai "intercom" atau "HP"; belajar untuk membereskan kamar tidur sendiri, meski repot sedikit,agar kita belajar memahami pekerjaan seorang pembantu; belajar untuk bertahan dalam kegelisahan dengan tidak SMS atau telp via HP, saat engkau menantikan kehadiran saudara, teman dekat.
Akhirnya, bersusahlah bila engkau diberi harapan akan cinta yang membahagiakan, memuaskan dan menyenangkan..karena harapan itu harapan palsu...cinta yang sejati itu membuat hati terluka, kecewa dan menyakitkan. Namun berbahagialah bila engkau telah melewati saat saat hati terluka karena belajar menerima kekecewaan, membiarkan dilukai oleh "duri duri" saudara kita serumah, pasangan hidup, ataupun orang orang yang dianggap terdekat sekalipun!
Berbahagialah ...karena engkau dipanggil menjadi sempurna, sebagaimana Allah Bapa sempurna di surga!! (bdk Mat 5:48)
Selamat akhir pekan!
Blasius Slamet Lasmunadi, Pr
Bagikan