Renungan Natal: Jangan Takut! Hadapilah Tantangan, Sebab Kamu Telah Dipilih!

JANGAN TAKUT!

HADAPILAH TANTANGAN, SEBAB KAMU TELAH DIPILIH

Jangan takut. Apa yang paling kita takuti? Kematian? Benarkah kematian hal yang menakutkan? Rasanya tidak, karena ada orang yang ternyata mau mati bahkan bunuh diri. Lalu kalau orang mau bunuh diri, dia takut akan apa?

Yang paling kita takuti rasanya bila hidup menjadi tidak bernilai lagi: entah oleh kemiskinan, penyakit, kematian, penolakan, tidak mendapat tempat di hati sesame, dan terutama karena dosa-dosa kita.

Melalui perayaan Natal malam ini, di mana Tuhan sudi datang menjadi manusia, saya dan anda semua adalah orang-orang yang istimewa, saya dan anda ada di hati Tuhan. Anda mungkin tidak ada di hati saudara-saudari anda atau sesama anda, atau bahkan istri atau suami anda, tetapi dengan kedatangan Tuhan, yang Emmanuel, anda ada di hati Tuhan, karena justru kita orang yang tidak pantas Ia sudi datang.. Ia ingin mengembalikan manusia yang jatuh dalam lumpur dosa, agar bisa meraih kemuliaan Allah. Luk. 2:14 "Kemuliaan bagi Allah di tempat yang mahatinggi dan damai sejahtera di bumi di antara manusia yang berkenan kepada-Nya.”

Syaratnya hanya satu yang diminta dari kita: mau menerima Dia/Tuhan di hati kita, maka kita akan ada di hati Tuhan. Demikian sukacita surgawi akan terjadi bila kita berkenan di hati Tuhan.

Anda dan saya dipilih, ditentukan oleh Allah seperti Maria, dan para gembala yang dipilih oleh Allah untuk membawa kabar gembira bahwa Allah itu baik, bahwa Allah berkenan hadir dalam hati kita masing-masing entah bagaimana keadaan hati kita, dan dalam Allah kita mempunyai nilai dan bermartabat.


Allah mendatangi kita semua dan kita semua merindukan kedatangan Allah yang membuat hidup kita menjadi penuh, fullness.

Saya dan anda dipilih menjadi murid-Nya, menjadi orang yang disayangiNya. Inilah kebanggaan yang mesti kita bangkitkan dalam diri kita. Karena saya dan anda ternnyata istimewa di mata Tuhan. Maka inilah modal utama kita, agar jangan takut.


Banyak orang ada dalam situasi bermasalah dan sulit untuk keluar dari masalah. Sesak hidupnya. Tidak tahu hari depan akan seperti apa? Perjalanan ini terasa sangat menyedihkan ............
Tuhanlah yang bisa menjadi jaminan dan harapan, maka ia minta petunjuk ke mana-mana, dukun, paranormal, dan….. seperti lagunya Ebiet: Coba tanya pada rumput yang bergoyang.

Banyak orang yang jauh dari kasih Tuhan, karena suatu tindakan yang membuat dirinya sendiri menjadi terkucil/karena mengucilkan diri. Banyak orang malah menjauh dari Gereja saat menghadapi masalah hidup yang susah dan berat. Karena alasan malu, minder-sungkan dengan sesamanya. Apakah itu berarti Gereja Katolik, lingkungan-lingkungan dan kelompok-kelompok dalam Gereja Katolik hanya untuk orang-orang yang mapan?

Kalau kita yang mapan secara materi, social, dan mungkin juga “rohani”lalu memandang rendah orang-orang miskin, sederhana, rendah pendidikannya, atau karena kesalahan yang telah dibuatnya sehingga mereka takut bergabung bersama kita, berarti kita telah mengkianati penjilmaan Tuhan yang menjadi manusia.

Data di lingkungan sangat jelas, berapa jumlah KK dan warganya, dan berapa jumlah warga yang menampakkan keaktifannya? Lalu apa alasan mereka tidak partisipasi aktif?
Berapa pula yang rajin menimba kekuatan hidup dari Ekaristi mingguan?

Seperti Allah rindu, rindu mengumpulkan anak-anak seperti induk ayam mengumpulkan anak-anaknya dibawah kepak sayapnya (Luk.13:34), saya pribadi juga rindu mereka berkumpul kembali sebagai saudara seiman dalam Kristus dalam Gereja Katolik; untuk berjalan bersama dalam pejiarahan iman dan sekaligus menghidupkan kembali kasih persaudaraan sebagai satu kawanan. Sehingga Doa Yesus, Sint Unum. “Semoga mereka semua bersatu.”

Ketakutan lain yang ada dalam hati kita adalah dalam hal menghadapi tantangan hidup. Ada banyak tantangan menghadang hidup kita dari segi social, ekonomi, maupun politik. Sebagai orang yang beriman Kristiani pun kita sebenarnya sudah memilih untuk siap menghadapi tantangan. Dengan menjadi pengikut Kristus, kita harus dan wajib menghidupi nilai-nilai keadilan, kasih, kebenaran dan damai.

Ketika kita dibaptis atau orangtua membaptiskan kita, sebenarnya saat itu kita siap dan disiapkan untuk menghadapi tantangan. Itu sama seperti Yesus yang segera setelah dibaptis menghadapi tantangan dan godaan di gurun. Yesus dapat melewati godaan dan tantangan bahkan menang karena” Roh Tuhan ada pada-Nya yang dilambangkan burung merpati”. Bunda Maria siap menjadi ibu Tuhan, juga karena dirahmati Allah dan Tuhan sertai dia. (Luk.1:28).
Kalau kita telah dipilih, berarti kitapun dirahmati dan jangan lupa kitapun akan disertai. Mengapa takut?

Dalam beberapa hari lagi kita akan memasuki tahun yang baru. Siapkah kita dengan segala permasalahan yang bakal terjadi? Sebagai murid Tuhan dan Maria, kita akan dengan mantab berseru: “Aku siap, karena aku orang yang terpilih – yang dirahmati dan disertai Allah.”

Aku ingin seperti pohon natal, meskipun tanahnya gersang dan panas ia tetap tumbuh dan hijau. Dan dalam kesatuan dengan Kristus akan bercahaya.

Tuhan memberkati kita semua. Selamat Natal.

Pastor Petrus Mujiono, SCJ.

---------------------

Ada orang yang setelah membuat suatu kesalahan tertentu terhadap orangtuanya dan dibenci orangtuanya, lalu lari ke narkoba karena merasa tidak ada lagi yang sayang padanya. Untuk sembuh kembali juga berat karena saat mau sembuh, sungguh dibutuhkan ada orang yang bener-bener sayang kepadanya, kalau tidak percuma sembuh. Perlu ada orang yang mau mengerti dia, memahami dia, mencintai dia. Ia takut, karena tidak ada orang yang sayang lagi padanya.


Di hari Natal ini ada orang yang saya yakinkan bahwa Allah-lah yang kasih sayangnya tidak dapat diragukan lagi, “Bagaimanapun keadaanmu sekarang ini, Ia sayang kepadamu. Jangan ragukan itu. Maka rayakanlah Natal ini dengan sukacita, karena Ia datang karena kasihNya yang besar kepadamu. Ia menantikanmu dengan siap memelukmu dengan penuh kasih di hatiNya.” Dan ia berjanji akan merayakan malam natal ini setelah sekian tahun tidak pernah mau ke gereja karena ia merasa tidak ada orang yang sayang lagi, termasuk orangtuanya, bahkan Allah-pun tidak, katanya.

***Lewat kreativitas orang muda kita, tempat Yesus dilahirkan tidak digambarkan di gua, tetapi di rumah bedeng/kandang ternak yang terletak disamping rumahnya karena tidak ada tempat lagi di penginapan. Itu biasa bagi pemilik ternak untuk membuat kandang disamping rumahnya, agar sekaligus bisa mengawasi ternak mereka dari pencurian atau dimangsa binatang.

Tidak adanya tempat penginapan bukan karena sudah penuh semua, tetapi karena ada event khusus sensus penduduk maka para pemilik penginapan pasti menaikan harganya, dan Yusup pasti tidak mampu membayarnya. Atau karena penampilan mereka yang sangat sederhana langsung mereka bilang, bahwa tempat sudah penuh.


Sumber: www.st-stefanus.or.id, dengan penyesuaian.

terima kasih telah mengunjungi renunganpagi.id, jika Anda merasa diberkati dengan renungan ini, Anda dapat membantu kami dengan memberikan persembahan kasih. Donasi Anda dapat dikirimkan melalui QRIS klik link. Kami membutuhkan dukungan Anda untuk terus menghubungkan orang-orang dengan Kristus dan Gereja. Tuhan memberkati

renunganpagi.id 2024 -

Privacy Policy