(dibacakan sebagai pengganti homili, dalam setiap Misa, Sabtu-Minggu,13-14 Februari 2010)
Saudara-saudari Umat katolik Keuskupan Agung Jakarta yang terkasih,
1. Hari Rabu mendatang kita memasuki masa puasa, masa pentobatan untuk menyongsong Hari Raya Paskah. Selama masa Prapaskah kita diajak untuk mendalami tema pentobatan yang sudah kita pilih, yaitu “Mari bersama-sama melawan kemiskinan”.
Tema ini dipilih karena kemiskinan adalah tantangan iman yang amat mendesak untuk ditanggapi dan dilawan. Angka-angka mengenai kemiskinan berikut ini dapat memberikan gambaran kepada kita, betapa mendesaknya tantangan iman ini: di tanah-air, di antara kita masih banyak saudara-saudari kita yang tergolong miskin. Menurut angka resmi ada 32,57 juta orang miskin di Indonesia. Di wilayah Keuskupan Agung Jakarta yang meliputi Daerah Khusus Ibukota, wilayah Bekasi dan Tangerang juga banyak saudara-saudari kita yang miskin. Di DKI saja ada 323.170 orang. Tentu lebih besar jumlah prosentasenya di daerah Tangerang dan Bekasi. Maka baik kalau kita memilih tema pentobatan kita :”Mari bersama-sama melawan kemiskinan”. Kami syukuri bahwa Pemerintah pun dalam menentukan program kerjanya juga memusatkan perhatian pada usaha mengurangi jumlah orang miskin.
2. Ketika kita ingin merenungkan dan mewujudkan pentobatan kita dengan melawan kemiskinan, kita dibuat bertanya-tanya oleh sabda Yesus yang baru saja kita dengarkan dalam Injil :”Berbahagialah, hai kamu yang miskin, karena kamulah yang empunya Kerajaan Allah” (Luk 6:20). Apakah dengan sabda itu Yesus mau mengatakan bahwa kemiskinan adalah sesuatu yang baik, yang harus dipertahankan? Apakah dengan demikian Ia menghendaki agar orang miskin tetap miskin agar dapat mengalami kebahagiaan dan dapat ikut memiliki Kerajaan Allah? Pertanyaan itu dengan tegas bisa dijawab: ”Tidak. Yesus tidak menghendaki agar kemiskinan dipertahankan”. Lalu apa maksud sabda Yesus itu? Dengan sabda itu Yesus ingin menyatakan, bahwa Kerajaan Allah yang Ia wartakan, akan terwujud dan menjadi kenyataan. Terwujudnya Kerajaan Allah itu akan membebaskan orang-orang miskin dari kemiskinan mereka. Mengapa? Karena Kerajaan Allah antara lain adalah tata kehidupan bersama di mana “kehendak Allah terjadi di atas bumi seperti di dalam sorga”. Tata kehidupan bersama seperti itu akan terwujud berkat pentobatan sebagai buah dari pewartaan Yesus, yaitu ketika orang rela berbagi, tidak serakah dan tidak menyalahgunakan kekuasaan untuk merampas dan memeras (bdk Luk 2:11-14). Dengan kata lain, sabda itu menyatakan dan menjamin kasih Allah kepada orang-orang miskin yang boleh berharap akan dientaskan dari kemiskinan mereka. Kalau ini terjadi, bukan hanya orang miskin yang berbahagia, tetapi semua orang akan berbahagia dalam tata kehidupan bersama yang diresapi oleh kasih Allah, sehingga “tidak ada seorang pun yang berkekurangan di antara mereka” (bdk. Kis 4:34)
Saudara-saudariku yang terkasih,
3. Begitu besar kasih Yesus kepada orang miskin dan betapa Ia ingin memperhatikan mereka lewat kita murid-murid-Nya, sampai Yesus menyamakan diri-Nya sebagai orang miskin itu dan mengharapkan murid-murid Yesus mengasihi dan menjumpai Yesus dengan mengasihi dan menolong yang papa itu. Yesus berkata :”Segala sesuatu yang kamu lakukan untuk salah seorang dari saudara-Ku yang paling hina ini, kamu telah melakukannya untuk Aku” (Mat 25:40). Kasih akan Allah dan kasih akan sesama menjadi satu: dalam diri mereka yang hina kita menemukan Yesus sendiri, dan dalam Yesus kita menemukan Allah (bdk. DC 15). Inilah pentobatan kita, yaitu mau mencintai Yesus dengan mencari, menemukan orang papa dan menolongnya.
4. Kami syukuri bahwa Anda sudah menunjukkan kepedulian dan sudah banyak menolong orang yang membutuhkan pertolongan, seperti saat ada banjir, gempa bumi dll. Bahkan banyak dari Anda selalu mengunjungi Panti Jompo atau Panti Asuhan dengan menghibur mereka dan memberikan bingkisan Natal, Lebaran atau Paskah. Juga banyak dari Anda sangat peduli terhadap mereka yang papa di daerah miskin di luar Keuskupan Agung Jakarta. Kendati sudah banyak yang Anda lakukan, kami masih mengajak Anda untuk bersama-sama melawan kemiskinan dengan (1) meningkatkan yang dapat menjadi sumber kekayaan, yaitu diri sendiri dan lingkungan hidup Anda; dan (2) melaksanakan itu dalam rangka memberdayakan lingkungan dan kelompok kategorial menjadi umat basis yang makin berkualitas dalam iman, persaudaraan dan pelayanan satu sama lain.
5. Kami syukuri apa yang sudah kami dengar, bahwa ada lingkungan teritorial paroki yang telah menemukan saudara-saudari di lingkungan, termasuk di dalamnya warga se-RT, yang tidak memiliki sumber kehidupan yang jelas. Bagus bahwa ada lingkungan yang telah berhasil membantu mereka itu dengan gerakan bersama dari lingkungannya. Akan menjadi lebih sempurna, kalau saudara saudari kita yang miskin itu dapat didampingi sampai akhirnya memiliki suatu usaha untuk meningkatkan kesejahteraan hidup mereka. Ada yang membuat sampah menjadi pupuk yang dapat dijual; ada yang mulai menggarap dan menanami tanah yang kosong, bekerja sama dengan pemilik tanah itu; atau membuat pekarangan yang sempit dipenuhi dengan pot-pot tanaman atau pralon yang diberi tanah dan pupuk lalu ditanami sayur-mayur kebutuhan sehari-hari seperti cabe dst. Ada yang menanam tanaman sehat yang berguna bagi kebutuhan keluarga. Ada yang mengembangkan usaha bersama menjual bahan mentah atau makanan yang dimasak. Kalau hal-hal yang kecil semacam ini dapat terjadi di mana-mana, berarti ada pertambahan kekuatan hidup yang mandiri, yang bersama-sama merupakan kekuatan melawan kemiskinan.
6. Anda yang tidak menjumpai umat atau warga yang miskin, karena Anda hidup di tengah lingkungan hidup yang berkecukupan, dapat membantu lingkungan lain se-paroki atau membantu paroki lain se-dekenat yang Anda rasakan banyak tanggungan mereka, karena mereka ada di daerah yang memang berpenduduk kelas menengah ke bawah. Yang penting bahwa pentobatan Anda diberi fokus mencari, menemukan dan membantu mereka yang masih kurang sejahtera hidupnya, dan menemukan Kristus sendiri yang Anda cintai dalam diri mereka yang Anda bantu itu. Demikianlah arah dan semangat pentobatan selama masa APP. Bahan APP secara rinci telah disiapkan. Semoga bahan-bahan itu membantu renungan dan refleksi Anda.
7. Mengakhiri surat kami, kami kutip kata-kata Nabi Yeremia yang sangat indah, yang tadi kita dengarkan :”Diberkatilah orang yang mengandalkan Tuhan, yang menaruh harapannya pada Tuhan. Ia akan seperti pohon yang ditanam di tepi air, yang merambatkan akar-akarnya ke tepi batang air, dan yang tidak mengalami datangnya panas terik, yang daunnya tetap hijau, yang tidak kuatir dalam tahun kering dan yang tidak berhenti menghasilkan buah” (Yer 17:7-8). Semoga kita, keluarga dan komunitas kita selalu diberkati Tuhan, dan tidak berhenti mengasilkan buah-buah pertobatan. Selamat menghayati masa Prapaskah. Amin.
Jakarta, Februari 2010
| |
Mgr. Ignatius Suharyo | Julius Kardinal Darmaatmadja, SJ |
Uskup Koajutor KAJ | Uskup Agung Jakarta |
Bagikan