Hari Biasa Pekan II Prapaskah
"Terkutuklah orang yang mengandalkan manusia, yang mengandalkan kekuatannya sendiri, dan yang hatinya menjauh dari pada TUHAN!...Diberkatilah orang yang mengandalkan TUHAN, yang menaruh harapannya pada TUHAN!" (Yeremia 17:6-7)
Doa Renungan
Allah Bapa di surga, kepada-Mu kami panjatkan segala hormat, syukur, dan pujian. Berkat kemurahan-Mu, kami Kauperkenankan menikmati hidup ini. Ya Bapa, hari ini Engkau menunjukkan kemurahan-Mu pada Lazarus yang hina dina, sedang orang kaya yang sombong itu Kauberi ganjaran. Ajarlah kami Bapa untuk selalu bermurah hati kepada mereka yang berkekurangan. Ajarlah kami agar tidak memalingkan muka dari orang yang hina dina di tengah-tengah kami. Dengan pengantaraan Kristus Tuhan kami. Amin.
Bacaan Pertama
Pembacaan dari Kitab Yeremia (17:5-10)
Demikianlah sabda Tuhan
Syukur kepada Allah.
Mazmur Tanggapan PS 840
Ref. Bahagia kuterikat pada Yahwe. Harapanku pada Allah Tuhanku.
Ayat. (Mzm 1:1-2.3.4.6; R: Mzm 40:5a)
1. Berbahagialah orang yang tidak berjalan menurut nasihat orang fasik yang tidak berdiri di jalan orang berdosa, dan yang tidak duduk dalam kumpulan kaum pencemooh; tetapi yang kesukaannya ialah hukum Tuhan, dan siang malam merenungkannya.
3. Bukan demikianlah orang-orang fasik; mereka seperti sekam yang ditiup angin. Sebab Tuhan mengenal jalan orang benar, tetapi jalan orang fasik menuju kebinasaan.
Ref. Terpujilah Kristus Tuhan, Raja mulia dan kekal.
Ayat. Berbahagialah orang, yang setelah mendengar firman Tuhan, menyimpannya dalam hati yang baik dan menghasilkan buah dalam ketekunan.
Bacaan Injil
Inilah Injil Yesus Kristus menurut Lukas (16:19-31)
Inilah Injil Tuhan kita!
Sabda-Mu sungguh mengagumkan!
Renungan
Saudara-saudari terkasih, berrefleksi atas bacaan-bacaan hari ini saya sampaikan catatan-catatan sederhana sebagai berikut:
· Gus Dur (alm) memang kaya akan humor yang berbobot alias berisi. Antara lain ketika bertemu dengan Bapak Kardinal, Gus Dur berkata “Bapak Kardinal itu enak kalau nanti naik ke sorga, lebih enak daripada saya”. “Gimana itu Gus’, pertanyaan Kardinal untuk minta penjelasan lebih lanjut. “Di sorga itu yang ada ialah yang tidak ada di dunia ini. Bapak Kardinal tidak nikah alias tidak boleh menikmati perempuan cantik, maka di sorga nanti disediakan perempuan-perempuan cantik dan dengan bebas memilih dan menikmati semaunya, sedangkan saya di dunia ini tidak boleh makan sate babi, maka di sorga nanti paling hanya disediakan sate babi”, demikian penjelasan Gus Dur lebih lanjut. Apa yang dijelaskan oleh Gus Dur ini hemat saya senada dengan kutipan Warta Gembira hari ini “Anak, ingatlah, bahwa engkau telah menerima segala yang baik sewaktu hidupmu, sedangkan Lazarus segala yang buruk. Sekarang ia mendapat hiburan dan engkau sangat menderita”. Saya merasa hal ini merupakan pengajaran atau katekese sederhana, maka marilah kita mawas diri: apa yang telah dan belum kita lakukan selama hidup di dunia ini. Jika di dunia ini kita berfoya-foya, maka di sorga nanti kita harus matiraga, sebaliknya jika di dunia ini kita matiraga, maka di sorga nanti kita dapat berfoya-foya seenaknya; jika kita jarang atau tak pernah berdoa, maka nanti harus berdoa terus menerus, dst…
· "Terkutuklah orang yang mengandalkan manusia, yang mengandalkan kekuatannya sendiri, dan yang hatinya menjauh dari pada TUHAN! Ia akan seperti semak bulus di padang belantara, ia tidak akan mengalami datangnya keadaan baik; ia akan tinggal di tanah angus di padang gurun, di negeri padang asin yang tidak berpenduduk.Diberkatilah orang yang mengandalkan TUHAN, yang menaruh harapannya pada TUHAN” (Yer 17:5-7). Sebagai orang beriman kita dipanggil untuk menjadi “orang yang mengandalkan Tuhan, yang menaruh harapannya pada Tuhan”, maka marilah kita mawas diri perihal harapan, dambaan, cita-cita atau impian-impian kita, yang menggerakkan dan menggairahkan hidup kita. Harapan, dambaan, cita-cita dan impian kita hendaknya sesuai dengan janji-janji yang pernah kita ikrarkan atau diientegrasikan ke dalam janji tersebut. Dengan kata lain hendaknya harapan kita sesuai dengan aturan dan tatanan yang terkait dengan hidup dan panggilan kita masing-masing alias hidup dan bertindak secara konstitusional, menghayati visi atau spiritualitas hidup bersama dalam kesibukan dan pelayanan sehari-hari. Maka baiklah pada masa Prapaskah ini kita buka kembali buku atau catatan perihal konstitusi, pedoman hidup, anggaran dasar, dst.., kita bacakan dan renungkan serta fahami kembali. Kami percaya bahwa dalam setiap organisasi atau paguyuban hidup bersama pasti ada aturan atau cara bertindak yang harus diikuti atau dilaksanakan oleh seluruh anggotanya, maka alangkah indahnya jika semua anggota memahami semua aturan yang terkait dan kemudian melaksanakannya. Mungkin tidak sempat membaca dan merenungkan seluruh buku, maka baiklah kita renungkan apa yang menjadi motto hidup bersama, yang pada umumnya singkat dan padat. Dengan ini juga kami mengingatkan siapa saja yang hanya mengandalkan kekuatannya sendiri untuk bertobat; marilah saling membantu dan bergotong-royong dalam menghayati panggilan maupun melaksanakan tugas pengutusan.
Jakarta, 03 Maret 2010
Ign Sumarya, SJ
Bagikan