Hari Biasa Pekan III Paskah
"Tidak ada yang akan mampu memisahkan kita dari kasih Allah, yang ada dalam Kristus Yesus, Tuhan kita." Rm 8:39
Doa Renungan
Allah Bapa, yang mahamulia, berilah kami makan roti yang dibagi-bagi oleh Putra-Mu dan semoga kami menghayati bahwa Dia hidup dan menjadi pengantara kami di hadapan-Mu, sekarang dan sepanjang hidup kami. Amin.
Bacaan Pertama
Pembacaan dari Kisah Para Rasul (9:1-20)
Demikianlah sabda Tuhan
U. Syukur kepada Allah.
Mazmur Tanggapan PS 827
Ref. Pergi ke seluruh dunia, wartakanlah Injil!
Ayat. (Mzm 117:1bc.2)
1. Pujilah Tuhan, hai segala bangsa, megahkanlah Dia, hai segala suku bangsa!
2. Sebab kasih-Nya hebat atas kita, dan kesetiaan Tuhan untuk selama-lamanya.
Ref. Alleluya
Solis: Barangsiapa makan daging-Ku dan minum darah-Ku, ia tinggal di dalam Aku, dan Aku di dalam dia, sabda Tuhan.
Bacaan Injil
Inilah Injil Yesus Kristus menurut Yohanes (6:52-59)
Demikianlah Injil Tuhan
U. Terpujilah Kristus.
Renungan
"Inilah roti yang telah turun dari sorga bukan roti seperti yang dimakan nenek moyangmu dan mereka telah mati" (Kis 9:1-20; Yoh 6;52-59)
Saudara-saudari terkasih, berrefleksi atas bacaan-bacaan hari ini saya sampaikan catatan-catatan sederhana sebagai berikut:
• Apa yang kita terima dari nenek moyang kita antara lain adat-istiadat atau kebiasaan hidup dan cara bertindak tertentu, yang pada umumnya masing-masing suku atau bangsa berbeda satu sama lain. Indonesia yang terdiri ribuan pulau ini juga terdiri ratusan suku, dimana masing-masing suku memiliki kebiasaan hidup dan cara bertindak sendiri, yang dihayati sebagai yang paling benar dan baik. Tidak mengherankan sampai kini masing sering terjadi ketegangan antar suku di Negara kita maupun antar suku-bangsa di dunia, mengingat dan memperhatikan masalah adat-itiadat atau budaya( cara melihat, cara merasa, cara berpikir, cara bersikap dan cara bertindak) kurang memperoleh perhatian dalam proses pembelajaran atau pendidikan baik di dalam keluarga maupun di sekolah serta masyarakat pada umumnya. Masalah atau ketegangan dapat muncul ketika ada perbedaan antara ajaran agama, yang pada umumnya lebih luas dan universal, dengan ajaran adat-istiadat sebagaimana diwariskan oleh nenek moyang, yang bersifat terbatas. Sebagai contoh yang sering terjadi adalah penentuan jam dan hari perkawinan, jam penguburan jenasah, dst.. . Dalam hal perkawinan, misalnya, yang dijalani oleh hampir semua manusia; dasar dan ikatan hidup bersama di dalam keluarga adalah cintakasih, dan cintakasih bersifat bebas, namun menurut adat-istiadat tertentu ada ketentuan perihal hari atau jam, yang sering tidak sesuai dengan situasi dan kondisi karena harus pinjam tempat upacara perkawinan maupun pesta. Hemat saya dalam hal perkawinan yang utama dan pertama-tama harus dihayati adalah cinta kasih, jika mendambakan hidup bahagia, bukan hari atau tanggal dan jam/waktu tertentu. Semua hari, jam dan tanggal adalah baik, itulah kebenaran sejati.
• "Dalam perjalanannya ke Damsyik, ketika ia sudah dekat kota itu, tiba-tiba cahaya memancar dari langit mengelilingi dia. Ia rebah ke tanah dan kedengaranlah olehnya suatu suara yang berkata kepadanya: "Saulus, Saulus, mengapakah engkau menganiaya Aku?" (Kis 9:3-4). Kekekaran dan keperkasaan Saulus dikalahkan oleh sinar terang atau cahaya yang berasal dari Tuhan. Apa yang dialami oleh Saulus ini kiranya dapat menjadi pelajaran atau bahan refleksi bagi kita semua. Kami berharap hendaknya kita semua tidak menggantungkan atau mengandalkan 100% pada diri sendiri, tetapi berilah tempat bagi Allah. Maka yang baik dan ideal hemat saya adalah 100% mengandalkan pada diri sendiri dan 100% mengandalkan diri kepada Allah, atau sebagaimana menjadi motto atau ajaran Mgr.A.Sugijapranata SJ (alm.), pahlawan nasional, menjadi 100% warganegara dan 100% katolik/pengikut Yesus Kristus/Tuhan. Memang dalam iman kita tentu percaya bahwa Tuhan melebihi kita dalam segala hal. Marilah kita mengarahkan diri sepenuhnya kepada Penyelenggaraan Ilahi, sehingga apapun yang dikehendaki oleh Tuhan kita laksanakan atau hayati sepenuhnya. Kami juga berharap kepada mereka yang sering mengancam atau menteror orang beragama atau beriman lain untuk bertobat dan memperbaharui diri. Ada rumor yang beredar: daerah Jawa Barat akhir-akhir ini mengalami aneka macam musibah dan bencana alam seperti gempa bumi, banjir di daerah Bandung Selatan maupun wilayah Krawang dan Bekasi, karena ada sekelompok warga yang mungkin dimotori tokoh tertentu mempersulit pembangunan rumah ibadat.
Jakarta, 23 April 2010
Ignatius Sumarya, SJ
Bagikan