| Home | Bacaan Harian | Support Renungan Pagi | Renungan Minggu Ini | Kisah Para Kudus | Katekese Iman Katolik | Privacy Policy |

CARI RENUNGAN

>

Minggu, 11 April 2010 Hari Minggu Paskah II, Minggu Kerahiman Ilahi

Minggu, 11 April 2010
Hari Minggu Paskah II
(Hari Minggu Kerahiman Ilahi)

"Berbahagialah mereka yang tidak melihat namun percaya."

Doa Renungan

Allah Bapa yang kuasa dan kekal, ajarilah kami mengimani Yesus Putra-Mu yang belum pernah kami lihat dengan mata kami ataupun kami jamah dengan tangan kami. Semoga sabda-Nya menghimpun kami menjadi Gereja-Nya. Sebab Dialah Tuhan pengantara kami, kini dan sepanjang masa. Amin.

Bacaan Pertama
Pembacaan dari Kisah Para Rasul (5:12-16)

"Jumlah orang yang percaya kepada Tuhan makin bertambah."

Pada waktu itu para rasul mengadakan banyak tanda dan mujizat di antara orang banyak. Semua orang percaya selalu berkumpul di Serambi Salomo dalam persekutuan yang erat. Orang-orang lain tidak ada yang berani menggabungkan diri kepada mereka. Namun mereka sangat dihormati orang banyak. Dan makin lama makin bertambahlah jumlah orang yang percaya kepada Tuhan, baik laki-laki maupun perempuan, bahkan mereka membawa orang-orang sakit ke luar, ke jalan raya, dan membaringkannya di atas balai-balai dan tilam, supaya, apabila Petrus lewat, setidak-tidaknya bayangannya mengenai salah seorang dari mereka. Dan juga orang banyak dari kota-kota di sekitar Yerusalem datang berduyun-duyun serta membawa orang-orang yang sakit dan orang-orang yang diganggu roh jahat. Dan mereka semua disembuhkan.
Demikianlah sabda Tuhan
U. Syukur kepada Allah.

Mazmur Tanggapan PS 831
Ref. Bersyukurlah kepada Tuhan, karna baiklah Dia
Ayat. (Mzm 118:2-4.22.25-27a; R:1)
1. Biarlah Israel berkata, "Kekal abadi kasih setia-Nya"
Biarlah kaum Harun berkata, "Kekal abadi kasih setia-Nya
Biarlah orang yang takwa pada Tuhan berkata, "Kekal abadi kasih setia-Nya!"
2. Batu yang dibuang oleh tukang-tukang bangunan, telah menjadi batu penjuru.
Hal itu terjadi dari pihak Tuhan, suatu perbuatan ajaib di mata kita.
Inilah hari yang dijadikan Tuhan,
marilah kita bersorak-sorai dan bersukacita karena-Nya!
3. Ya Tuhan, berilah kiranya keselamatan!
Ya Tuhan, berilah kiranya kemujuran!
Diberkatilah dia yang datang dalam nama Tuhan!
Kami memberkati kamu dari dalam rumah Tuhan
Tuhan Allah, Dia menerangi kita.

Bacaan Kedua
Pembacaan dari Kitab Wahyu (1:9-11a.12-13.17-19)

"Aku telah mati, namun lihatlah, Aku hidup sampai selama-lamanya."

Aku, Yohanes, saudara dan sekutumu dalam kesusahan, dalam Kerajaan dan dalam ketekunan menantikan Yesus, berada di pulau yang bernama Patmos oleh karena firman Allah dan kesaksian yang diberikan oleh Yesus. Pada hari Tuhan aku dikuasai oleh Roh dan aku mendengar dari belakangku suatu suara yang nyaring, seperti bunyi sangkakala, katanya: "Apa yang engkau lihat, tuliskanlah di dalam sebuah kitab dan kirimkanlah kepada ketujuh jemaat di Asia." Lalu aku berpaling untuk melihat suara yang berbicara kepadaku. Dan setelah aku berpaling, tampaklah kepadaku tujuh kaki dian dari emas. Dan di tengah-tengah kaki dian itu ada seorang serupa Anak Manusia, berpakaian jubah yang panjangnya sampai di kaki, dan dadanya berlilitkan ikat pinggang dari emas. Ketika melihat Dia, tersungkurlah aku di depan kaki-Nya sama seperti orang yang mati; tetapi Ia meletakkan tangan kanan-Nya di atasku, lalu berkata: "Jangan takut! Aku adalah Yang Awal dan Yang Akhir, dan Yang Hidup. Aku telah mati, namun lihatlah, Aku hidup, sampai selama-lamanya dan Aku memegang segala kunci maut dan kerajaan maut. Karena itu tuliskanlah apa yang telah kaulihat, baik yang terjadi sekarang maupun yang akan terjadi sesudah ini.
Demikianlah sabda Tuhan
U. Syukur kepada Allah.

Bait Pengantar Injil PS 955
Ref. Alleluya, Alleluya, Alleluya
Solis: Yesus bersabda, "Hai Tomas, karena melihat Aku, engkau percaya: Berbahagialah yang tidak melihat namun percaya.

Bacaan Injil
Inilah Injil Yesus Kristus menurut Yohanes (20:19-31)

"Delapan hari kemudian Yesus datang."

Setelah Yesus wafat di salib, pada malam pada pertama minggu itu berkumpullah murid-murid Yesus di suatu tempat dengan pintu-pintu yang terkunci karena mereka takut kepada orang-orang Yahudi. Pada waktu itu datanglah Yesus dan berdiri di tengah-tengah mereka dan berkata: "Damai sejahtera bagi kamu!" Dan sesudah berkata demikian, Ia menunjukkan tangan-Nya dan lambung-Nya kepada mereka. Murid-murid itu bersukacita ketika mereka melihat Tuhan. Maka kata Yesus sekali lagi: "Damai sejahtera bagi kamu! Sama seperti Bapa mengutus Aku, demikian juga sekarang Aku mengutus kamu." Dan sesudah berkata demikian, Ia mengembusi mereka dan berkata: "Terimalah Roh Kudus. Jikalau kamu mengampuni dosa orang, dosanya diampuni, dan jikalau kamu menyatakan dosa orang tetap ada, dosanya tetap ada." Tetapi Tomas, seorang dari kedua belas murid itu, yang disebut Didimus, tidak ada bersama-sama mereka, ketika Yesus datang ke situ. Maka kata murid-murid yang lain itu kepadanya: "Kami telah melihat Tuhan!" Tetapi Tomas berkata kepada mereka: "Sebelum aku melihat bekas paku pada tangan-Nya dan sebelum aku mencucukkan jariku ke dalam bekas paku itu dan mencucukkan tanganku ke dalam lambung-Nya, sekali-kali aku tidak akan percaya." Delapan hari kemudian murid-murid Yesus berada kembali dalam rumah itu dan Tomas bersama-sama dengan mereka. Sementara pintu-pintu terkunci, Yesus datang dan Ia berdiri di tengah-tengah mereka dan berkata: "Damai sejahtera bagi kamu!" Kemudian Ia berkata kepada Tomas: "Taruhlah jarimu di sini dan lihatlah tangan-Ku, ulurkanlah tanganmu dan cucukkan ke dalam lambung-Ku dan jangan engkau tidak percaya lagi, melainkan percayalah." Tomas menjawab Dia: "Ya Tuhanku dan Allahku!" Kata Yesus kepadanya: "Karena engkau telah melihat Aku, maka engkau percaya. Berbahagialah mereka yang tidak melihat, namun percaya." Memang masih banyak tanda lain yang dibuat Yesus di depan mata murid-murid-Nya, yang tidak tercatat dalam kitab ini, tetapi semua yang tercantum di sini telah dicatat, supaya kamu percaya, bahwa Yesuslah Mesias, Anak Allah, dan supaya kamu oleh imanmu memperoleh hidup dalam nama-Nya.
Inilah Injil Tuhan kita!
U. Sabda-Mu sungguh mengagumkan!

'Berbahagialah mereka yang tidak melihat namun percaya'

Rekan-rekan yang baik,
Beberapa pokok dalam Yoh 20:19-31 yang dibacakan pada hari Minggu Paskah II 19 April 2010 ini saya bicarakan dengan Oom Hans. Ia tidak berkeberatan penjelasannya diteruskan kepada kalian. Malah ia sudah mendengar reaksi pembaca catatan pendek saya mengenai kebangkitan dari hari Minggu Paskah lalu. Dan ia ikut menambahkan pendapatnya di akhir suratnya ini. Selamat membaca!

A. Gianto


=======================================

Gus yang baik!
Bagian Injil yang kautanyakan itu (Yoh 20:19-31) kumaksud sebagai penjelasan bagi murid-muridku yang kerap bertanya bagaimana dulu kami bisa mulai percaya bahwa Yesus yang baru saja dimakamkan tapi tidak ada di situ lagi itu toh tetap terasa dekat bagi kami. Agak ada kesamaannya dengan ingatan akan orang-orang dekat yang sudah tak ada lagi tapi yang tetap menjadi bagian hidup kita. Tapi juga amat berbeda. Ia tidak ada lagi di antara orang mati. Makamnya kosong. Kita merasa betul-betul gembira, bukan hanya kangen seperti bila kita teringat orang lain. Bahkan menimang-nimang ingatan akan dia tidak penting lagi. Kami lebih merasa menjadi bagian dia daripada dia menjadi bagian kita. Aku ingin agar murid-muridku memahami pengalaman kami itu.

Yesus menampakkan diri kepada kami sewaktu kami sedang mengunci diri karena takut kepada para penguasa Yahudi yang memang bersikap memusuhi para pengikut Yesus. Penampakan itu tidak dialami banyak orang lain. Murid-muridku tidak ada yang melihat penampakan Yesus. Paulus pun tidak seperti kami yang melihat tangan Yesus yang ada bekas luka paku, pinggangnya yang ada bekas tusukan tombak. Kalau mau tahu seluk beluk yang dialami Paulus, simak pengakuannya (1 Kor 15:8) atau baca cerita Lukas (Kis 9:39).

Murid-muridku ingin melihat Yesus yang bangkit seperti kami dulu, ingin ikut mengalami yang kami alami. Dan kurasa keinginan itu tak bisa dianggap remeh. Tetapi Yesus juga tidak bisa kita minta menampakkan diri, bahkan harapan semacam itu tak baik. Lama kupikirkan bagaimana menerangkan bagaimana percaya tanpa melihat.
Ingat kan, Tomas yang kurang percaya laporan kami itu akhirnya percaya juga setelah melihat sendiri. Yesus menampakkan diri kepadanya dan meminta dia meraba supaya percaya. Tomas tidak sungguh meraba bekas luka-lukanya. Sudah cukup baginya melihat, lalu percaya dan berseru, "Tuhanku dan Allahku!" Melihat Yesus itu berarti melihat Allah Yang Maha Tinggi yang mengutus Yesus ke dunia ini. Itulah sebabnya Tomas menyerukan dua sebutan itu. Aku ingat, Yesus sendiri ayan dulu mengatakan siapa mengenalnya akan mengenali Bapanya pula (Yoh 8:19; 14:7.9-11). Dan Bapanya itu Allah. Camkan perkataan Yesus kepada Tomas pada akhir peristiwa itu (Yoh 20:29), "Karena engkau melihat aku maka engkau percaya. Berbahagialah mereka yang tidak melihat namun percaya." Kata-kata itu ditujukan kepada Tomas, tapi kami semua yang di ada di situ mendengarnya. Hal ini berulang kali kuteruskan kepada murid-muridku yang percaya kepada Yesus meski tidak pernah melihat dengan mata kepala sendiri seperti kami dan Tomas dulu atau seperti Maria Magdalena sebelumnya.

Aku sendiri sebetulnya mulai percaya sebelum melihat sendiri. Sudah kuceritakan, setelah mendengar berita dari Maria Magdalena, Petrus dan aku berlari ke makam. Kudapati juga kafan yang ditemukan Petrus di tanah dan penutup muka yang terlipat rapi (Yoh 20:8). Saat itulah aku percaya ia sudah bangkit meski belum melihatnya sendiri. Kemudian ketika mendengar kata-kata kepada Tomas tadi aku merasa sungguh berbahagia.

Tetapi memang "melihat" itu penting. Aku mulai mengerti pentingnya hubungan antara melihat dan percaya dari pengalaman orang buta sejak lahir yang disembuhkan Yesus (Yoh 9) dengan cara yang khas. Ketika orang-orang pada menanyainya siapa yang membuatnya melek, jawabnya (ayat 11), "Orang yang bernama Yesus itu" mengobati matanya dengan lumpur dan menyuruhnya berendam di Siloam. Beberapa waktu kemudian ketika beberapa orang Farisi ikut menanyainya, jawabnya makin tegas (ayat 18), "Ia itu nabi!" Tetapi orang-orang Farisi itu malah berusaha mengintimidasi orang tadi. Ia kemudian bertemu Yesus lagi dan Yesus bertanya apa ia percaya kepadanya (Yesus menyebut diri "anak manusia"). Dan orang itu balik bertanya, mana orangnya supaya ia bisa menyatakan diri percaya. Yesus menyahut, bukan saja engkau melihat tapi sedang berbicara dengannya. Dan saat itu orang tadi sujud dan berseru (ayat 38), "Aku percaya, Tuhan!" Jelas bagiku. Pertama-tama si buta itu mengenali Yesus sebagai orang yang menyembuhkannya, kemudian menegaskannya sebagai nabi, dan akhirnya bersujud dan percaya kepadanya. Dan proses ini berlanjut juga ketika Yesus bangkit. Maria Magdalena, para murid, dan Tomas contohnya. Melihat bisa berkembang menjadi persepsi batin dan membuat orang mengenali kebenaran yang dilihat. Tapi bila melihat tidak berkembang, bisa jadi orang malah tidak dapat mempercayai apapun. Orang Farisi dalam kisah penyembuhan orang buta itu melihat tapi tak percaya. Kenapa? Karena mereka tidak terbuka untuk mengakuinya, apalagi mempercayainya. Karena itu kita mesti berterimakasih kepada Yesus yang mengatakan berbahagialah orang yang tidak melihat tetapi percaya. Tak perlu orang menjalani langkah-langkah yang kalau keliru malah membuat orang makin jauh. Kalian itu sebetulnya lebih beruntung dari pada kebanyakan dari kami. Tak perlu dicobai dengan penglihatan. Kalian menemukan Yesus yang bangkit dengan kesadaran batin dan mengalami kehadirannya di tengah-tengah kalian.

Sore hari Paskah itu, ketika menampakkan diri, Yesus meniupkan Roh (Yoh 20:22). Seperti dalam penciptaan manusia dulu (Kej 2:7), kami menerima nafas hidup baru. Roh Kudus datang kepada kita untuk membuat kita hidup dalam Yesus yang bangkit. Memang sebelumnya dalam perjamuan terakhir ia telah menyatakan diri mau berbagi "sangkan paran" dengan kami - itu istilahmu yang kusukai. Tidak heran bila ini semua juga bisa sungguh terjadi pada kalian. Tapi untuk itu kalian perlu belajar memakai penglihatan batin untuk melihat Tuhan dan Allah - mengenal Yesus yang mulai kalian dengar dari kami dan bila sampai ke situ, kalian akan sadar juga bahwa Allah itu boleh dipanggil Bapa, seperti diajarkan Yesus. Dulu Yesus tak jemu-jemunya mengatakan ini kepada kami. Kami kira dia melantur. Tetapi kini aku paham.

Kau juga bertanya soal kebangkitan buat zaman sekarang. Bisa kukatakan: percaya bahwa Yesus itu bangkit dan hidup itu sama bagi kami dulu dan bagi kalian sekarang. Mengenali dia juga akhirnya sama bagiku dan bagimu. Kami dulu diutus olehnya, setelah mendapat kekuatan Rohnya, untuk mengujudkan kepercayaannya kepada Bapanya. Hal ini diungkapkan dengan bahasa yang lebih kami pahami dalam situasi kami dulu, yaitu tentang mengampuni dosa atau menyatakan dosa tetap ada (Yoh 20:23). Dosa yang dimaksud ialah penolakan terhadap dia yang hadir di tengah-tengah manusia itu. Kami dulu ditugasi untuk hidup sesuai dengan semangat kebangkitan, menegakkan nilai-nilai yang sejalan dengan kemerdekaan hidup sebagai anak-anak Allah. Kalian menerima pengutusan yang sama. Kita tak bisa diam saja bila martabat anak-anak Allah memudar. Aku dengar di negeri kalian kemelaratan dan kebodohan menjadi penyakit menahun. Ada banyak yang kurang mempunyai sarana dan bekal memadai untuk jadi manusia yang pantas. Atau kalau mau pakai bahasa Injili, belum semua mendapat kesempatan lepas dari kuasa dosa agar menjadi anak-anak Allah. Kami diutus untuk membawakan kesempatan yang sama bagi semua orang. Kalian juga.

Seorang kenalan mengirim tembusan catatanmu yang menggarisbawahi beda antara kebangkitan hari Paskah dengan penghidupan kembali orang mati. Memang kebangkitan itu berbeda dengan kembali ke kehidupan seperti Lazarus dulu (Yoh 11), atau anak janda di Nain (Luk 7:11-17) dan anak perempuan Yairus (Mrk 5:35-43; Luk 8: 49-56, juga Mat 9:23-26) yang dihidupkan kembali. Kebangkitan itu berjalan memasuki hidup baru degan Yang Maha Kuasa sendiri, bukan berbalik ke dunia dan bakal meninggal lagi. Badan juga bangkit dan tidak lagi mengalami keterbatasan-keterbatasan jasad seperti orang yang lahir ke dunia. Rekan tadi juga menambahkan pendapatnya: "Jadi ini bisa menjelaskan mengapa Maria Magdalena tak mengenali Yesus yang sudah bangkit. Waktu di makam, Maria Magdalena tak mengenali-Nya. Sesudah Ia berkata-kata, barulah Maria mengatakan: Rabbuni. Begitu pun yang terjadi pada dua Rasul yang berjalan ke Emaus. Kedua murid itu tak mengetahui bahwa yang berjalan di sebelah mereka adalah Sang Guru. Mereka baru tahu ketika Ia memecahkan roti." Tanggapan itu berasal dari kawan yang tidak banyak kenal ilmu teologi dan tafisr, tapi bisa berteologi dan mampu menangkap warta Injil. Dan memang itulah penjelasannya mengapa Yesus yang bangkit itu tak segera dikenali. Kita butuh waktu dan keberanian untuk menyadari apa yang terjadi. Kongkritnya: membiarkan kisah-kisah tentang Yesus berkembang maknanya, jangan dilihat sebagai cerita melulu; beranilah mendalami gagasan tentang Kristus yang bangkit, jangan puas dengan yang lumrah dan rutin. Memang kematangan ini baru bisa mulai bila menyertakan yang diimani. Tak bisa dicapai secara sepihak, sesaleh apapun, semulia apapun. Macam-macam jalannya. Ada yang merasa disapa batinnya ketika sedang gundah seperti Maria Magdalena, ada yang diimbau agar menemukan kehadirannya dalam "pemecahan roti", seperti dua murid Emaus - ini ungkapan paling pokok dari kepercayaan para murid: berbagi kehidupan dengan dia yang sudah bangkit. Dan masih banyak cara lain yang akan kalian temukan bersama Yesus yang telah bangkit itu sendiri.


Salam
Hans

HARI MINGGU PASKAH II -- HARI MINGGU KERAHIMAN ILAHI

Buk
u Catatan Harian St Faustina memuat setidak-tidaknya empatbelas bagian di mana Tuhan kita meminta suatu "Pesta Kerahiman Ilahi" ditetapkan secara resmi dalam Gereja.


"Pesta ini muncul dari lubuk kerahiman-Ku yang terdalam, dan diperteguh oleh kedalaman belas kasih-Ku yang paling lemah lembut (420)…. Adalah kehendak-Ku agar pesta ini dirayakan dengan khidmad pada hari Minggu pertama sesudah Paskah.… Aku menghendaki Pesta Kerahiman Ilahi menjadi tempat perlindungan dan tempat bernaung bagi segenap jiwa-jiwa, teristimewa para pendosa yang malang. Pada hari itu, lubuk belas kasih-Ku yang paling lemah-lembut akan terbuka. Aku akan mencurahkan suatu samudera rahmat atas jiwa-jiwa yang menghampiri sumber kerahiman-Ku (699)"

Tergerak oleh permenungan akan Allah sebagai Bapa yang Maharahim, maka Bapa Suci Yohanes Paulus II menghendaki agar sejak saat ditetapkannya, Minggu Paskah II secara resmi dirayakan sebagai Minggu Kerahiman Ilahi oleh segenap Gereja semesta. Hal ini dimaklumkan beliau pada tanggal 30 April 2000, tepat pada hari kanonisasi St Faustina Kowalska. Lebih lanjut, Paus Yohanes Paulus II memberikan tugas kepada para imam, sebagaimana tercantum dalam Dekrit Penitensiary Apostolik 29 Juni 2002, untuk memberikan penjelasan kepada umat Katolik mengenai Minggu Kerahiman Ilahi ini.

0 PENGHORMATAN LUKISAN KERAHIMAN ILAHI

Lukisan Yesus, Allah yang Maharahim, hendaknya mendapat tempat terhormat yang istimewa pada Pesta Kerahiman Ilahi, sebagai suatu sarana pengingat yang kelihatan atas segala yang telah Yesus lakukan bagi kita melalui Sengsara, Wafat dan Kebangkitan-Nya .… dan juga, sebagai sarana pengingat akan apa yang Ia kehendaki dari kita sebagai balasannya, yaitu percaya penuh kepada-Nya dan berbelas kasih kepada sesama.

"Aku menghendaki lukisan ini diberkati secara khidmad pada hari Minggu pertama sesudah Paskah, dan Aku menghendaki lukisan ini dihormati secara umum agar setiap jiwa dapat tahu mengenainya (341)."

0 INDULGENSI KHUSUS PADA MINGGU KERAHIMAN ILAHI

Tuhan kita berjanji untuk menganugerahkan pengampunan penuh atas dosa dan penghukuman pada Pesta Kerahiman Ilahi, seperti dicatat sebanyak tiga kali dalam Buku Catatan Harian St Faustina; setiap kali dengan cara yang sedikit berbeda:

"Aku akan menganugerahkan pengampunan penuh kepada jiwa-jiwa yang menerima Sakramen Tobat dan menyambut Komuni Kudus pada Pesta Kerahiman Ilahi (1109)."

"Jiwa yang menghampiri Sumber Hidup pada hari ini akan dianugerahi pengampunan penuh atas dosa dan penghukuman (300)."

"Jiwa yang menerima Sakramen Tobat dan menyambut Komuni Kudus akan mendapatkan pengampunan penuh atas dosa dan penghukuman (699)."

Sebagai kelanjutan dari dimaklumkannya hari Minggu pertama sesudah Paskah sebagai Minggu Kerahiman Ilahi, Imam Agung di Roma, terdorong semangat yang berkobar untuk menggairahkan semaksimal mungkin praktek Devosi Kerahiman Ilahi dalam diri umat Kristiani dengan harapan mendatangkan buah-buah rohani yang berguna bagi kaum beriman, maka pada tanggal 13 Juni 2002 beliau memaklumkan bahwa Gereja memberikan indulgensi, baik indulgensi penuh maupun sebagian, kepada mereka yang mempraktekkan Devosi Kerahiman Ilahi dengan syarat-syarat seperti yang ditetapkan Gereja.

0 RAHMAT-RAHMAT LUAR BIASA

Satu hal tampak jelas: melalui janji di atas, Tuhan kita menekankan nilai tak terhingga Sakramen Tobat dan Komuni Kudus sebagai mukjizat-mukjizat belas kasih-Nya. Tuhan ingin kita menyadari bahwa karena Ekaristi adalah Tubuh, Darah, Jiwa dan Ke-Allah-an-Nya Sendiri, maka Ekaristi adalah "Sumber Hidup" (300). Ekaristi adalah Yesus, Ia Sendiri, Allah yang Hidup, yang rindu mencurahkan Diri-Nya sebagai Belas kasih ke dalam hati kita.

Dalam penampakan-penampakan-Nya kepada St Faustina, Tuhan kita menunjukkan dengan jelas apa yang Ia tawarkan kepada kita dalam Komuni Kudus dan betapa amat melukai hati-Nya apabila kita acuh tak acuh terhadap kehadiran-Nya:

"Sukacita-Ku yang besar adalah mempersatukan DiriKu dengan jiwa-jiwa. Apabila Aku datang ke dalam hati manusia dalam Komuni Kudus, tangan-tangan-Ku penuh dengan segala macam rahmat yang ingin Aku limpahkan atas jiwa. Namun, jiwa-jiwa bahkan tak mengindahkan Aku; mereka mengacuhkan DiriKu dan menyibukkan diri dengan hal-hal lain. Oh, betapa sedih Aku sebab jiwa-jiwa tak mengenali Kasih! Mereka memperlakukan-Ku bagaikan suatu benda mati (1385)…."

"Sungguh amat menyakitkan hati-Ku apabila jiwa-jiwa religius menerima Sakramen Cinta Kasih hanya karena kebiasaan belaka, seolah mereka tak mengenali santapan ini. Aku tak mendapati baik iman maupun kasih dalam hati mereka. Aku datang ke dalam jiwa-jiwa demikian dengan keengganan besar. Akan lebih baik seandainya mereka tak menerima Aku (1258)…."

"Betapa menyakitkan Aku bahwa jiwa-jiwa begitu jarang mempersatukan dirinya dengan-Ku dalam Komuni Kudus. Aku menanti jiwa-jiwa, dan mereka acuh tak acuh terhadap-Ku. Aku ingin mencurahkan rahmat-rahmat-Ku atas mereka, tetapi mereka tak hendak menerimanya. Mereka memperlakukan-Ku bagaikan suatu benda mati, padahal Hati-Ku penuh cinta dan belas kasih. Agar engkau dapat memahami setidak-tidaknya sedikit rasa sakit-Ku, bayangkanlah seorang ibu yang paling lembut hati, yang amat mengasihi anak-anaknya, namun anak-anaknya itu menolak kasihnya. Bayangkan betapa pilu hatinya. Tak seorang pun akan mampu menghibur hatinya. Begitulah, gambaran akan kasih-Ku (1447)."

Jadi, janji Tuhan kita akan pengampunan penuh merupakan suatu peringatan sekaligus panggilan. Suatu peringatan bahwa Ia nyata hadir dan nyata hidup dalam Ekaristi, berlimpah kasih bagi kita, menanti kita datang kepada-Nya dengan penuh kepercayaan. Suatu panggilan bagi kita semua untuk dibasuh bersih dalam Kasih-Nya melalui Sakramen Tobat dan Komuni Kudus - tak peduli betapa berat dosa-dosa kita - dan kita memulai hidup baru kembali. Yesus menawarkan kepada kita suatu permulaan yang baru, suatu lembaran yang bersih.

Agar dapat sungguh memahami janji ini, kita perlu melihatnya dalam konteks janji-janji lain yang Tuhan Yesus tawarkan kepada kita dalam Pesta Kerahiman. Ia tidak hanya menawarkan satu rahmat saja, melainkan rahmat-rahmat yang tak terhingga:

"Pada hari itu, lubuk belas kasih-Ku yang paling lemah-lembut akan terbuka. Aku akan mencurahkan suatu samudera rahmat atas jiwa-jiwa yang menghampiri sumber kerahiman-Ku. Jiwa yang menerima Sakramen Tobat dan menyambut Komuni Kudus akan mendapatkan pengampunan penuh atas dosa dan penghukuman. Pada hari itu seluruh pintu-pintu rahmat Ilahi dari mana rahmat-rahmat mengalir akan dibuka (699)."

Dalam "Penilaian Resmi" Sensor Teologis Kedua atas catatan-catatan St Faustina, kita dapati penjelasan terperinci mengenai limpahan rahmat istimewa ini:

"Agar Pesta Kerahiman Ilahi dapat sungguh menjadi suatu pengungsian bagi segenap jiwa-jiwa, kemurahan hati Yesus yang terdalam dibuka lebar pada hari ini guna mencurahkan ke atas jiwa-jiwa, tanpa menahan-nahan sedikit pun, segala macam dan segala tingkatan rahmat - bahkan yang belum pernah dikenal sekalipun. Kemurahan hati ini merupakan … motivasi untuk memohon kepada Kerahiman Ilahi, dengan kepercayaan penuh serta tanpa batas, segala karunia rahmat yang ingin Tuhan curahkan pada hari Minggu ini…."

Apakah yang harus kita lakukan agar memperoleh rahmat-rahmat yang ingin Tuhan curahkan atas kita? Lagi, "Penilaian Resmi" Sensor Teologis Kedua menyajikan jawabnya:

"Karena kepercayaan penuh merupakan sarana menghampiri Belas Kasih Ilahi, patut kita simpulkan bahwa makna mendalam dari harapan dan janji-janji sehubungan dengan Pesta Kerahiman Ilahi adalah sebagai berikut: Pada hari Pesta-Nya, Yesus ingin menganugerahkan kepada kita semua - teristimewa orang-orang berdosa - suatu limpahan rahmat yang luar biasa. Dan karenanya, pada hari ini Ia menanti kita datang menghampiri Kerahiman-Nya dengan kepercayaan semaksimal mungkin."


0 BAGAIMANA MEMPERSIAPKAN DIRI DENGAN PANTAS?

Salah satu cara yang terpenting, tentu saja, dengan menyambut Komuni Kudus pada hari Minggu Kerahiman Ilahi dan menerima Sakramen Tobat yang bahkan dapat dilakukan sebelum Pekan Suci; sepanjang Masa Prapaskah merupakan persiapan untuk menyambut Minggu Kerahiman Ilahi!

Tetapi, kita tidak hanya sekedar dipanggil untuk mohon belas kasih Tuhan dengan penuh kepercayaan, melainkan kita juga dipanggil untuk berbelas kasih kepada sesama. Perkataan Tuhan kita kepada St Faustina mengenai tuntutan untuk berbelas kasih kepada sesama sangat tegas dan jelas:

"Ya, hari Minggu pertama sesudah Paskah adalah Pesta Kerahiman Ilahi, namun demikian haruslah ada perbuatan-perbuatan belas kasih…. Aku menuntut dari kalian perbuatan-perbuatan belas kasih yang timbul karena kasih kepada-Ku. Hendaklah kalian menunjukkan belas kasih kepada sesama di setiap waktu dan di setiap tempat. Janganlah kalian berkecil hati atau berusaha mencari-cari alasan untuk tidak melakukannya" (742).

Novena Kerahiman Ilahi

Pada hari Jumat Agung 1937, Yesus meminta St Faustina mendoakan suatu novena khusus menjelang Pesta Kerahiman Ilahi; novena dimulai pada hari Jumat Agung hingga Sabtu sebelum Minggu Paskah II. Yesus Sendiri yang mendiktekan intensi-intensi novena untuk tiap-tiap hari. Dengan novena ini, St Faustina diminta untuk membawa kepada Hati Yesus Yang Mahakudus sekelompok jiwa-jiwa yang berbeda setiap hari dan membenamkan mereka ke dalam samudera belas kasih-Nya, mohon pada Allah Bapa - dengan mengandalkan jasa-jasa Sengsara Yesus - rahmat-rahmat bagi mereka.

Tidak seperti Novena Koronka, yang dengan jelas Tuhan kehendaki agar setiap orang mendaraskannya, Novena Kerahiman tampaknya diperuntukkan terutama bagi kepentingan pribadi St Faustina. Hal ini dapat dilihat dari perintah Tuhan, di mana Tuhan menyebutkan kata "kamu" dalam bentuk tunggal.

Namun demikian, karena St Faustina diperintahkan untuk menuliskannya, pastilah Tuhan bermaksud agar novena didoakan oleh yang lain juga. Begitu diterbitkan, novena segera menjadi sangat populer; orang banyak mendoakan novena, bukan hanya sebagai persiapan merayakan Minggu Kerahiman Ilahi, melainkan mereka mendoakannya di waktu-waktu lain juga.

Dengan mendoakan Novena kepada Kerahiman Ilahi, kita sungguh menjadikan intensi-intensi Tuhan Yesus sebagai intensi kita sendiri - sungguh suatu perwujudan nyata yang indah dari hak dan kewajiban istimewa Gereja, sebagai Mempelai Kristus, menjadi pendoa di sisi Kristus yang bertahta di atas singgasana belas kasih.

Novena kepada Kerahiman Ilahi dapat dilihat pada booklet "Devosi kepada Kerahiman Ilahi" oleh Stefan Leks; penerbit Kanisius 1993.


Sumber: 1. "The Divine Mercy Message and Devotion" by Fr Seraphim Michalenko, MIC and Vinny Flynn; published by the Archdiocesan Divine Mercy Devotion, Singapore; 2. Marians of the Immaculate Conception; www.marian.org/divinemercy; 3.The Divine Mercy; www.thedivinemercy.org; 4. "Yesus Engkaulah Andalanku - Devosi kepada Kerahiman Ilahi" oleh Stefan Leks; penerbit Kanisius 1993; 5. "Rasul Kerahiman Ilahi - Devosi kepada Kerahiman Ilahi" oleh P. Ceslaus Osiecki, SVD, "Kemah Tabor", Pos Mataloko 86461 - Flores; 6. tambahan dari berbagai sumber

Diperkenankan mengutip / menyebarluaskan artikel di atas dengan mencantumkan: "disarikan dan diterjemahkan oleh YESAYA: www.indocell.net/yesaya"

www.mirifica.net


Bagikan

renunganpagi.id 2024 -

Privacy Policy