Hari Biasa Pekan IV Paskah
Pw St. Petrus Kanisius
Doa Renungan
Allah Bapa yang kuasa dan kekal, Engkau mencamkan dalam hati kami satu nama, tempat kami dapat memperoleh keselamatan, ialah Yesus, Putra-Mu, yang hidup. Kami mohon, bangunlah kami menjadi Gereja-Mu, di mana Dia menjadi batu sendinya. Sebab Dialah Tuhan dan Gembala kami untuk selama-lamanya. Amin.
Bacaan Pertama
Pembacaan dari Kisah Para Rasul (11:19-26)
"Mereka berbicara kepada orang-orang Yunani, dan memberitakan Injil bahwa Yesus adalah Tuhan."
Demikianlah sabda Tuhan
U. Syukur kepada Allah.
Mazmur Tanggapan
Ref. Pujilah Tuhan, hai segala bangsa!
Ayat. (Mzm 87:1b-3.4-5.6-7)
1. Di gunung-gunung yang kudus ada kota yang dibangun-Nya; Tuhan lebih mencintai pintu-pintu gerbang Sion daripada segala tempat kediaman Yakub. Hal-hal yang mulia dikatakan tentang engkau, ya kota Allah.
2. Aku menyebut Rahab dan Babel di antara orang-orang yang mengenal Aku, bahkan tentang Filistea, Tirus dan Etiopia Kukatakan, "Ini dilahirkan di sana." Tetapi tentang Sion dikatakan: "Tiap-tiap orang dilahirkan di dalamnya," dan Dia, Yang Mahatinggi, menegakkannya.
3. Pada waktu mencatat bangsa-bangsa Tuhan menghitung; "Ini dilahirkan di sana." Dan orang menyanyi-nyanyi sambil menari beramai-ramai, "Semua mendapatkan rumah di dalammu."
Bait Pengantar Injil PS 959
Ayat. Domba-domba-Ku mendengarkan suara-Ku, sabda Tuhan. Aku mengenal mereka dan mereka mengikut Aku.
Bacaan Injil
Inilah Injil Yesus Kristus menurut Yohanes (10:22-30)
U. Sabda-Mu sungguh mengagumkan!
Renungan
· Kebanyakan di antara kita kiranya sering mengalami kebimbingan atau keraguan dalam menghadapi segala sesuatu yang terjadi, apalagi sesuatu yang baru. Hemat saya kebimbangan dan keraguan ini terjadi karena kita terlalu banyak berpikir atau mengandalkan pikiran kita yang terbatas. Iman lebih erat kaitannya dengan hati daripada pikiran atau budi; beriman berarti mempersembahkan atau mempercayakan diri sepenuhnya kepada ‘yang lain, yang tak kelihatan atau yang tak mungkin dapat kita fahami secara penuh’. Sebenarnya kita semua memiliki pengalaman iman yang mendalam, yaitu ketika kita masih bayi atau kanak-kanak, dimana kita mempercayakan diri sepenuhnya kepada ibu, yang penuh kasih. Kasih ibu merupakan kepanjangan dari kasih Allah yang melimpah ruah, maka jika kita setia menghayati iman kita kepada kasih ibu kiranya dengan mudah kita beriman kepada Allah.
“Aku dan Bapa adalah satu”, demikian sabda Yesus, dan kitapun kiranya dengan mantap juga dapat berkata “Aku dan Allah adalah satu”, sehingga kita senantiasa bersatu dan bersama dengan Allah dimanapun dan kapanpun dan tidak bimbang dan ragu menghadapi segala sesuatu, termasuk apa yang baru. Apa yang baru kiranya berasal dari kasih Allah, maka kita juga dapat menerimanya dengan mantap dan penuh kasih. Maka sebagai orang beriman kita tidak pernah bimbang dan ragu dalam mengasihi siapapun dan dimanapun.
Sebagai tanda bahwa ‘Aku dan Allah’ adalah satu berarti cara hidup dan cara bertindak kita dimanapun dan kapapun semakin mengasihi dan dikasihi oleh Allah dan sesama manusia, karena dimanapun dan kapanpun senantiasa berbuat baik dan berbudi pekerti luhur.
· “Tangan Tuhan menyertai mereka dan sejumlah besar orang menjadi percaya dan berbalik kepada Tuhan” (Kis 11:21), demikian berita perihal apa yang terjadi dalam diri umat beriman Perdana/Purba. Tangan Tuhan atau penyelenggaraan atau pendampingan Tuhan dalam diri kita tak pernah putus dalam diri orang beriman. Maka jika mengakui dan menghayati diri sebagai orang beriman berarti Tuhan hidup dan berkarya dalam diri kita yang lemah dan rapuh ini; kita mengalami karya Tuhan. Tanda bahwa kita mengalami karya Tuhan antara lain kita semakin beriman, berharap dan berkasih-kasihan, yang ditandai atau diwarnai kegairahan, kegembiraan dan kedamaian sejati. Bukankah orang yang bergairah dan bergembira senantiasa menarik dan memikat dan semua orang ingin mendekat? Tidak ada alasan bagi kita untuk tidak bergairah dan tidak bergembira jika tangan Tuhan menyertai kita. Marilah kita wujudkan atau hayati iman kita dengan gairah dan gembira meskipun harus mengahadapi aneka tantangan dan hambatan, dan biarlah cara hidup dan cara bertndak kita merangsang orang lain untuk ‘berbalik kepada Tuhan’ atau bertobat. Dengan kata lain sebagai tanda atau buah beriman adalah siapapun yang bersama dengan kita atau kena dampak cara hidup dan cara bertindak kita pasti akan bertobat, berbalik kepada Tuhan.
Tugas pewartaan atau menyebarkan kabar baik dapat kita laskanakan dengan hidup dan bertindak yang dijiwai oleh iman kita. Iman kita menjadi tindakan nyata dengan berbuat baik kepada siapapun dan dimanapun. Kesaksian atau keteladanan hidup yang baik dan berbudi pekerti luhur merupakan cara merasul yang utama dan pertama bagi umat beriman. Kami berharap mereka yang berpengaruh dalam hidup bersama: orangtua di dalam keluarga, pimpinan kelompok atau pejabat tinggi, dapat menjadi teladan dalam berbuat baik dan berbudi pekerti luhur.
Bagikan