| Home | Bacaan Harian | Support Renungan Pagi | Renungan Minggu Ini | Kisah Para Kudus | Katekese Iman Katolik | Privacy Policy |

CARI RENUNGAN

>

Kamis, 17 Juni 2010 Hari Biasa Pekan XI

Kamis, 17 Juni 2010
Hari Biasa Pekan XI
St. Gregorius Barbarigo

Doa Renungan

Tuhan, kami semakin menyadari, betapa iman akan kebangkitan memang tidak cukup dihayati dalam ketenangan doa pribadi. Kami rasakan sungguh perlu mengejawantahkan iman ini dalam tindakan dan dalam kebersamaan. Tuhan, mampukan kami pandai berbicara dan terpercaya dalam bertindak sebagai murid-Mu. Dengan pengantaraan Kristus, Tuhan kami. Amin.

Ada banyak orang yang berani. Mereka tebal nyalinya ketika menghadapi bahaya dan hal-hal yang mengerikan. Tetapi hanya sedikit dari mereka yang melandasi keberaniannya dengan takut akan Allah. Di antara yang sedikit itulah Nabi Elia. Sang nabi menjadi utama, sebab sikap takut akan Tuhan membuat keberaniannya terarah untuk membela yang baik dan melindungi yang lemah. Itulah makna keberanian yang sejati.

Pembacaan dari Kitab Putera Sirakh (48:1-14)

"Elia terangkat dalam badai, dan Elisa dipenuhi dengan rohnya."

Dahulu kala tampillah Nabi Elia, bagaikan api; sabdanya membakar laksana obor. Dialah yang mendatangkan kelaparan atas orang Israel dan karena geramnya, jumlah mereka dijadikannya sedikit. Atas firman Tuhan langit dikunci olehnya, dan api diturunkannya sampai tiga kali. Betapa mulialah engkau, hai Elia, dengan segala mukjizatmu! Siapa dapat memegahkan diri sama dengan dikau? Orang mati kaubangkitkan dari alam arwah dan dari dunia orang mati dengan sabda Yang Mahatinggi. Raja-raja kauturunkan sampai jatuh binasa, dan orang-orang tersohor kaujatuhkan dari tempat tidurnya. Teguran kaudengar di Gunung Sinai, dan di Gunung Horeb keputusan untuk balas dendam. Engkau mengurapi raja-raja untuk menimpakan balasan, dan nabi-nabi kauurapi menjadi penggantimu. Dalam olak angin berapi engkau diangkat, dalam kereta dengan kuda-kuda berapi. Engkau tercantum dalam ancaman-ancaman tentang masa depan untuk meredakan kemurkaan sebelum meletus, dan mengembalikan hati bapa kepada anaknya serta memulihkan segala suku Yakub. Berbahagialah orang yang telah melihat dikau, dan yang meninggal dalam kasih, sebab kami pun pasti akan hidup. Elia ditutupi dengan olak angin, tetapi Elisa dipenuhi dengan rohnya. Selama hidup Elisa tidak gentar terhadap seorang penguasa, dan tidak seorang pun menaklukkannya. Tidak ada sesuatu pun yang terlalu ajaib baginya, bahkan di kubur pun jenazahnya masih bernubuat. Sepanjang hidupnya ia membuat mukjizat, dan malah ketika meninggal pekerjaannya menakjubkan.
Demikianlah sabda Tuhan
U. Syukur kepada Allah.

Mazmur Tanggapan do = g, 2/4, PS 836
Ref. Segala bangsa bertepuk tanganlah berpekiklah untuk Allah raja semesta.
Ayat. (Mzm 97:1-2.3-4.5-6.7; R:9a)
1. Tuhan adalah Raja. Biarlah bumi bersorak-sorak, biarlah banyak pulau bersukacita! Awan dan kekelaman ada di sekeliling-Nya, keadilan dan hukum adalah tumpuan takhta-Nya.
2. Api menjalar di hadapan-Nya, dan menghanguskan para lawan di sekeliling-Nya. Kilat-kilat-Nya menerangi dunia, bumi melihatnya dan gemetar.
3. Gunung-gunung luluh laksana lilin di hadapan Tuhan, di hadapan Tuhan semesta alam. Langit memberitakan keadilan-Nya dan segala bangsa melihat kemuliaan-Nya.
4. Akan mendapat malulah semua orang yang beribadah kepada patung, orang yang memegahkan diri karena berhala-berhala; segala dewata sujud menyembah Allah.

Bait Pengantar Injil do = f, 2/4, PS 956
Ref. Alleluya, alleluya, alleluya, alleluya, alleluya, alleluya
Ayat. Kalian akan menerima roh pengangkatan menjadi anak, dalam roh itu kita akan berseru, “Abba, ya Bapa”.

Melalui doa Bapa Kami, manusia dibimbing untuk mengakui bahwa rencana Tuhan lebih utama dari segalanya. Kita diajarkan untuk tidak memaksa Bapa dengan kata-kata yang bertele-tele. Rejeki dan permohonan lainnya kita nyatakan kepada Bapa dengan rendah hati, penuh iman dan harapan, sebab hidup kita seluruhnya adalah dalam kuasa-Nya.

Inilah Injil Yesus Kristus menurut Matius (6:7-15)

"Berdoalah kalian demikianlah."

Dalam khotbah di bukit berkatalah Yesus, “Bila kalian berdoa janganlah bertele-tele seperti kebiasaan orang yang tidak mengenal Allah. Mereka menyangka doanya akan dikabulkan karena banyaknya kata-kata. Jadi janganlah kalian seperti mereka. Karena Bapamu tahu apa yang kalian perlukan, sebelum kalian minta kepada-Nya. Maka berdoalah kalian demikian: Bapa kami, yang ada di surga, dimuliakanlah nama-Mu. Datanglah kerajaan-Mu. Jadilah kehendak-Mu di atas bumi seperti di surga. Berilah kami pada hari ini makanan kami yang secukupnya, dan ampunilah kesalahan kami, seperti kami pun mengampuni yang bersalah kepada kami. Dan janganlah membawa kami ke dalam pencobaan. Tetapi bebaskanlah kami dari yang jahat. Amin. Karena, jikalau kalian mengampuni kesalahan orang, Bapamu yang di surga akan mengampuni kalian pula. Tetapi jikalau kalian tidak mengampuni orang, Bapamu pun tidak akan mengampuni kesalahanmu.”
Inilah Injil Tuhan kita!
U. Sabda-Mu sungguh mengagumkan!

Renungan

Ada orang tertentu jika berdoa begitu bertele-tele dengan kalimat panjang serta berteriak-teriak atau disertai penampilan diri penuh haru, namun begitu selesai berdoa orang yang bersangkutan langsung marah-marah kepada saudaranya. Doa sejati bukan banyaknya kata-kata maupun gerak tubuh melainkan pengarahan hati sepenuhnya kepada Tuhan, Yang Ilahi. Sekiranya dengan kata-kata pun hendaknya yang sederhana dan singkat apa adanya sebagaimana diajarkan oleh Yesus.

Dalam doa Bapa Kami yang diajarkan oleh Yesus, yang kiranya kita semua hafal dan setiap hari mendoakannya, isinya begitu sederhana, antara lain “Berikanlah kami pada hari ini makanan kami yang secukupnya dan ampunilah kami akan kesalahan kami, seperti kami pun mengampuni orang yang besalah kepada kami”.

Marilah doa ini kita hayati di dalam hidup kita sehari-hari. Makanan secukupnya berarti sederhana serta tidak berfoya-foya atau berlebihan, demi kesehatan dan kebugaran tubuh. Kita juga diharapkan tidak menumpuk makanan sehingga orang lain tidak menerima bagian, apalagi menumpuk kekayaan untuk tujuh turunan. Saling mengampuni juga merupakan panggilan atau cirikhas murid atau pengikut Yesus. Masing-masing dari kita kiranya telah menerima kasih pengampunan melimpah ruah dari Allah melalui orangtua, sesama dan saudara-saudari kita, maka panggilan untuk mengampuni mereka yang bersalah kepada kita kiranya merupakan tugas yang mudah, yaitu tinggal menyalurkan atau meneruskan apa yang telah kita miliki secara melimpah ruah. Memang untuk itu kita harus murah hati alias tidak pelit dalam menyalurkan pengampunan kepada atau mengampuni orang lain.

Yesus yang baik, aku bersyukur kepada-Mu karena Engkau mengangkatku menjadi saudara/saudari-Mu dan boleh menyebut Bapa-Mu sebagai Bapaku. Semoga aku dapat menghayati jati diri ini dengan penuh syukur. Amin.

Ruah & Ign Sumarya, SJ

Bagikan

renunganpagi.id 2024 -

Privacy Policy