Hari Minggu Biasa XIII
70 TAHUN KEUSKUPAN AGUNG SEMARANG
Mengikuti Yesus Tanpa Motivasi Kuat = Sia-Sia!
Doa Renungan
Allah Bapa yang mahabaik, Engkau tidak membiarkan manusia seorang diri, melainkan memperhatikan dan mendampinginya dalam diri Yesus Kristus, Sabda-Mu yang kuasa. Kami bersyukur atas anugerah-Mu, yang mengantar perjalanan Keuskupan Agung Semarang selama 70 tahun ini. Engkau menuntun langkah kami seluruh umat-Mu di Keuskupan ini, dengan berbagai macam karunia. Engkau meneguhkan persaudaraan di antara kami, mendampingi keluarga-keluarga, anak-anak, remaja dan kaum muda sehingga mereka berani memberi kesaksian tentang kasih-Mu kepada dunia. Engkau juga memanggil banyak orang di antara kami untuk menjadi pelayan Gereja-Mu. Kami mohon, teguhkanlah persaudaraan kami untuk senantiasa erat bekerjasama mewartakan kasih setia-Mu kepada masyarakat dan lingkungan hidup kami, juga kepada alam ciptaan yang Engkau anugerahkan pada kami, dan janganlah Kaujauhkan dari daya bantuan yang Kaujanjikan bagi keselamatan kami. Dengan pengantaraan Yesus Kristus, Putra-Mu, Tuhan kami yang hidup dan berkuasa bersama Engkau dan Roh Kudus, Allah, kini dan sepanjang segala masa.
Pembacaan dari Kitab Pertama Raja-Raja (19:16b.19-21)
Demikianlah sabda Tuhan
U. Syukur kepada Allah.
Mazmur Tanggapan do = g, 2/4, PS 840
Ref. Bahagia kuterikat pada Yahwe. Harapanku pada Allah Tuhanku.
Ayat. (Mzm 16:1-2a.5.7-8.9-10.11; R:11a)
1. Jagalah aku, ya Allah, sebab pada-Mu aku berlindung.Aku berkata kepada Tuhan, “Engkaulah Tuhanku,Engkaulah bagian warisan dan pialaku,Engkau sendirilah yang meneguhkan bagian yang diundikan kepadaku.
2. Aku memuji Tuhan, yang telah memberi nasihat kepadaku, pada waktu malam aku diajar oleh hati nuraniku.Aku senantiasa memandang kepada Tuhan; karena Ia berdiri di sebelah kananku, aku tidak goyah.
3. Sebab itu hatiku bersukacita dan jiwaku bersorak-sorai, dan tubuhku akan diam dengan tenteram;sebab Engkau tidak menyerahkan aku ke dunia orang mati,dan tidak membiarkan orang kudus-Mu melihat kebinasaan.
4. Engkau memberitahukan kepadaku, ya Allah, jalan kehidupan; di hadapan-Mu ada sukacita berlimpah, di tangan kanan-Mu ada nikmat yang abadi.
Pembacaan dari Surat Rasul Paulus kepada umat di Galatia (5:1.13-18)
Demikianlah sabda Tuhan
U. Syukur kepada Allah.
Bait Pengantar Injil do = f, 4/4, PS 960
Ref. Alleluya, alleluya, alleluya
Ayat. (1Sam 3:9; Yoh 6:68c)
Bersabdalah, ya Tuhan, sebab hamba-Mu mendengarkan. Sabda-Mu adalah sabda hidup yang kekal.
Inilah Injil Yesus Kristus menurut Lukas (9:51-62)
U. Terpujilah Kristus.
Renungan
Saudara-saudariku yang dicintai Tuhan …
Mengambil keputusan untuk setia mengikuti Yesus dibutuhkan komitmen yang tegas dan kuat. Tanpa komitmen yang tegas dan kuat, kita jadi ngos-ngosan dalam mengikuti Yesus. Ketinggalan melulu atau malah salah jalan. Tanpa komitmen yang tegas dan kuat, kita menjadi kosong-tanpa isi. Kelihatannya indah – semarak-meriah-penuh sorak-sorai, tetapi wuss tak ada apa-apanya. CapHe dHeh!. Ibaratnya seperti balon. Semua pasti setuju kalau yang namanya balon itu indah menawan hati. Coraknya meriah berwarna-warni apalagi kalau ditambah dengan gambar dan tulisan-tulisan yang lucu, maka akan semakin menarik. Balon itu lincah, ringan dan mudah bergerak ke sana ke mari. Sangat fleksibel. Dalam suatu pesta, balon benar-benar menambah daya tarik tersendiri. Tetapi jangan terkecoh oleh apa yang kelihatan indah menawan hati itu. Sebab hakikat yang sesungguhnya = kosong. Hampa!. Isinya gas atau udara. Terbang ke sana ke mari dengan lincah. Tapi tidak berapa lama akan wuss lembek, lenyap.
Kalau mau, kita justru dapat belajar dari sebuah telur. Dibandingkan dengan balon, telur jelas kalah cantik dan kalah menarik. Kecil dan rentan. Mudah pecah lagi. Telur juga kelihatan kosong, tidak ada apa-apanya. Tunggu dulu!. Ia kelihatan kosong, tetapi sebenarnya ada potensi kehidupan. Di dalamnya tersedia pelbagai kemungkinan. Bila saatnya tiba, akan muncul kehidupan dan siap untuk bertahan hidup. Dipersiapkan dengan matang dalam keheningan. Mengikuti Yesus dengan komitmen yang tegas dan kuat ya seperti telur itu. Kita disiapkan oleh keluarga (baptisan bayi) atau lewat pilihan sendiri (baptisan dewasa), diharapkan berada dalam kondisi seperti itu. Sehingga dapat terus menjaga iman dengan baik. Tidak wuss, tinggal cerita bahwa kamu pernah menjadi pengikut Yesus.
Saudara-saudariku yang dicintai Tuhan …
Percaya kepada Allah, bagi banyak orang, bukan persoalan. Yang menjadi soal adalah, mengapa aku percaya kepada Allah dengan mengikuti Yesus Kristus = Allah yang menjadi manusia? Apa jawaban yang bisa diberikan oleh saudara-saudariku? Saya membantu memberi jawabannya demikian: sebab hanya di dalam dan melalui Yesus Kristuslah, Ia menjadi Allah yang akrab dan dekat. Allah yang menyapa kita dengan bahasa yang kita mengerti. Allah yang bisa merasakan penderitaan-penderitaan kita, karena ia sendiri
pernah menderita. Bersama Dia kita tak pernah sendirian. Saudara-saudari terbantu dengan jawaban saya ini? Kalau belum puas bisa dikembangkan sendiri. Saya mendapatkan jawaban seperti itu berawal dari komitmen saya untuk dengan tegas dan kuat dalam memotivasi diri dalam mengikuti Yesus. Mungkin kalau saya tidak tegas dan kuat dalam mengikuti Yesus dan panggilanNya, maka sosok imam hanyalah impian yang menghiasi hidupku saja. Manis di bibir saja!.
Saudara-saudariku yang dicintai Tuhan …
Lewat bacaan Injil hari ini, ditampilkan beberapa orang – dengan inisiatif sendiri atau bahkan diminta sendiri oleh Yesus – untuk bisa mengikutiNya. Tetapi apa yang terjadi? Tidak ada yang lolos. Sebabnya terlalu banyak alasan. Ada yang kalah sebelum bertanding, Wow … berat sekali, tak punya tempat yang nyaman. Untuk tidur saja tidak ada tempat yang tetap. Terus yang lain, demi rasa hormat mohon supaya dapat mendampingi orang tua sampai hari tuanya dulu. Kalau sudah beres, baru bergabung untuk mengikuti . Itukan alasan yang dibuat-buat alias menolak. Dan yang terakhir, mohon restu dari orang tua. Sangat sopan dan bisa disebut sebagai pemuda/i yang baik. Tetapi kalau terus tergantung pada orang lain, kapan akan menjadi dewasa. Kesimpulannya, ketiganya tidak layak. Motivasi mereka untuk mengikuti Yesus tidak kuat. Hasilnya tentu tidak akan maksimal alias sia-sia dan malah akan merepotkan. Kalau kita – dalam hidup – sudah menentukan Yesus sebagai sumber dan pusat hidup, jalanilah ini dengan sebaik-baiknya. Menerima Yesus barangkali sudah, tetapi hidup dalam tuntutanNya yang belum maksimal. Bagaimana jadi maksimal, lha mau berdoa atau pergi ke Gereja saja tunggu nanti-nanti. Atau kalau berdoa dan di Gereja tidak pernah serius, hanya dengan setengah hati. Karena itu, perlu sekali kita memeriksa diri kita masing-masing dengan jujur dan teliti. Bertanyalah, “Apakah aku sudah dengan sungguh-sungguh mengikuti Yesus? Apakah di antara kesibukkanku yang seabrek-abrek ini, aku masih dengan bebas merindukan Allah?”. Seperti mata ada untuk melihat dan tangan untuk meraba, kita ada untuk apa? Untuk mencari, menemukan dan akhirnya menyatu dengan Allah. Untuk mencapainya dibutuhkan motivasi yang kuat untuk hasil yang maksimal. BUKTIKAN!!
Kuberikan hatiku untuk mengasihi dan mengampuni dan kuulurkan tanganku untuk melayani.
Pastor Petrus Santoso, SCJ