Hari Minggu Biasa XXII
"Barangsiapa meninggikan diri, ia akan direndahkan dan barangsiapa merendahkan diri, ia akan ditinggikan." (Luk 14:11)
Antifon Pembuka
Doa Renungan
Allah Bapa kami yang mahamurah, semua yang kecil dan hina, Kaujunjung tinggi. Meskipun kami papa miskin, namun Kaupanggil juga ikut serta dalam perjamuan-Mu. Kami mohon, jadilah tuan rumah yang ramah bagi kami. Berikanlah perhatian serta kegembiraan-Mu kepada siapa pun yang Kauundang. Dengan pengantaraan Yesus Kristus, Putra-Mu, Tuhan kami, yang bersama Dikau, dalam persatuan Roh Kudus, hidup dan berkuasa kini dan sepanjang masa. Amin.
Pembacaan dari Kitab Putra Sirakh (3:19-21.30-31)
Demikianlah sabda Tuhan.
U. Syukur kepada Allah.
Mazmur Tanggapan, mi = fis, 4/4 PS 816
Ref. Tuhan mendengarkan doa orang beriman.
Ayat. (Mzm 68:4-5ac.6-7ab.10.11; R:11b)
1. Orang-orang benar bersukacita, Mereka beria-ria di hadapan Allah, bergembira dan bersukacita. Bernyanyilah bagi Allah, bermazmurlah bagi nama-Nya!Nama-Nya ialah Tuhan; beria-rialah di hadapan-Nya!
2. Bapa bagi anak yatim dan pelindung bagi para janda, Itulah Allah di kediaman-Nya yang kudus; Allah memberi tempat tinggal kepada orang-orang sebatang kara,Ia mengeluarkan orang-orang tahanan, sehingga mereka bahagia.
3. Hujan yang melimpah Engkau siramkan, ya Allah; tanah milik-Mu yang gersang Kaupulihkan, sehingga kawanan hewan-Mu menetap di sana; dalam kebaikan-Mu, ya Allah, Engkau memenuhi kebutuhan orang yang tertindas.
Pembacaan dari Surat kepada Orang Ibrani (12:18-19.22-24a)
Demikianlah sabda Tuhan
U. Syukur kepada Allah.
Bait Pengantar Injil, do = a, 4/4, Pelog Bem, PS 962
Ref. Alleluya, alleluya, alleluya, alleluya.
Ayat. (Mat 11:29ab)
Pikullah kuk yang Kupasang padamu, sabda Tuhan, dan belajarlah pada-Ku, karena Aku lemah lembut dan rendah hati.
Inilah Injil Yesus Kristus menurut Lukas (14:1.7-14)
Inilah Injil Tuhan kita!
U. Sabda-Mu sungguh mengagumkan!
Renungan
Mungkin karena terinspirasi oleh perkataan Yesus: kalau seorang mengundang engkau ke pesta perkawinan, janganlah duduk di tempat kehormatan (Luk. 14:8), banyak di antara kita sekarang ini malu-malu kalau harus duduk di bangku paling depan, ketika menghadiri suatu upacara. Hal ini terutama sekali terjadi ketika kita menghadiri perayaan Ekaristi. Seperti yang sering dan selalu kita lihat di gereja setiap hari Minggu, deretan bangku yang terisi lebih dulu pastilah yang posisinya di belakang. Kalau ditanya, umat yang duduk di bangku belakang itu akan menjawab (setengah bercanda), Kami kan menepati nasehat Yesus.......... Padahal kebiasaan ini sebenarnya kurang berkenan di hati para imam. Sebab, selain bangku-bangku di depan tidak terisi, orang yang duduk di belakang lebih suka cerita sendiri.
Hari Minggu ini kita mendengarkan Luk. 14:1.7-14, yang antara lain memuat na-sihat Yesus, anjuran untuk duduk di tempat yang paling rendah . Berawal dengan cerita kedatangan Yesus pada suatu hari Sabat untuk makan di rumah seorang Farisi yang terpandang. Semua mata terarah kepada Yesus dengan penuh perhatian. Mereka mendengar bahwa Yesus pernah menyembuhkan orang pada hari Sabda. Dalam adat dan agama Yahudi, banyak hal yang dikerjakan pada hari biasa tidak boleh dilakukan pada hari Sabat demi menghormati kekudusan hari itu. Apakah Yesus akan menjalankan sesuatu yang tak lazim lagi ?
Menyembuhkan orang pada hari Sabat memang bukan hal biasa. Juga dalam masyarakat Yahudi waktu itu, orang sakit tidak akan datang mencari tabib pada hari itu. Tetapi mengapa dilarang bila keadaan mendesak dan bakal memburuk bila tidak dikerjakan. Padahal bentuk kerasulan baru bisa tumbuh dari keadaan yang mendesak seperti itu. Dan juga kerasulan yang ditekuni akan menjadi wujud nyata berkat Penciptaan dan menjadi jalan memuliakan Tuhan. Pada hari istirahat-Nya, Tuhan bisa memandangi orang-orang yang berkehendak baik, menyediakan diri menjadi jalan berkat-Nya bagi semua orang.
Perumpamaan mengenai orang yang menduduki tempat terhormat tetapi kemudian diminta pindah ke belakang merupakan himbauan Yesus kepada murid-murid-Nya, agar berusaha menyediakan tempat terhormat sebanyak-banyaknya sehingga makin ba-nyak orang dibawa ke tempat terhormat. Tidak peduli apakah orang itu datang duluan atau kemudian; ingin duduk di depan atau memilih di belakang. Allah adalah si tuan rumah. Menghadiri perjamuan di Kerajaan Allah, jangan kita bersikap tinggi hati. Orang miskin, cacat, lumpuh, dan buta seringkali dipandang rendah oleh sesamanya. Kalau kita memberi bantuan kepada orang-orang yang membutuhkannya, mereka pun tidak akan mampu membalasnya. Baiklah tangan kita ulurkan dengan tulus hati, Allah berkenan dan karenanya memberi kita jalan yang lapang menuju hidup yang kekal. Amin. (JS).