Minggu, 05 September 2010
Hari Minggu Biasa XXIII, Hari Minggu Kitab Suci
“Barangsiapa tidak memikul salibnya dan mengikut Aku ia tidak dapat menjadi murid-Ku” (Luk 14:25-33)
Hari Minggu Biasa XXIII, Hari Minggu Kitab Suci
“Barangsiapa tidak memikul salibnya dan mengikut Aku ia tidak dapat menjadi murid-Ku” (Luk 14:25-33)
Doa Renungan
Allah Bapa sumber kebijaksanaan, kami bersyukur atas kebijaksanaan yang nampak dalam diri Yesus Putera-Mu. Buatlah kami siap sedia melakukan perintah-Nya serta mengikuti Dia, agar dapat menikmati kebahagiaan. Dialah Tuhan pengantara kami. Amin.
Pembacaan dari Kitab Kebijaksanaan (9:13-18)
"Siapakah dapat memikirkan apa yang dikehendaki Tuhan?
Manusia manakah dapat mengenal rencana Allah, atau siapakah dapat memikirkan apa yang dikehendaki Tuhan? Pikiran segala makhluk yang fana adalah hina, dan pertimbangan kami ini tidak tetap. Sebab jiwa dibebani oleh badan yang fana, dan kemah dari tanah memberatkaan budi yang banyak berpikir. Sukar kami menerka apa yang ada di bumi, dan dengan susah payah kami menemukan apa yang ada di tangan, tapi siapa gerangan telah menyelami apa yang ada di surga? Siapa gerangan dapat mengenal kehendak-Mu, kalau Engkau sendiri tidak menganugerahkan kebijaksanaan, dan jika Roh Kudus-Mu dari atas tidak Kauutus? Demikianlah diluruskan lorong orang yang ada di bumi, dan kepada manusia diajarkan apa yang berkenan pada-Mu; maka oleh kebijaksanaan mereka diselamatkan.
Demikianlah sabda Tuhan
U. Syukur kepada Allah.
Mazmur Tanggapan, do = c, 2/4, PS 847
Ref. Tuhan penjaga dan benteng perkasa dalam lindungan-Nya aman sentosa.
Ayat. (Mzm 90:3-4.5-6.12-13.14.17; R:1)
1. Engkau mengembalikan manusia kepada debu, hanya dengan berkata, "Kembalilah, hai anak-anak manusia!" Sebab di mata-Mu seribu tahun sama seperti hari kemarin atau seperti satu giliran jaga di waktu malam.
2. Engkau menghanyutkan manusia seperti orang mimpi seperti rumput yang bertumbuh: di waktu pagi tumbuh dan berkembang, di waktu petang sudah lisut dan layu.
3. Ajarilah kami menghitung hari-hari kami, hingga kami beroleh hati yang bijaksana. Kembalilah, ya Tuhan, berapa lama lagi? dan sayangilah hamba-hamba-Mu!
4. Kenyangkanlah kami di waktu pagi dengan kasih setia-Mu supaya kami bersorak-sorai dan bersukacita sepanjang hayat. Kiranya kemurahan Tuhan melimpah atas kami! Teguhkanlah perbuatan tangan kami, ya, perbuatan tangan kami teguhkanlah!
Pembacaan dari Surat Rasul Paulus kepada Filemon (9b-10.12-17)
Demikianlah sabda Tuhan
U. Syukur kepada Allah.
Mazmur Tanggapan, do = c, 2/4, PS 847
Ref. Tuhan penjaga dan benteng perkasa dalam lindungan-Nya aman sentosa.
Ayat. (Mzm 90:3-4.5-6.12-13.14.17; R:1)
1. Engkau mengembalikan manusia kepada debu, hanya dengan berkata, "Kembalilah, hai anak-anak manusia!" Sebab di mata-Mu seribu tahun sama seperti hari kemarin atau seperti satu giliran jaga di waktu malam.
2. Engkau menghanyutkan manusia seperti orang mimpi seperti rumput yang bertumbuh: di waktu pagi tumbuh dan berkembang, di waktu petang sudah lisut dan layu.
3. Ajarilah kami menghitung hari-hari kami, hingga kami beroleh hati yang bijaksana. Kembalilah, ya Tuhan, berapa lama lagi? dan sayangilah hamba-hamba-Mu!
4. Kenyangkanlah kami di waktu pagi dengan kasih setia-Mu supaya kami bersorak-sorai dan bersukacita sepanjang hayat. Kiranya kemurahan Tuhan melimpah atas kami! Teguhkanlah perbuatan tangan kami, ya, perbuatan tangan kami teguhkanlah!
Pembacaan dari Surat Rasul Paulus kepada Filemon (9b-10.12-17)
"Terimalah dia, bukan sebagai hamba, melainkan sebagai saudara terkasih."
Saudaraku yang terkasih, aku, Paulus, yang sudah menjadi tua, dan kini dipenjarakan karena Kristus Yesus, mengajukan permintaan kepadamu mengenai anak yang kudapat selagi aku dalam penjara, yakni Onesimus, Dia, buah hatiku ini, kusuruh kembali kepadamu. Sebenarnya aku mau menahan dia di sini sebagai gantimu untuk melayani aku selama aku dipenjarakan demi Injil. Tetapi tanpa persetujuanmu, aku tidak mau berbuat sesuatu supaya yang baik itu kaulakukan bukan karena terpaksa, melainkan dengan sukarela. Sebab mungkin karena itulah dia dipisahkan sejenak daripadamu, supaya engkau dapat menerimanya untuk selama-lamanya, bukan lagi sebagai hamba, melainkan lebih dari itu, yaitu sebagai saudara terkasih. Bagiku ia sudah saudara, apalagi bagimu, baik secara manusiawi maupun di dalam Tuhan. Kalau engkau menganggap aku temanmu seiman, terimalah dia seperti aku sendiri.
Demikianlah sabda Tuhan
U. Syukur kepada Allah.
Bait Pengantar Injil, do = d, 2/2, PS 953
Ref. Alleluya, alleluya
Ayat. (Mzm 119:135), 2/4
Sinarilah hamba-Mu dengan wajah-Mu, dan ajarkanlah ketetapan-ketetapan-Mu kepadaku.
Inilah Injil Yesus Kristus menurut Lukas (14:25-33)
Demikianlah sabda Tuhan
U. Syukur kepada Allah.
Bait Pengantar Injil, do = d, 2/2, PS 953
Ref. Alleluya, alleluya
Ayat. (Mzm 119:135), 2/4
Sinarilah hamba-Mu dengan wajah-Mu, dan ajarkanlah ketetapan-ketetapan-Mu kepadaku.
Inilah Injil Yesus Kristus menurut Lukas (14:25-33)
"Barangsiapa tidak melepaskan diri dari segala miliknya, tidak dapat menjadi murid-Ku."
Pada suatu ketika orang berduyun-duyun mengikuti Yesus dalam perjalanan-Nya. Sambil berpaling Ia berkata kepada mereka, "Jikalau seorang datang kepada-Ku dan ia tidak membenci bapanya, ibunya, isterinya, anak-anaknya, saudara-saudaranya laki-laki atau perempuan, bahkan nyawanya sendiri, ia tidak dapat menjadi murid-Ku. Barangsiapa tidak memikul salibnya dan mengikut Aku, ia tidak dapat menjadi murid-Ku. Sebab siapakah di antara kamu yang kalau mau mendirikan sebuah menara tidak duduk dahulu membuat anggaran biayanya, kalau-kalau cukup uangnya untuk menyelesaikan pekerjaan itu? Supaya jikalau ia sudah meletakkan dasarnya dan tidak dapat menyelesaikannya, jangan-jangan semua orang yang melihatnya, mengejek dia, sambil berkata: Orang itu mulai mendirikan, tetapi ia tidak sanggup menyelesaikannya. Atau, raja manakah yang kalau mau pergi berperang melawan raja lain tidak duduk dahulu untuk mempertimbangkan, apakah dengan sepuluh ribu orang ia sanggup menghadapi lawan yang mendatanginya dengan dua puluh ribu orang? Jikalau tidak, ia akan mengirim utusan selama musuh itu masih jauh untuk menanyakan syarat-syarat perdamaian. Demikian pulalah tiap-tiap orang di antara kamu, yang tidak melepaskan dirinya dari segala miliknya, tidak dapat menjadi murid-Ku.
Inilah Injil Tuhan kita!
U. Sabda-Mu sungguh mengagumkan!
PIKULLAH SALIBMU, DAN IKUTILAH AKU
Bapak/ibu yang terkasih,
Ciri-ciri hidup orang bijak dan cerdik antara lain sebagai berikut:
•Apabila mau membangun rumah/menara/suatu proyek, ia akan duduk mempertimbangkan dan merencanakan lebih dahulu, apakah biaya yang ada akan mencukupi atau tidak, sampai bangunan itu selesai.
•Apabila ingin memperoleh hasil yang maksimal dalam hidup, pertimbangkanlah masak-masak pekerjaan apa yang dipilih dan dikerjakan?
•Apabila ingin membangun keluarga yang baik dan bahagia. Sudah tepatkah pilihan calon pasanganku. Sungguh aku saling mencintai. Bisakah dia, aku ajak kerjasama dalam membangun dan melayani bahtera perkawinanku. Benarkah kami sudah siap membangun keluarga bahagia, yang mau tidak mau harus ditunjang oleh aset hidup biaya: sandang, pangan, papan, pendidikan dan kesehatan, untuk rumah tanggaku?
•Sebagai orang beriman Katolik, siapkah aku, komitkah aku akan sabda Yesus: “Pikullah salib hidupmu, dan ikutilah Aku!”. Inilah tawaran Yesus yang ditawarkan dalam sabda-Nya pada hari Minggu ini.
Bapak/Ibu yang terkasih,
Ternyata Yesus juga menekankan pentingnya pertimbangan dan perencanaan hidup, khususnya bila ingin menjadi pengikut-Nya. Sebelum mengambil keputusan mengikuti Dia, seseorang harus mempunyai pertimbangan dan perencanaan yang matang. Sebab hidup bersama Yesus penuh resiko dan tantangan. Karena itu Dia bersabda: “Barang siapa tidak memikul salibnya dan mengikuti Aku, ia tidak dapat menjadi murid-Ku!” (Luk 14:27). Siap mengikuti Yesus, sama dengan siap membangun “komitment” seumur hidup: “Hidup hanya untuk Yesus dan selalu bersama Yesus. Bahkan siap untuk meninggalkan keluarga dan segala miliknya” (bdk. Luk 14:26).
Tuntutan Yesus dalam berita Injil hari Minggu ini, memang berat, riskan dan penuh tantangan. Semua itu tidak diwartakan oleh Yesus, tetapi juga dihayati dalam hidup-Nya. Contoh: Yesus harus melewati sengsara dan kematian-Nya yang begitu berat sebelum kebangkitan-Nya. Dia harus memikul salib sampai Golgota sebelum menikmati kemuliaan-Nya. Oleh karena itu untuk mengikuti Dia dibutuhkan keberanian dan iman yang tangguh, supaya siap untuk memikul salib kehidupan setiap hari. (Contoh, salib kehidupan setiap hari: ”tidak terduga temen karibku “pinjam tangan” untuk menyantet saya. Suamiku, yang dulu alim, sopan, sayang...kini berubah sikap dan perilaku...KDRT menimpa diriku...itulah salib kehidupan dll).
Sebagai murid/pengikut Yesus, kita diminta belajar terus-menerus, berdoa dan membaca firman-Nya setiap hari (lebih-lebih bulan September – Bulan Kitab Suci). Supaya kita tabah dan tangguh menghadapi dan memikul penderitaan dan salib kehidupan kita, dan bukan hanya menghindarinya. Bersama Yesus dan Bunda Maria, kita harus percaya bahwa salib-penderitaan yang kita alami adalah jalan untuk bangkit bersama Dia.
St. Paulus berbagi pengalaman iman-nya kepada kita: (“Sebab aku yakin, bahwa penderitaan sekarang ini tidak dapat dibandingkan dengan kemuliaan yang akan dinyatakan kepada kita” (Roma 8:18).
Bapak/Ibu yang terkasih,
Mengikuti Yesus sebagai murid-murid-Nya memang berat, karena harus berani menerima kenyataan hidup kita yang pahit, seperti Yesus telah menderita. Semua itu demi keselamatan kita. Maka kalau kita mengalami penderitaan, terimalah sebagai salib kehidupan yang pantas kita persembahkan kepada Tuhan, demi keselamatan dan utuhnya keluarga atau biara di mana saya terpanggil hidup di dalamnya. Tetapi kalau kita percaya kepada Yesus dan Bunda Maria sebagai Penolong kita. Yakinlah, kita bahagia! Dengan beban-beban kehidupan seperti ini, kita sekaligus diutus sebagai garam dunia.
Maka bagi para Calon Baptis Dewasa, pertimbangkanlah baik-baik, sebelum Anda mengambil keputusan untuk mengikuti Yesus. Tetapi bagi Anda yang sudah dibaptis, jangan ingkar diri dan tinggalkan Yesus. “Setialah memikul salib kehidupan Anda, kendati lemah!”. Yesus, satu-satunya Tuhan dan Kekuatan kita. Telah terbukti bahwa Dia Tuhan dalam Salib-Nya. “Sungguh Ia ini adalah Anak Allah!” (Mat 27:54).
Tuhan memberkati kita.
Pastor St. Endrokaryanto, SCJ
Inilah Injil Tuhan kita!
U. Sabda-Mu sungguh mengagumkan!
PIKULLAH SALIBMU, DAN IKUTILAH AKU
Bapak/ibu yang terkasih,
Ciri-ciri hidup orang bijak dan cerdik antara lain sebagai berikut:
•Apabila mau membangun rumah/menara/suatu proyek, ia akan duduk mempertimbangkan dan merencanakan lebih dahulu, apakah biaya yang ada akan mencukupi atau tidak, sampai bangunan itu selesai.
•Apabila ingin memperoleh hasil yang maksimal dalam hidup, pertimbangkanlah masak-masak pekerjaan apa yang dipilih dan dikerjakan?
•Apabila ingin membangun keluarga yang baik dan bahagia. Sudah tepatkah pilihan calon pasanganku. Sungguh aku saling mencintai. Bisakah dia, aku ajak kerjasama dalam membangun dan melayani bahtera perkawinanku. Benarkah kami sudah siap membangun keluarga bahagia, yang mau tidak mau harus ditunjang oleh aset hidup biaya: sandang, pangan, papan, pendidikan dan kesehatan, untuk rumah tanggaku?
•Sebagai orang beriman Katolik, siapkah aku, komitkah aku akan sabda Yesus: “Pikullah salib hidupmu, dan ikutilah Aku!”. Inilah tawaran Yesus yang ditawarkan dalam sabda-Nya pada hari Minggu ini.
Bapak/Ibu yang terkasih,
Ternyata Yesus juga menekankan pentingnya pertimbangan dan perencanaan hidup, khususnya bila ingin menjadi pengikut-Nya. Sebelum mengambil keputusan mengikuti Dia, seseorang harus mempunyai pertimbangan dan perencanaan yang matang. Sebab hidup bersama Yesus penuh resiko dan tantangan. Karena itu Dia bersabda: “Barang siapa tidak memikul salibnya dan mengikuti Aku, ia tidak dapat menjadi murid-Ku!” (Luk 14:27). Siap mengikuti Yesus, sama dengan siap membangun “komitment” seumur hidup: “Hidup hanya untuk Yesus dan selalu bersama Yesus. Bahkan siap untuk meninggalkan keluarga dan segala miliknya” (bdk. Luk 14:26).
Tuntutan Yesus dalam berita Injil hari Minggu ini, memang berat, riskan dan penuh tantangan. Semua itu tidak diwartakan oleh Yesus, tetapi juga dihayati dalam hidup-Nya. Contoh: Yesus harus melewati sengsara dan kematian-Nya yang begitu berat sebelum kebangkitan-Nya. Dia harus memikul salib sampai Golgota sebelum menikmati kemuliaan-Nya. Oleh karena itu untuk mengikuti Dia dibutuhkan keberanian dan iman yang tangguh, supaya siap untuk memikul salib kehidupan setiap hari. (Contoh, salib kehidupan setiap hari: ”tidak terduga temen karibku “pinjam tangan” untuk menyantet saya. Suamiku, yang dulu alim, sopan, sayang...kini berubah sikap dan perilaku...KDRT menimpa diriku...itulah salib kehidupan dll).
Sebagai murid/pengikut Yesus, kita diminta belajar terus-menerus, berdoa dan membaca firman-Nya setiap hari (lebih-lebih bulan September – Bulan Kitab Suci). Supaya kita tabah dan tangguh menghadapi dan memikul penderitaan dan salib kehidupan kita, dan bukan hanya menghindarinya. Bersama Yesus dan Bunda Maria, kita harus percaya bahwa salib-penderitaan yang kita alami adalah jalan untuk bangkit bersama Dia.
St. Paulus berbagi pengalaman iman-nya kepada kita: (“Sebab aku yakin, bahwa penderitaan sekarang ini tidak dapat dibandingkan dengan kemuliaan yang akan dinyatakan kepada kita” (Roma 8:18).
Bapak/Ibu yang terkasih,
Mengikuti Yesus sebagai murid-murid-Nya memang berat, karena harus berani menerima kenyataan hidup kita yang pahit, seperti Yesus telah menderita. Semua itu demi keselamatan kita. Maka kalau kita mengalami penderitaan, terimalah sebagai salib kehidupan yang pantas kita persembahkan kepada Tuhan, demi keselamatan dan utuhnya keluarga atau biara di mana saya terpanggil hidup di dalamnya. Tetapi kalau kita percaya kepada Yesus dan Bunda Maria sebagai Penolong kita. Yakinlah, kita bahagia! Dengan beban-beban kehidupan seperti ini, kita sekaligus diutus sebagai garam dunia.
Maka bagi para Calon Baptis Dewasa, pertimbangkanlah baik-baik, sebelum Anda mengambil keputusan untuk mengikuti Yesus. Tetapi bagi Anda yang sudah dibaptis, jangan ingkar diri dan tinggalkan Yesus. “Setialah memikul salib kehidupan Anda, kendati lemah!”. Yesus, satu-satunya Tuhan dan Kekuatan kita. Telah terbukti bahwa Dia Tuhan dalam Salib-Nya. “Sungguh Ia ini adalah Anak Allah!” (Mat 27:54).
Tuhan memberkati kita.
Pastor St. Endrokaryanto, SCJ