| Home | Bacaan Harian | Support Renungan Pagi | Renungan Minggu Ini | Kisah Para Kudus | Katekese Iman Katolik | Privacy Policy |

CARI RENUNGAN

>

Selasa, 14 September 2010 Pesta Salib Suci

Selasa, 14 September 2010
Pesta Salib Suci

Anak Manusia harus ditinggikan


Doa Renungan

Allah Bapa yang mahakuasa dan kekal, kami bersyukur kepada-Mu karena boleh mengenal salib suci. Tanda salib inilah yang pertama kami kenal dan pelajari. Melalui tanda ini, kami mengenal Yesus Putra-Mu, sehingga kamipun seperti Paulus, berani berseru "Aku tahu kepada siapa aku percaya." Bersama Dia kami menjadi kuat dan setia memanggul derita. Tuhan, berkatilah agar selalu meluhurkan nama-Mu. Dengan pengantaraan Kristus Tuhan kami. Amin.

Bacaan dari Kitab Bilangan (21:4-9)


"Semua orang yang terpagut ular akan tetap hidup, bila memandang ular perunggu."

Ketika umat Israel berangkat dari Gunung Hor, mereka berjalan ke arah Laut Teberau untuk mengelilingi tanah Edom. Bangsa itu tidak dapat menahan hati di tengah jalan. Lalu mereka berkata-kata melawan Allah dan Musa, "Mengapa kamu memimpin kami keluar dari Mesir? Supaya kami mati di padang gurun ini? Sebab di sini tidak ada roti dan tidak ada air! Kami telah muak akan makanan hambar ini!" Lalu Tuhan menyuruh ular-ular tedung ke antara bangsa itu, yang memagut mereka, sehingga banyak dari orang Israel itu mati. Kemudian datanglah bangsa itu mendapatkan Musa dan berkata, "Kami telah berdosa, sebab kami berkata-kata melawan Tuhan dan engkau, berdoalah kepada Tuhan, supaya dijauhkan-Nya ular-ular ini daripada kami." Lalu Musa berdoa untuk bangsa itu. Maka berfirmanlah Tuhan kepada Musa, "Buatlah ular tedung dan taruhlah pada sebuah tiang; maka setiap orang yang terpagut ular, jika ia memandangnya, akan tetap hidup." Lalu Musa membuat ular tembaga dan menaruhnya pada sebuah tiang. Maka jika seseorang dipagut ular, dan ia memandang ular tembaga itu, tetaplah ia hidup.
Demikianlah sabda Tuhan
Syukur kepada Allah.

Mazmur Tanggapan, do = a, 2/4, PS 830
Ref. Aku wartakan karya agung-Mu Tuhan, karya agung-Mu karya keselamatan.
Ayat. (Mzm 78:1-2.34-35.36-37.38)
1. Dengarkanlah pengajaranku, hai bangsaku, sendengkanlah telingamu kepada ucapan mulutku. Aku mau membuka mulut untuk mengatakan amsal, aku mau menuturkan hikmat dari zaman purbakala.
2. Ketika Allah membunuh mereka, maka mereka mencari Dia; mereka berbalik dan mendambakan Allah; mereka teringat bahwa Allah adalah Gunung Batu mereka, bahwa Allah Yang Mahatinggi adalah Penebus mereka.
3. Tetapi mulut mereka tidak dapat dipercaya, dan dengan lidah mereka membohongi Allah. Hati mereka tidak berpaut pada-Nya, dan mereka tidak setia pada perjanjian-Nya.
4. Akan tetapi Allah itu penyayang! Ia mengampuni kesalahan mereka dan tidak memusnahkan mereka; banyak kali Ia menahan amarah-Nya, dan tidak melampiaskan keberangan-Nya.

Bacaan dari Surat Rasul Paulus kepada umat di Filipi (2:6-11)

"Yesus merendahkan diri, maka Allah sangat meninggikan Dia."

Saudara-saudara, Yesus Kristus, walaupun dalam rupa Allah, tidak menganggap kesetaraan dengan Allah itu sebagai milik yang harus dipertahankan, melainkan telah mengosongkan diri-Nya sendiri, dan mengambil rupa seorang hamba, dan menjadi sama dengan manusia. Dan dalam keadaan sebagai manusia, Ia telah merendahkan diri-Nya dan taat sampai mati, bahkan sampai mati di kayu salib. Itulah sebabnya Allah sangat meninggikan Dia dan mengaruniakan kepada-Nya nama di atas segala nama, supaya dalam nama Yesus bertekuk lutut segala yang ada di langit dan yang ada di atas bumi dan yang ada di bawah bumi, dan segala lidah mengaku: "Yesus Kristus adalah Tuhan," bagi kemuliaan Allah, Bapa!
Demikianlah Sabda Tuhan.
Syukur kepada Allah.

Bait Pengantar Injil, do = g, 2/4, PS 960
Ref. Alleluya, alleluya, alleluya
Sesudah ayat, Alleluya dilagukan dua kali.
Ayat. Ya Kristus, kami menyembah dan memuji Dikau, sebab dengan salib-Mu, Engkau telah menebus dunia.

Inilah Injil Yesus Kristus menurut Yohanes (3:13-17)


"Anak manusia harus ditinggikan."

Dalam percakapan-Nya dengan Nikodemus, Yesus berkata, "Tidak ada seorang pun yang telah naik ke surga, selain Dia yang telah turun dari surga, yaitu Anak Manusia. Dan sama seperti Musa meninggikan ular di padang gurun, demikian juga Anak Manusia harus ditinggikan, supaya setiap orang yang percaya kepada-Nya beroleh hidup yang kekal. Karena begitu besar kasih Allah akan dunia ini, sehingga Ia telah mengaruniakan Anak-Nya yang tunggal, supaya setiap orang yang percaya kepada-Nya tidak binasa, melainkan beroleh hidup yang kekal. Sebab Allah mengutus Anak-Nya ke dalam dunia bukan untuk menghakimi dunia, melainkan untuk menyelamatkannya."
Berbahagialah orang yang mendengarkan sabda Tuhan dan tekun melaksanakannya.
U. Sabda-Mu adalah jalan, kebenaran dan hidup kami.

Renungan

Pada hari ini kita merayakan rasa syukur serta cinta kasih kita kepada Yesus melalui penghormatan kita kepada Salib. Dulu Salib merupakan lambang kehinaan yang paling mengerikan. Para penjahat yang dihukum mati lebih baik dipancung daripada disalib. Yesus memilih untuk melakukan pengorbanan yang paling besar untuk memperoleh keselamatan bagi kita. Ia memilih penderitaan Salib. Bersama dengan penderitaan-Nya itu, Ia juga dihinakan.

Sejak itu, Salib menjadi lambang Kristiani yang paling suci. Tubuh Yesus yang menderita di atasnya kita sebut Corpus. Salib di dinding kamar kita atau salib di sekeliling leher kita mempunyai arti yang amat penting. Mereka mengingatkan kita bahwa Yesus telah membayar lunas harga kita.

Umat Kristiani senantiasa menghormati serta mencintai lambang Salib. Kata “Salib” juga dapat berarti penderitaan yang datang menimpa kita. Jika kita menerima penderitaan-penderitaan tersebut dengan cinta dan kesabaran seperti Yesus menerima salib-Nya, kita telah rela “memanggul salib” seperti Yesus (Sumber: Indocell/Yesaya).

Dengan Salib, kita juga mengakui kemurahan hati Allah, yang karena cinta-Nya kepada kita membiarkan Putra-Nya, bukan hanya menjadi manusia sama seperti kita tetapi bahkan mati di kayu salib yang hina. Dan orang yang percaya kepadaNya akan selamat dan beroleh hidup yang kekal (Yoh.3:16).

Menandai diri dan orang lain dengan tanda salib
Kita selalu menandai diri kita dengan Salib saat membuat tanda salib, karena kita ingin mempersatukan seluruh diri kita (akal budi, hati-perasaan-emosi, dan tenaga kita) dalam kesatuan dengan Allah Tritunggal Kudus. Kita persatukan diri kita dalam doa, dalam bekerja, dalam perjalanan, dalam bermain dalam kesatuan dengan Allah. Dan kita mempersatukan anak kita dengan Allah dengan memohonkan berkat Allah dengan menandai dahi anak kita dengan tanda salib di dahinya sambil mengucap “Tuhan memberkatimu, dalam nama Bapa, Putera, dan Roh Kudus.”

Saya selalu meminta agar menjadikan kebiasaan untuk memberi tanda salib di dahi anak. Tiga alasan: pertama, orangtua punya kuasa juga dari Allah, selain melahirkan, tetapi juga untuk menurunkan dan menyampaikan berkatNya kepada anak, seperti Abraham ke Ishak, Ishak ke Yakub dan Esau, dan Yakub ke anak-anaknya. Kedua, jalinan dan ikatan batin anak dengan orangtua akan dekat secara psikologis dan spiritual, demikian juga relasi sebagai anak dengan orangtuanya yang pantas dihormati. Ketiga, orangtua selalu akan diingatkan bahwa dengan memberikan berkat Allah maka tidak bisa tidak dirinya mesti menjadi teladan serta menjadi berkat dalam hidup sehari-harinya, dan sang anak pun akan terbangun sikap sebagai anak yang baik di kemudian hari.

Mari kebiasaan ini dimulai sejak anak masih bayi. Membuat tanda salib di dahi sang anak dengan mengucapkan kata-kata berkat Allah Tritunggal setiap mau meninggalkan mereka, setiap mereka mau ke sekolah, mau tidur, hendak pergi jauh dari pengawasan kita, dan lain sebagainya.

Kami menyembah Dikau, ya Tuhan, dan bersyukur kepada-Mu. Sebab dengan salib suci-Mu, Engkau telah menebus dunia. Amin.

Salam dan berkat,
Rm Petrus Mujiono, SCJ.

renunganpagi.id 2024 -

Privacy Policy