Pada April 1896, 18 bulan sebelum wafatnya akibat serangan TBC, Teresa biarawati Karmelit dari biara Lisieux, mencoba tetap berkorespondensi dengan beberapa orang. Bahkan ia masih sempat melanjutkan karya refleksi autobiografinya dan juga beberapa suratnya yang sangat menyentuh. Salah satu surat tersebut menjadi indikator mengapa biarawati yang masih muda ini, meski tidak memiliki pendidikan teologis secara formal, diangkat menjadi Pujangga Gereja satu abad setelah wafatnya, oleh Sri Paus Yohanes Paulus II. Teresa kecil, seorang gadis sederhana yang membawa dampak besar bagi Gereja Katolik di abad ke-20 lewat tulisan-tulisannya.
Marie Francoise Therese Martin lahir tanggal 2 Januari 1873 di kota Alencon, Normandy, Perancis. Dia adalah anak bungsu dari 9 bersaudara -- 4 orang meninggal dari pasangan Louis Martin dan Zelie Guerin. Keduanya pernah ingin bergabung dengan komunitas religius sebelum mereka akhirnya menikah. Maka jangan heran jika semua anak mereka kelak bergabung dengan berbagai komunitas religius. Dalam autobiografi spiritualnya "Story of a Soul", Teresa menulis dia dibentuk dalam keluarga dimana kisah hidup orang-orang kudus adalah dasar pendidikan dan sumber penghiburan. Dia telah mendedikasikan hidupnya untuk suatu kehidupan religius sejak ia masih sangat kecil. "Sejak umur tiga tahun, aku mulai tidak menolak apa pun yang Tuhan minta dariku," demikian tulisnya. Bagian pertama hidupnya, saat ibunya wafat ketika ia berumur empat tahun dan dia memilih kakak perempuannya Pauline sebagai "ibunya yang kedua". (Nantinya Pauline akan menjadi ibu kepala biara di komunitasnya di Lisieux, dimana dia membantu mempercepat kanonisasi Teresa).
Bagian kedua hidupnya, adalah saat yang penuh kesulitan bagi gadis kecil yang sensitif ini. Pada natal tahun 1886, Teresa mengalami pertobatan yang mencetuskan bagian ketiga dari hidupnya kelak. "Aku menerima rahmat untuk meninggalkan masa kecilku, rahmat pertobatan...bagian yang paling indah dan paling dipenuhi oleh rahmat dari surga." (Story of a Soul, pasal 5). Sejak itu, keinginan terbesar Teresa adalah mengikutijejak kakaknya, menjadi biarawati. Pada November 1887, Teresa dan kakak perempuannya, Celine serta ayahnya berziarah ke Italia. Mereka diterima dalam suatu audiensi dengan Sri Paus Leo XIII. Teresa mencium kaki Sri Paus dan meminta agar Sri Paus mengijinkan dirinya bergabung dengan tarekat Karmelit pada usia 15 tahun. Meski diminta untuk menunggu sampai usianya mencukupi toh Teresa berkeras hati. Akhirnya, pada April 1888, Therese Martin diterima masuk ke biara Karmel di Lisieux sebagai seorang postulan. Dia menghabiskan sisa hidupnya yang kurang dari 10 tahun dalam biara itu. Pada Januari 1889 dia menjadi seorang novis, dan akhirnya tanggal 8 September 1890, dia melakukan profesi penuh sebagai anggota komunitas Karmelit, dan memilih nama Sr. Therese dari kanak-kanak Yesus dan Wajah Suci.
Pada tahun 1894, ayahnya wafat setelah menderita sakit keras dan kakaknya Pauline yang telah menjadi kepala biara dan berganti nama Mother Agnes, menyuruhnya untuk menuliskan memori masa kecilnya. Inilah awal mula buku "Story of a Soul". Tulisan ini terdiri dari tiga manuskrip yang terpisah, 8 pasal dari manuskrip A ditulis antara Desember 1894-Januari 1896. 9 pasal manuskrip B menyangkut panggilan kasih, ditulis bulan September 1896. Pasal 10-11 manuskrip C ditulis bulan Juni 1897 menjelaskan hari-hari terakhir hingga wafatnya pada Oktober 1897. Pada pencobaan yang dialaminya ini, Teresa kehilangan rasa kehadiran Allah dan dia tinggal di tengah-tengah kegelapan dimana segala rasa sukacita meninggalkannya. Pasal-pasal terakhir dari Story of a Soul ini merupakan inti dari pesan-pesan Teresa.
Kebijaksanaan yang begitu mendalam dari tulisan-tulisannya merupakan sumber penting bagi Gereja Katolik. Kekhasan ekspresi Therese akan Injil, pada intinya sesuai dengan makna mendasar dari ke-Kristen-an dalam kesederhanaan dan keterusterangannya. Esensi dari ajaran-ajaran Therese adalah penyerahan diri sepenuhnya kepada kasih Allah. Suatu penyerahan yang membentuk dasar hidup bagi penyebaran pesan-pesan kasih Allah lewat semangat misionaris dan kasih melalui pewartaan fisik dari Injil atau doa-doa serta dukungan pribadi terhadap para misionaris. Gambaran "rasa kecil" yang digunakannya di sepanjang tulisannya; bunga kecil, burung kecil, dsb mungkin tampak sentimentil bagi sementara orang, tapi hal ini harus dimengerti lewat ayat Injil, "Sesungguhnya jika kamu tidak bertobat dan menjadi seperti anak kecil ini, kamu tidak akan masuk ke dalam Kerajaan Surga" (Mat 18:3). Cara kecilnya tidak ditandai oleh kekerdilan rasa takut, melainkan kebesaran kasih.
Dalam "Story of a Soul" dia berseru, "Oh! Meskipun aku kecil, aku ingin menerangi jiwa-jiwa seperti yang dilakukan oleh para nabi dan pujangga Gereja." St. Therese Lisieux adalah salah satu Santa yang paling populer dan disukai banyak orang sepanjang abad ke-20. Ia dikanonisasi pada tanggal 17 Mei 1925. Sri Paus Yohanes Paulus II memproklamasikannya sebagai Pujangga Gereja, wanita ketiga yang mendapat gelar kehormatan ini, pada tanggal 20 Oktober 1997 dalam suratnya yang berjudul "Divini amoris scientia".
Diambil dari: RUAH