Hari Raya Tuhan Kita Yesus Kristus Raja Semesta Alam.
Dan Ia adalah pendamaian untuk segala dosa kita, dan bukan untuk dosa kita saja, tetapi juga untuk dosa seluruh dunia. -- 1Yohanes 2:2
Doa Renungan
Ya Bapa, Putra-Mu Yesus telah diangkat ke surga dan bertakhta di sisi kanan-Mu. Semoga kami yang bergabung dengan Dia dalam hidup ini, diperkenankan juga kelak bersatu dengan Dia dalam kemuliaan-Nya. Sebab Dialah Tuhan, pengantara kami, yang bersama Dikau, dalam persekutuan Roh Kudus, hidup dan berkuasa, sepanjang segala masa. Amin.
Pembacaan dari Kitab Kedua Samuel (5:1-3)
Demikianlah sabda Tuhan
U. Syukur kepada Allah.
Mazmur Tanggapan, do = c, 2/4, PS 844
Ref. 'Ku menuju ke altar Allah dengan sukacita.
Ayat. (Mzm 122.1-2.4-5; R:1)
1. Ku bersukacita waktu orang berkata kepadaku: Mari kita pergi ke rumah Tuhan. Sekarang kaki kami berdiri di gerbangmu, hai Yerusalem.
2. Kepadamu suku-suku berziarah, yakni suku-suku Tuhan, untuk bersyukur pada nama Tuhan sesuai dengan peraturan.
Pembacaan dari Surat Rasul Paulus kepada umat di Kolose (1:12-20)
Demikianlah sabda Tuhan
U. Syukur kepada Allah.
Bait Pengantar Injil, do = f, 2/4, PS 961
Ref. Alleluya, alleluya, alleluya
Ayat. (Mrk 11:9.10)
Diberkatilah Dia yang datang dalam nama Tuhan! Diberkatilah Kerajaan yang datang, Kerajaan bapa kita Daud!
Inilah Injil Yesus Kristus menurut Lukas (23:35-43)
Inilah Injil Tuhan kita!
U. Sabda-Mu sungguh mengagumkan!
Renungan
“Ia berkata, ‘Ingatlah akan aku, apabila Engkau datang ke dalam Kerajaan-Mu.’ Jawab Yesus, ‘Sesungguhnya, hari ini juga engkau akan ada bersama-sama dengan Aku di dalam firdaus.’” – Lukas 23:42-43
Hari yang telah lama ditunggu untuk penobatan Raja telah tiba. Panggung telah ditata untuk menyambut kemenangan sebagai Raja yang akan mulai menjalankan kekuasaan-Nya. Apakah perayaan itu menjadi layak bagi Sang Raja? Sebab, takhta Raja adalah salib bagi penjahat yang tak terampunkan. mahkota kerajaan-Nya penuh dengan duri tajam yang menyakitkan karena menyangkut ke tengkorak-Nya. Dia tidak memakai jubah karena pakaian-Nya sudah dilucuti. Bekas siksaan pukulan dan cambuk yang dilakukan dengan sangat kejam harus menyanggah kayu keras salib yang dipikul-Nya. Tak ada tongkat di tangan-Nya, melainkan paku. Dua orang yang termasuk anggota istana-Nya mendampingi sebelah menyebelah dengan hukuman sebagai pembunuh. Upacara penobatan-Nya ditandai dengan minuman untuk pemberian ucapan selamat berupa “anggur asam” (lihat Lukas 23:36). Sang Raja sudah saatnya untuk menyampaikan kata sambutan penobatan-Nya dengan berdiri tegak terpaku di kayu salib sehingga darah menyembur dari luka paku di kedua kaki-Nya. Dia lalu berbicara: “Ya, Bapa, ampunilah mereka sebab mereka tidak tahu apa yang mereka lakukan” (lihat Lukas 23:34). Mereka yang menyaksikan penobatan itu “mengejek-ejek Dia” (lihat Lukas 23:35), “menghujat” (lihat Lukas 23:39), “mengolok-olok” dan menghina-Nya (lihat Markus 15:29-32). Akhirnya, Raja Yesus memulai pemerintahan-Nya dengan mati tersalib dan penobatan-Nya terus berlanjut hingga hari ini karena “kita bertekun bersama dengan Dia” sehingga “kita juga meraja bersama dengan Dia” (lihat 2Timotius 2:12).
Sebagai puteri-putera Allah, kita mengakui bahwa Yesus adalah Sang Raja dan diri ini adalah hamba-hamba-Nya. Tatkala berdoa: “Datanglah kerajaan-Mu”, kita dengan penuh kesadaran memohon agar hanya kehendak-Nya yang terjadi dan yang harus dilakukan (lihat Matius 6:10). Dengan menobatkan Yesus sebagai Raja, kita dengan penuh sukacita bersedia turun dari takhta diri sendiri untuk bisa menyerahkan hidup ini seturut kehendak-Nya. Sayangnya, tidak sedikit dari antara kita yang tidak mau melakukan hal itu, meski mereka adalah orang-orang baik yang pergi ke gereja, berdoa, dan bermoral baik. Sesali dan bertobatlah pada saat ini juga dengan berkata: “Yesus, ingatlah akan aku apabila Engkau datang ke dalam kerajaan-Mu” (lihat Lukas 23:42). Maka, Yesus akan menjawab: “Sesungguhnya, hari ini juga engkau akan ada bersama-sama dengan Aku di dalam firdaus” (lihat Lukas 23:43). Berikan hidup ini kepada Yesus, Raja dan Tuhan kita. Sebagai hamba Raja Yesus, diri ini: “tidak menajiskan diri” (lihat Daniel 1:8); hidup bersahaja (lihat Daniel 1:12); sering makan dari meja perjamuan Raja Yesus melalui Misa harian (lihat Daniel 1:13); takut kepada Tuhan, Raja Kristus (lihat Daniel 1:10); memiliki hikmat (lihat Daniel 1:4,17); selalu siap untuk menjelaskannya (lihat 1Petrus 3:15); tidak menumpuk dosa dengan rajin menerima Sakramen Tobat (lihat Daniel 3:39); mengabdikan hidup sesuai karunia yang telah diberikan Raja Yesus (lihat Roma 12:6-8); memuji dan memuliakan Tuhan setiap waktu (lihat Filipi 4:4); karena telah berserah sepenuhnya kepada Raja Yesus (lihat Lukas 21:4; Matius 13:46).
Di sorga, bentuk pemerintahan Raja Yesus bukan demokrasi, sosialis, komunis, atau kediktatoran yang kejam. Kerajaan sorga merupakan kombinasi dari kerajaan dan penguasa mutlak yang murah hati. Yesus adalah Raja yang kasih-Nya tak terbatas dan Allah yang berdaulat. Kita yang mempercayai Raja Yesus akan berada dalam keabadian kasih “Penguasa agung satu-satunya, Raja segala raja dan Tuhan segala tuan” (lihat 1Timotius 6:15). Sebab, “apa yang tidak pernah dilihat oleh mata, dan tidak pernah didengar oleh telinga, dan yang tidak pernah timbul di dalam hati manusia: semua yang disediakan Allah untuk mereka yang mengasihi Dia” (lihat 1Korintus 2:9). Raja-raja di dunia hanya bisa menyediakan pesta-pora selama tujuh hari (lihat Ester 1:5) Tetapi, Raja Yesus mengundang kita dalam pesta perjamuan Anak Domba yang kekal (lihat Wahyu 19:9). Pengatur dunia akan membunuh yang dicurigai atau mereka yang menolak kebijaksanaan yang dibuatnya. Sedang, Raja Yesus mati bagi kita, yang sebenarnya telah menganiaya diri-Nya (lihat Kisah Para Rasul 9:4-5). Hanya orang-orang tertentu saja yang bisa bertemu dengan penguasa dunia, tetapi Raja Yesus tidak membatasi dan siapa pun boleh masuk, yang telah ditegaskan-Nya dengan berkata: “Semua yang diberikan kepada-Ku oleh Bapa akan datang kepada-Ku, dan barang siapa datang kepada-Ku tidak akan Ku-tolak” (lihat Yohanes 6:37). Sebab, “oleh Dia, Allah hendak mendamaikan segala sesuatu dengan diri-Nya dan oleh darah-Nya yang tertumpah di salib, Allah mengadakan perdamaian di sorga dan di bumi” (lihat Kolose 1:20).
Yang patut direnungkan, apakah diri ini tetap bersikeras tidak bersedia menerima Yesus sebagai Raja karena ingin melestarikan kemerdekaan diri sendiri? Keputusan itu akan nampak dari sikap yang akan diperlihatkan orang dengan “mengejek-ejek Dia” (lihat Lukas 23:35); “mengolok-olokkan Dia” (lihat Lukas 23:36); “menghujat-Nya” (lihat Lukas 23:39) atau kesediaan menyangkal diri dengan melihat salib kehidupan sebagai anugerah-Nya dan bukan lagi sebagai beban. Sebab, oleh karunia dan kuasa-Nya, kita dimampukan, disegarkan, menjadi lembut dan rendah hati sehingga mententeramkan dan salib menjadi sungguh ringan (lihat Matius 11:28-30). Untuk itulah, Yesus berkata: “Ikutilah Aku” (lihat Matius 8:22); dan “ajarilah” keluarga dan saudara seiman yang lemah untuk “melaksanakan segala sesuatu yang telah Ku-perintahkan kepadamu. Aku akan selalu beserta kamu sampai akhir dunia ini” (lihat Matius 28:20). Berarti, diri ini cukup dengan bermodalkan benih Sabda-Nya untuk dijadikan panduan hidup dan ditaburkan (lihat Markus 4:14) karena Bapa-Nya yang ada di sorga “telah berkenan memberikan kamu kerajaan itu” (lihat Lukas 12:32). Kemudian, benih sabda-Nya akan tumbuh oleh kuasa-Nya, yaitu: “mula-mula tangkainya, lalu bulirnya, kemudian butir-butir yang penuh isinya dalam bulir itu” dan akan dipanen pada waktunya (lihat Markus 4:28:29). Demikianlah tugas perutusan puteri-putera Allah karena diri ini telah diurapi “untuk menyampaikan kabar baik” kepada keluarga dan saudara seiman yang lemah dan “memberitakan tahun rahmat Tuhan telah datang” (lihat Lukas 4:18).
Oleh Raja Yesus, hal ini diungkapkan-Nya dalam ‘Sabda Bahagia’, yang meminta kesediaan diri ini agar “memiliki roh kemiskinan, sebab Kerajaan Sorga” akan menjadi milik kita semua (lihat Matius 5:3). Dia menjalani kehidupan itu mulai dari palungan sampai tersalib di Kalvari. Ia terbiasa dengan kehidupan yang penuh keprihatinan dan bersahabat dengan rasa lapar (lihat Markus 2:23,26; Matius 21:18); didera kehausan hingga akhir hidup-Nya (lihat Yohanes 4:6-7, 19:28); dan “tidak mempunyai tempat untuk meletakkan kepala-Nya” (lihat Lukas 9:58). Bila diri ini memiliki roh kemiskinan seperti yang telah diteladankan-Nya, maka kita semua kelak akan mendengar langsung Raja Yesus yang akan berkata dengan penuh kasih: “Marilah, hai kamu yang telah terbekati oleh Bapa-Ku! Milikilah kerajaan yang telah disediakan untukmu”, sebab “ketika Aku lapar kamu memberi aku makan, ketika Aku haus kamu memberi Aku minum”, “ketika aku seorang asing kamu memberi Aku tumpangan”, “ketika Aku telanjang kamu memberi Aku pakaian”, “ketika Aku sakit kamu mengunjungi Aku”, “ketika Aku di dalam penjara kamu datang melawati Aku”(lihat Matius 25:34-36). Yang kemudian ditegaskan-Nya agar diri ini menjalankan perintah itu, sebab: “Sesungguhnya, Aku berkata kepadamu, ‘setiap kali kamu melakukan ini kepada salah seorang yang paling kecil dari saudara-saudara-Ku, kamu melakukannya kepada-Ku” (lihat Matius 25:40). Untuk itulah, Raja Yesus meminta kita agar bertobat, dengan berkata: “Aku datang bukan untuk memanggil orang benar, melainkan orang berdosa” (lihat Markus 2:17).
Raja Yesus memang mengajak kita supaya bertobat agar bisa masuk ke dalam kerajaan-Nya, yang diungkapkan oleh Rasul Paulus: “Hendaklah kamu dengan tidak berkeputusan mengucap syukur kepada Bapa yang sudah menguasakan kita menerima bagian dari warisan pada kudus di dalam kerajaan-Nya yang penuh cahaya” (lihat Kolose 1:12). Untuk itu, kita harus masuk ke dalam Dia agar “mengetahui rahasia Kerajaan Sorga” (lihat Matius 13:11). Raja Yesus telah memperlihatkan tanda-tanda keilahian. Namun, Ia tidak datang untuk melenyapkan segala kemalangan dunia ini (lihat Lukas 12:13-14; Yohanes 18:36), tetapi untuk membebaskan manusia dari perhambaan terburuk, yaitu: dari dosa (lihat Yohanes 8:34-36). Untuk memperolehnya, diri ini harus melepaskan segala sesuatu (lihat Matius 13:44-45). Kata-kata saja tidak cukup dan harus dengan perbuatan (lihat Matius 21:28-32), yang akan dilengkapi-Nya dengan “kekuatan-kekuatan dan mukjizat-mukjizat dan tanda-tanda” (lihat Kisah Para Rasul 2:22). Pada pesta ‘Kristus Raja’ hari ini, sampaikanlah niat untuk mau turun dari takhta diri sendiri dengan menerima Yesus sebagai Raja kita sambil berkata: “Ingatlah akan aku, apabila Engkau datang ke dalam Kerajaan-Mu” (lihat Lukas 23:42). Oleh kuasa-Nya, Raja Yesus akan memampukan diri ini untuk mengutamakan kerajaan-Nya dan kebenaran-Nya (lihat Matius 6:33), bukan mementingkan diri sendiri (lihat 2Korintus 5:15) atau oleh kebenaran sendiri (lihat Filipi 3:9). Mari persembahkan kehidupan kepada Allah dengan mengabdikan diri sebagai hamba Sang Raja, Kristus Yesus, Tuhan kita (lihat Daniel 1:5).
Doa: “Ya, Bapa di sorga, tak putus-putusnya hamba memuji dan mengucap syukur atas belas kasihan yang telah Engkau berikan melalui Putera-Mu, Tuhan hamba, Yesus Kristus. Pada saat ini, dengan penuh sukacita, hamba menyatakan dengan tegas untuk menyerahkan hidup ini kepada-Nya. Semuanya ini hamba kembalikan kepada-Mu, ya Bapa, melalui Penebus hamba, Raja Yesus, dalam persekutuan Roh Kudus, Allah, sepanjang segala masa, amin.”
Janji: “Oleh Dia, Allah hendak mendamaikan segala sesuatu dengan diri-nya, dan oleh darah-Nya yang tertumpah di salib, Allah mengadakan perdamaian di sorga dan di bumi.” – Kolose 1:20