Hari Minggu Biasa VIII
Antifon Pembuka
Allah Bapa kami di surga, sumber pengharapan, kepada mereka yang takut menghadapi hari esok dan prihatin memandang hari kemudian, Engkau memberikan kepastian bahwa tiada orang yang tidak Kauperhatikan dan Kausayangi. Kami mohon kuatkanlah kami bila kami merasa bimbang dan kurang percaya. Semoga kami tak henti-hentinya mencari dan mengutamakan kerajaan surga dan keadilannya. Dengan pengantaraan Yesus Kristus, Putra-Mu, Tuhan kami, yang bersama Dikau dan dalam persatuan Roh Kudus, hidup dan berkuasa, sepanjang segala masa. Amin.
"Aku tidak melupakan dikau."
U. Syukur kepada Allah.
Ref. Hanya pada Tuhanlah hatiku tenang.
Ayat. (Mzm 62:2-3.6-7.8-9ab; Ul: 6a)
1. Hanya dekat Allah saja aku tenang dari pada-Nyalah keselamatanku. Hanya Dialah gunung batu dan keselamatanku. Hanya Dialah kota bentengku, aku tidak akan goyah.
2. Hanya pada Allah saja aku tenang. Sebab dari pada-Nyalah harapanku. Hanya Dialah gunung batu dan keselamatanku. Hanya Dialah kota bentengku, aku tidak akan goyah.
3. Pada Allah ada keselamatan dan kemuliaanku. Gunung batu kekuatanku, tempat perlindunganku ialah Allah. Percayalah kepada-Nya setiap waktu, hai umat. Curahkanlah isi hatimu di hadapan-Nya.
Pembacaan dari Surat Pertama Rasul Paulus kepada umat di Korintus (1Kor 4:1-5)
"Tuhan akan memperlihatkan apa yang direncanakan dalam hati."
Demikianlah sabda Tuhan
U. Syukur kepada Allah.
Ref. Alleluya, alleluya, alleluya
Ayat. (Ibr 4:12)
Firman Allah itu hidup dan kuat, sanggup membedakan pertimbangan dan pikiran hati kita.
Dalam khotbah di bukit, berkatalah Yesus, "Tak seorangpun dapat mengabdi kepada dua tuan. Karena jika demikian, ia akan membenci yang seorang dan mengasihi yang lain, atau ia akan setia kepada yang seorang dan tidak mengindahkan yang lain. Kamu tidak dapat mengabdi kepada Allah dan kepada Mamon." "Karena itu Aku berkata kepadamu: Janganlah kuatir akan hidupmu, akan apa yang hendak kamu makan atau minum, dan janganlah kuatir pula akan tubuhmu, akan apa yang hendak kamu pakai. Bukankah hidup itu lebih penting dari pada makanan dan tubuh itu lebih penting dari pada pakaian? Pandanglah burung-burung di langit, yang tidak menabur dan tidak menuai dan tidak mengumpulkan bekal dalam lumbung, namun diberi makan oleh Bapamu yang di sorga. Bukankah kamu jauh melebihi burung-burung itu? Siapakah di antara kamu yang karena kekuatirannya dapat menambahkan sehasta saja pada jalan hidupnya? Dan mengapa kamu kuatir akan pakaian? Perhatikanlah bunga bakung di ladang, yang tumbuh tanpa bekerja dan tanpa memintal, namun Aku berkata kepadamu: Salomo dalam segala kemegahannyapun tidak berpakaian seindah salah satu dari bunga itu. Jadi jika demikian Allah mendandani rumput di ladang, yang hari ini ada dan besok dibuang ke dalam api, tidakkah Ia akan terlebih lagi mendandani kamu, hai orang yang kurang percaya? Sebab itu janganlah kamu kuatir dan berkata: Apakah yang akan kami makan? Apakah yang akan kami minum? Apakah yang akan kami pakai? Semua itu dicari bangsa-bangsa yang tidak mengenal Allah. Akan tetapi Bapamu yang di sorga tahu, bahwa kamu memerlukan semuanya itu. Tetapi carilah dahulu Kerajaan Allah dan kebenarannya, maka semuanya itu akan ditambahkan kepadamu. Sebab itu janganlah kamu kuatir akan hari besok, karena hari besok mempunyai kesusahannya sendiri. Kesusahan sehari cukuplah untuk sehari."
Inilah Injil Tuhan kita!
U. Sabda-Mu sungguh mengagumkan!
Renungan
Dalam bacaan Injil kali ini, setelah mengajak para murid memeriksa siapa sebenarnya yang mereka junjung, Tuhan Allah atau harta kekayaan "mamon" (Mat 6:24), Yesus menegaskan tak perlulah orang merisaukan apa yang bakal mereka makan dan minum, pakaian apa yang dapat disandang - kan dalam hidup ini ada hal yang lebih penting (ay. 25). Diberikan pula lima penjelasan mengapa kerisauan itu tak perlu adanya - serahkan saja pada Tuhan semuanya: Tuhan memberi makan burung-burung - apalagi kepada manusia (ay. 26). Juga tak usah ributkan hidup panjang (ay. 27). Bunga-bunga saja dibuat Tuhan tampil menarik, tak perlu khawatirkan mau pakai pakaian apa agar menarik (ay. 28-30). Bapa di surga tahu apa yang dibutuhkan manusia (ay. 31-32). Maka tak usah risaukan apa yang bakal datang, puaslah dengan yang diperoleh hari ini - di situlah Kerajaan Allah dan kehendak-Nya! (ay. 33).
Mendengarkan Mat 6:24-34 tidak mudah. Apa kiita diajar agar tak usah memikirkan masa depan dan membiarkan diri dipelihara Tuhan. Ya memang begitu. Tapi dapatkah itu terjadi dalam dunia nyata? Dalam hidup sehari-hari? Kais pagi makan pagi dan kais petang makan petang? Seperti masyarakat yang masih hidup berpindah-pindah berhuma, ambil apa yang disediakan alam? Menyandarkan diri pada bantuan dari luar? Apa Injil mengajarkan hidup ekonomi parasit? Dan pastur mesti mengkhotbahkannya? Bagaimana bila nanti di kantong kolekte bukannya ditemukan lembaran uang kertas, tapi secarik kertas dengan rujukan ke Injil hari Minggu ini?
TAK PERLU KHAWATIR?
Manusia itu makhluk berekonomi, yang hidupnya bisa berlangsung bila ditata, diatur agar bisa mendapatkan yang dibutuhkan dan dengan demikian hidupnya itu terasa berharga, berhasil, patut dikembangkan terus Dalam masyarakat tertentu memang orang tak perlu khawatir akan masa depan karena masyarakat menjamin hidup dari hari ke hari. Alam pun bisa menjamin. Namun bukan inilah yang ditampilkan Injil kali ini. Bukan pula yang diajarkan Yesus. Kepasrahan kepada Bapa di surga tidak melepaskan tugas mengurus hidup ekonomi rumah tangga. Bila mengajarkan kemalasan mengurus kehidupan maka Injil tak bisa lagi dipercaya. Hanya seperangkat ucapan suci tanpa arti. Dan pelayan umat janganlah memerosotkan Injil ke situ.
Zaman sekarang di masyarakat modern mau tak mau orang perlu merencanakan masa depan. Nah di sini persoalannya. Ada hidup dan masa depan dirancang dan dikejar berdasarkan pada kekhawatiran, dengan perhitungan bakal serba kekurangan. Maka simpanlah sebanyak-banyaknya, pakailah sesedikit mungkin. Ini hidup kikir. Penimbun yang hidupnya merana dan membuat orang-orang sekitarnya merana pula. Gaya hidup ini sebenarnya tidak memberi peluang pada Tuhan untuk memperhatikan manusia. Semuanya diurus sendiri. Tak ada lagi dimensi dari Tuhan dalam hidup. Ini keliru.
Ini juga sebenarnya yang dimaksud dalam Injil ketika menyindir bahwa orang tak bisa mengabdi pada dua tuan, Tuhan Allah dan kekayaan atau "mamon" (Mat 6:24). Dalam keadaan ini orang memang masih mengakui kebesaran Tuhan Allah, tapi pada saat yang sama tidak memberi ruang bagiNya karena semua diurus sendiri. Keagamaan seperti ini sulit berkembang.
Tetapi ada pula hidup yang ditata baik-baik dengan perhitungan agar bisa mencapai yang diinginkan tanpa kekhawatiran yang mencekik. Ini yang membuat hidup berarti. Ini juga yang memungkinkan orang percaya bahwa dari hari ke hari ada kesempatan untuk hidup terus. Inilah yang menjadi dasar pernyataan dalam Mat 6:34. "Janganlah kamu khawatir tentang hari esok, karena hari esok mempunyai kekhawatirannya sendiri. kesusahan sehari cukuplah untuk sehari". Bisa diingat salah satu permintaan yang disampaikan dalam doa yang diajarkan Yesus, "...Berilah kami pada hari ini makanan kami yang secukupnya" (Mat 6:11, rumusan dalam doa Bapa kami ialah "Berilah kami rezeki pada hari ini.")
CARILAH DAHULU KERAJAAN ALLAH...
TANYA: Mau tanya apa yang dimaksud dengan "Carilah dahulu Kerajaan Allah dan kehendakNya, maka semuanya itu akan ditambahkan kepadamu" dalam Mat 6:33.
JAWAB: Akan jelas bila dihubungkan dengan Mat 6:24 yang mengatakan orang tak bisa mengabdi pada dua tuan, Allah dan Mamon (=kekayaan). Kerajaan Allah dan kehendakNya itu kekayaan batin. Inilah yang dianjurkan agar diabdi. Bila begitu yang lain - "mamon" dan harta - akan menjadi penunjang, bukan saingan.
TANYA: Jadi bukan dimaksud agar orang menyingkir dari upaya memenuhi kebutuhan jasmani, cari makan, nafkah dan menyimpan bagi masa depan?
JAWAB: Betul. Yang diajarkan ialah memberi ruang pada hidup batin, membangun Kerajaan Allah dalam kehidupan ini.
TANYA: Jadi bukan ajaran bahwa Kerajaan Allah itu berlawanan dengan kehidupan ekonomi sehat di bumi ini. Apa urusan mendahulukan Kerajaan Allah itu nanti tidak malah menjurus ke arah omong-omong suci yang sebetulnya bohong sedangkan yang sebenarnya dijadikan pegangan ialah yang diam-diam dijalankan - hidup ekonomi?
JAWAB: Bila dipertentangkan begitu saja maka hidup beragama jadi masalah. Agama dijadikan alternatif kehidupan ekonomi. Ini bisa runyam. Hidup beragama nanti hanya jadi semacam public lies - kebohongan yang diulang-ulang di muka umum, sedangkan yang dilakukan ialah yang diam-diam dipegang sebagai keyakinan pribadi "private truths".
TANYA: Wah, ini eksegese kok seperti analisis sosial. Apa barusan baca bukunya ahli ekonomi terkenal Timur Kuran, "Private Truths, Public Lies: The Social Consequences of Preference Falsification" (Cambridge, Mass: Harvard University Press 1997)?
JAWAB: Buku itu tak bicara soal eksegese, tapi mengenai ekonomi dan agama di Timur Tengah. Perilaku beragama sering bisa dianalisis sebagai basa basi umum belaka,sedangkan yang dipegang ialah keyakinan lain yang tak bisa dilaksanakan akibat kuatnya basa basi itu. Ini terjadi dalam masyarakat yang keberagamaannya kurang sehat. Di situ mendahulukan "Kerajaan Allah" tak dimungkinkan terjadi karena tercekik keagamaan sendiri. Menarik bukan? Tapi kita bicarakan analisis ini lain kali saja deh. Masih ngantuk akibat jetlag balik dari mudik.
Salam dari Roma,
A. Gianto