“Aku orang Katolik”, apa artinya?
Mengenal tanda-tanda hidup sebagai orang katolik dan memahami cita-cita Umat Allah Keuskupan Agung Semarang yang tersirat dalam ARDAS Umat Allah KAS 2011-2015
PEMBUKAAN
1.Nyanyian Pembuka
2.Tanda Salib dan Salam
3.Pengantar oleh Pemandu:
-Syukur kepada Allah karena bisa berkumpul mengawali rangkaian pertemuan masa Prapaskah 2011
-Tema APP KAS 2011 “Inilah Orang Katolik Sejati” yg disarikan dari Tema APP Nasional “Kesejatian
Hidup dalam Perwujudan Diri” dan dari Cita-cita Arah Dasar Umat Allah KAS 2011-2015
-Pada Pertemuan I kita mendalami tanda-tanda hidup sebagai orang katolik melalui satu kisah
kehidupan seseorang bernama Amiani. Narasi sengaja dipilih dalam rangka melanjutkan model
kesaksian iman sebagai penginjilan dengan memilih bentuk narasi seperti yang terjadi pada Sidang
Agung Gereja Katolik Indonesia, tanggal 1-5 Nopember 2010 yang lalu.
-Mengenal isi ARDAS KAS 2011-2012 supaya menemukan gambaran lebih konkrit : orang katolik
sejati macam apa yang dicita-citakan seluruh umat Keuskupan Agung Semarang?
4.Ungkapan Tobat dan Mohon Ampun (model dan ungkapannya bisa dipilih sendiri)
5.Doa Pembuka :
Allah Bapa Mahapengasih dan Penyayang, kami bersyukur atas lembaran baru yang Engkau anugerahkan kepada kami umatMu di Keuskupan Agung Semarang dengan memberikan Arah Dasar Keuskupan yang baru. Semoga dengan semangat tobat pada masa prapaskah ini kami mampu membangun kehidupan sebagai orang katolik sejati. Berilah kami semangat RohMu untuk terus belajar dan berjuang menjadi murid-muridMu dalam persekutuan yang semakin bermakna dan bernilai bagi umat dan masyarakat. Demi Yesus Kristus Tuhan, Pengantara dan Penebus kami yang hidup dan berkuasa, kini dan sepanjang masa. Amin
PENDALAMAN
6.Membaca Narasi/Kisah:
Di suatu lingkungan ada umat yang bernama Ibu Amiani. Dia adalah seorang ibu yang sederhana kehidupannya, sederhana dalam pemikirannya, juga ketika menghadapi masalah rumah tangganya. Ia menikah (tidak secara katolik) dengan seorang pemuda non Katolik. Mereka dikaruniai 5 (lima) orang anak. Ia sendiri lahir di tengah keluarga non katolik, tetapi setelah ia dibaptis saat duduk di bangku Sekolah Dasar, orang-tua beserta adik-adiknya turut serta dibaptis menjadi katolik.
Malam hari sebelum Ibu Amiani berulang tahun ke-52, juga tidak ada yang istimewa. Seperti biasanya, setiap malam ia menutup kegiatannya dengan berdoa Rosario seraya mendoakan anak – cucu dan suami tercinta. Ia hanya bisa bersyukur atas kehidupannya beserta keluarga. Ia ingat betul bagaimana Allah memberinya tanda bahwa doanya dikabulkan saat ia memohon jalan bagi anaknya yang sakit dan tak kunjung sembuh. Diingatnya pula betapa banyak kali Allah menuntunnya dalam menyelesaikan segala perkara: mulai dari menyelesaikan perkawinannya di KUA menjadi pernikahan secara katolik, masalah pendampingan iman anak-anaknya yang pada awalnya tidak mendapat dukungan dari suami, masalah ekonomi rumah tangga yang pas-pasan bahkan kadang kurang, juga ketika ia bingung memberi uang muka di Rumah Sakit untuk anaknya yang kecelakaan, sampai ketika ia tidak tahu harus memberi makan apa untuk keluarganya. Semuanya bisa dilaluinya dalam rahmat Tuhan.
Dengan pekerjaan serabutan, ibu Amiani tidak pernah mengeluh dengan penghasilan sekitar Rp. 450.000,00 per bulan. Semua itu disyukurinya dengan tulus dan sepenuh hati karena Allah masih berkenan memberinya penghasilan. Ia tak pernah tergiur untuk mencuri meskipun di tempat ia bekerja sering melihat uang tergeletak di sana-sini sampai berhari-hari. Jika kebetulan ia mencucikan pakaian orang dan di kantong baju atau celana tertinggal uang, bisa dijamin uang itu tidak berkurang, melainkan kembali kepada pemiliknya. Bahkan ketika tetangganya sering memintanya untuk membelanjakan kebutuhan sehari-hari, tak pernah ia menuntut upah tertentu, apalagi menaikkan harganya sebagai upah. Ibu Amiani berprinsip “Aku juga belanja untuk kebutuhan pribadi, dan lagi hanya ini yang bisa kubuat untuk membantu orang lain.” Sebenarnya ia memiliki banyak ketrampilan, tetapi ia tak pernah bisa mengembangkannya, tetapi itupun diterimanya dengan hati tabah. Hal yang sering dikatakan oleh Ibu lima anak ini adalah “Inilah bagianku, bagian yang diberikan Allah kepadaku”.Itu selalu menjadi jawabannya jika banyak orang bertanya tentang pekerjaannya.
Sebagai umat katolik, ibu Amiani meluangkan waktu untuk berkumpul dengan umat di lingkungan dengan segala kegiatannya: misa lingkungan, Rosario, Ibadat APP dan Adven, juga BKSN, bahkan Ziarah bersama lingkungan. Dengan suara yang biasa tetapi dengan semangat yang luar biasa, ia memperkuat koor lingkungan saat bertugas di Gereja. Ia juga mendorong anak-anaknya aktif dalam hidup menggereja baik di lingkungan maupun di paroki tanpa mengesampingkan kebersamaan dalam keluarga. Diakuinya bahwa tidak 100% terlibat dalam lingkungan, tetapi ia selalu mengusahakan untuk hadir dalam pertemuan-pertemuan. Ia masih menyisihkan waktu untuk kegiatan kampung, sebab di kelomompok ibu-ibu PKK ia dipercaya sebagai bendahara.
Bukan berarti bahwa dengan keterlibatannya di lingkungan maupun kampung, persoalan-persoalan dalam keluarga hilang, tentu tidak. Namun ia menyerahkan semuanya pada Allah, Pandangannya tentang hidup selalu optimis: “Kalau sekarang tidak baik pastilah suatu ketika menjadi baik – tidak mungkin tidak baik terus menerus” demikian yang dikatakannya . Satu hal yang ia pegang ialah berusaha untuk tidak melukai orang lain dengan sengaja karena kemarahan. Amiani bisa dikatakan orang yang sabar, bahkan tampaknya cenderung terlalu sabar sehingga orang lain tidak sabar terhadapnya. Tetapi di situlah kekuatannya, ia mampu bertahan menghadapi hidup dengan iman dan harapan. Ibu Amiani yakin bahwa Allah memberikan yang paling tepat dan yang paling diperlukannya untuk menyelesaikan perkara-perkaranya.
Sebagai manusia, Ibu Amiani tidak menyangkal bahwa kadang kala ia tidak tahu apa yang dikehendaki Allah baginya. Salah satunya ialah ketika suaminya tercinta tiba-tiba sakit dan tidak lagi dapat mencari nafkah. Mau tidak mau tanggung jawab untuk menghidupi keluarga ada di pundaknya. Namun ia tidak berhenti hanya mengeluh, melainkan mencoba membuat makanan kecil yang tidak mudah basi yang dapat dijualnya di kantin sekolah sebelah tempat kerjanya. Syukur laba yang diperoleh dapat digunakan untuk membeli sayur dan lauk untuk keluarganya.
Ia selalu bersyukur untuk semua yang telah dilaluinya bersama dengan suami dan anak-anaknya, terutama bahwa dahulu ia cukup tegas menunjukkan pada suaminya, ia tak kan pernah memunggungi Tuhan Yesus Kristus, kendati awalnya ia harus sembunyi-sembunyi berdoa Rosario dan ke Perayaan Ekaristi (meskipun juga tidak menerima Komuni!). Sebab jika ketahuan, hal itu bisa menjadi sumber “perang” dalam keluarga. Dan sebagai akibatnya ia juga tidak dapat dengan terang-terangan mewariskan imannya kepada anak-anak yang sudah lahir. Namun Allah berkenan padanya, iman dan harapannya dijawab Allah dalam Yesus Kristus melalui Bunda Maria.
Anaknya yang sulung ketika duduk di bangku SD hanya mau mengikuti pelajaran agama Katolik, meskipun data pribadinya di sekolah tidak beragama Katolik’ para gurupun tidak dapat membujuknya,. Itulah pintu kurnia Allah. Hati suaminya menjadi lembut melihat anaknya. Amiani yakin, kasih dan kerahiman Allahlah yang melembutkan hati suaminya. Hal ini membuatnya semakin mencintai Yesus dan suaminya. Ia tidak perlu lagi sembunyi-sembunyi berdoa dan pergi ke gereja untuk mengikuti perayaan ekaristi. Anaknya-anaknya menjadi katekumen dan dibaptis. Perkawinannya dikukuhkan oleh Gereja sebagai perkawinan katolik yang sah.
Jika ada yang bertanya, apakah masih ada dirindukan? Ia menjawab: “masih”. “Apa?” “Ijinkan, biar hanya Tuhan dan saya yang tahu apa yang masih saya rindukan”.
Ia tetap miskin harta tetapi ia kaya dengan cinta dan pengalaman akan Allah dalam hidupnya.
(Narasi ini disarikan oleh Sr. Andrea PI)
7.Menemukan tanda-tanda kehidupan katolik:
(Umat diajak mendalami narasi kisah Ibu Amiani melui beberapa pertanyaan di bawah ini. Pertanyaan-pertanyaan bisa ditambah atau disesuaikan dengan keadaan umat/anak/remaja/kaum muda setempat)
1.Siapa nama tokoh dalam ceritera tadi? Berapa anaknya? (pertanyaan untuk anak-anak)
2.Apa yang mengesan dari kehidupan Ibu Amiani?
3.Sikap atau perbuatan Ibu Amiani yang mana yang bagi kita menandakan kekatolikannya?
8.Membaca dan Memahami Cita-cita ARDAS UMAT ALLAH KAS 2011-2015
ARAH DASAR UMAT ALLAH KEUSKUPAN AGUNG SEMARANG 2011-2015
Umat Allah KAS sbg persekutuan paguyuban-paguyuban murid-murid Yesus Kristus dalam bimbingan Roh Kudus, berupaya menghadirkan Kerajaan Allah sehingga semakin signifikan dan relevan bagi warganya dan masyarakat.
Dalam masyarakat Indonesia yang sedang berjuang menuju tatanan hidup baru yang adil, damai, sejahtera, dan demokratis, umat Allah berperan secara aktif mengembangkan habitus baru berdasarkan semangat injil dengan beriman mendalam dan tangguh, serta ambil bagian mewujudkan kesejahteraan umum.
Langkah pastoral yang ditempuh adalah pengembangan umat Allah, terutama optimalisasi peran kaum awam, secara berkesinambungan dan terpadu dalam mewujudkan iman di tengah masyarakat: pemberdayaan kaum kecil, lemah, miskin, tersingkir, dan difabel; serta pelestarian keutuhan ciptaan. Langkah tersebut didukung oleh tata penggembalaan yang sinergis, mencerdaskan dan memberdayakan umat beriman, serta memberikan peran pada berbagai karisma yang hidup dalam diri pribadi maupun kelompok.
Umat Allah KAS dengan tulus, setia, dan rendah hati bertekad bulat melaksanakan upaya tersebut, serta mempercayakan diri pada penyelenggaraan ilahi seturut teladan Maria, hamba Allah dan bunda Gereja.
Allah yang memulai pekerjaan baik diantara kita akan menyelesaikannya (bdk. Fil 1:6)
Keterangan:
Kekhasan ARDAS KAS 2011-2015
1) Daya signifikansi dan relevansi Gereja
Signifikan berarti bernilai, memiliki harga atau mutu penting sehingga kehadiran dan gerak Gereja sungguh penting-diperhitungkan-memiliki nilai tinggi dalam diri warganya dan masyarakat. Relevan berarti sesuai atau gayut, memiliki kesesuaian/kegunaan/peran/pengaruh yang sambung dengan kehidupan konkret warganya maupun masyarakat.
Signifikansi dan relevansi Gereja bagi warganya tampak manakala Gereja menanggapi persoalan-persoalan umat beriman sendiri, sehingga umat beriman, baik anak-anak, orang muda maupun orang-orang dewasa sungguh merasa at home dalam Gereja. Mereka merasakan bahwa kebutuhan rohani mereka disapa dan ditanggapi oleh Gereja, sehingga Gereja tidak ditinggalkan oleh warganya. Secara konkret, liturgi, pewartaan, dan karya pastoral Gereja sungguh-sungguh kena pada apa yang sedang hidup dalam umat. Disamping itu, kebutuhan dasar mereka secara kreatif dipedulikan pula oleh Gereja.
Signifikansi dan relevansi Gereja bagi masyarakat tampak bila Gereja sungguh-sungguh terlibat dalam pergulatan hidup masyarakat. Gereja tidak menjadi asing di tengah pergulatan masyarakat, tetapi ikut menyumbang dalam kehidupan bersama. Ini secara khusus akan nampak misalnya dalam keterlibatan Gereja di bidang pengembangan sosial ekonomi, maupun dalam memperjuangkan keadilan, kedamaian dan keutuhan ciptaan.
2) Optimalisasi peran kaum awam
Gerak pengembangan secara umum menunjuk umat Allah, dan secara khusus menekankan optimalisasi peran kaum awam. Umat Allah mencakup hirarki, kaum religius, dan kaum awam. Pengembangan umat Allah dimaksud-kan bahwa seluruh warga Gereja baik itu hirarki, kaum religius, maupun awam saling bersinergi untuk mendalami, mengungkapkan dan mewujudkan iman dalam dunia. Perwujudan iman dalam dunia, di tengah masyarakat, adalah tugas dan tindakan khas kaum awam. Oleh karena itu, Ardas 2011-2015 secara khusus mengutamakan optimalisasi peran kaum awam. Langkah pastoral ini dijalankan secara berkesinambungan baik pada jenjang antar generasi maupun pada dinamika proses pemberdayaannya. Perwujudan iman di tengah masyarakat yang menjadi kekhasan gerak kaum awam mencakup pilihan pada bidang sosial, politik, ekonomi, pendidikan, komunikasi sosial, kesehatan, seni dan budaya, serta iptek. Pilihan ini ditentukan supaya jelas, tidak abstrak sekedar mengatakan berbagai bidang kehidupan.
3) Sinergisitas KARYA PASTORAL
Sinergi berarti kerja sama antara orang atau organisasi yang hasil keseluruhannya lebih besar daripada jumlah hasil yang dicapai jika masing-masing bekerja sendiri. Sebuah analogi yang ditawarkan Stephen Covey mungkin bisa menggambarkan arti kata ini. Misalnya, bila si A seorang diri, hasil usahanya adalah dua. Sementara ada orang lain si B, hasil usahanya juga dua. Maka ketika A dan B bekerja bersama-sama secara sinergis, yang dihasilkan tidak hanya empat, tapi bisa sepuluh, duapuluh, bahkan lebih. Demikian, dengan bersinergi bisa diciptakan daya guna (efisiensi), hasil guna (efektivitas), dan semangat kebersamaan yang tinggi.
Menilik arti sinergi tersebut, tata penggembalaan yang sinergis mengandaikan telah berkembangnya kualitas-kualitas tata penggembalaan yang digariskan pada Ardas 2001-2005 dan Ardas 2006-2010. Mengapa demikian? Karena, sinergis memuat paradigma kepemimpinan non klerikal-piramidal melainkan yang melibatkan dan mengembangkan, jiwa kesetaraan gender dalam membangun masa depan bersama, dan kesadaran sebagai sama-sama anak Allah terhadap semua yang berkehendak baik apapun agamanya. Untuk bersinergi, dibutuhkan sebuah komitmen tinggi untuk bekerjasama yang dilandasi ketulusan dalam menghargai perbedaan demi menuju cita-cita bersama.
Mengembangkan tata penggembalaan yang sinergis adalah tindakan yang mendesak dijalankan pada masa kini. Dengan optimalisasi peran kaum awam, didorong terjadinya gerak-gerak sinergi entah antar awam sendiri maupun antara awam, imam dan kaum religius. Kelompok-kelompok dan lembaga-lembaga diharapkan mengembangkan jalinan-jalinan sinergi sehingga mampu menghadirkan karya-karya kasih yang menghidupkan sendi-sendi kehidupan bersama. Lingkungan-lingkungan di wilayah paroki juga didorong untuk bersinergi sehingga lingkungan bukan sekadar sebagai sistem administrasi paroki melainkan sebagai sarana keterlibatan sosial di masyarakat. Paroki-paroki Keuskupan Agung Semarang dituntut untuk bersinergi demi mengembangkan kehidupan umat terlebih mendorong terciptanya hidup beriman yang mendalam dan tangguh serta keikutsertaan dalam mewujudkan kesejahteraan umum. Komisi-komisi dalam Dewan Karya Pastoral Keuskupan Agung Semarang harus menjalankan gerak-gerak sinergi sehingga mampu menjadi motor penggerak segenap umat Allah Keuskupan Agung Semarang.
9.Nyanyian tanggapan
10.Kolekte Prapaskah (bisa dilaksanakan ketika umat menyanyikan nyanyian tanggapan)
11.Doa Umat: (Doa Umat disusun oleh lingkungan masing-masing)
12.Doa ARDAS KAS (Lihat pada halaman atas)
13.Doa Bapa Kami (Bisa dinyanyikan)
PENUTUP
14. Doa Penutup:
Allah Bapa Mahapengasih, begitu besar kasihMu Engkau limpahkan kepada kami melalui Yesus Kristus PuteraMu. Dia hadir di tengah-tengah kami menandakan hadirnya karya penyelamatanMu dan kehadiranNya sangat berarti bagi kami. Semoga berkat Sengasara, Wafat dan KebangkitanNya, kami semakin tegak berdiri sebagai orang katolik sejati; beriman yang tangguh dan mendalam. Sehingga kehidupan kami menandakan hadirnya KerajaanMu dan bermakna bagi siapapun. Demi Kristus Tuhan dan Penyelamat kami yang wafat dan bangkit bagi kami, berkuasa bersama Dikau dan Roh Kudus, kini dan sepanjang masa. Amin.
Salam Maria....
Kemuliaan kepada Bapa dan Putera dan Roh Kudus...
15.Pengumuman/Pesan:
-Menjadi Katolik adalah pilihan hidup. Mestinya: membanggakan
-Tugas: meresapkan isi ARDAS KAS 2011-2015 dengan pertanyaan: sesuai dengan yang tersirat
pada ARDAS KAS 2011-2015, apa saja yang harus kita lakukan untuk menandakan
bahwa kita ini orang katolik sejati? Yang tangguh dan mendalam!
-Tempat dan waktu pertemuan APP selanjutnya.
16.Mohon Berkat
P: Tuhan sertamu
U: Dan sertamu juga
P: Semoga kita semua diberkati oleh Allah yang mahakuasa
U: Dalam nama Bapa dan Putera dan Roh Kudus (masing-masing membuat tanda salib)
17.Nyanyian Penutup
Sumber: Buku Panduan APP 2011: Inilah Orang Katolik Sejati