Hari Biasa Pekan II Prapaskah
Janganlah kamu serupa dengan dunia ini ... Rm 12:2
Doa Renungan
Allah Bapa yang mahapengasih dan pengampun, melalui hamba-Mu Engkau pernah bersabda, "Sekalipun dosamu merah seperti kirmizi akan menjadi putih seperti salju". Ketika anak hilang itu berdosa, Engkau justru berbelaskasih kepadanya. Ajarlah aku Bapa, agar menjadi seperti anak hilang yang mau datang dan bertobat kepada-Mu. Engkau tahu Bapa, aku ini orang yang lemah, janganlah memandang segala dosa-dosaku tapi pandanglah hatiku yang rindu pada-Mu. Amin.
Mikha pernah meramalkan kehancuran para bangsa. Namun, di akhir semuanya itu bukanlah kepunahan, melainkan terbentanglah harapan baru. Tuhan memberikan pengampunan bagi umat. Tuhan akan tampil sebagai Gembala Sejati yang tidak membiarkan umat-Nya terlantar. Meskipun Ia perlu memberikan peringatan dan hukuman, Ia tetap menyelamatkan kita.
Pembacaan dari Nubuat Mikha (7:14-15.18-20)
Demikianlah sabda Tuhan
Syukur kepada Allah.
Mazmur Tanggapan, do = a, 4/4, PS 823
Ref. Pujilah, puji Allah, Tuhan yang maharahim.
Ayat. (Mzm 103:1-2.3-4.9-10.11-12; Ul: 8a)
1. Pujilah Tuhan, hai jiwaku! Pujilah nama-Nya yang kudus, hai segenap batinku! Pujilah Tuhan, hai jiwaku, janganlah lupa akan segala kebaikan-Nya!
2. Dialah yang mengampuni segala kesalahanmu, dan menyembuhkan segala penyakitmu! Dialah yang menebus hidupmu dari liang kubur, dan memahkotai engkau dengan kasih setia dan rahmat!
3. Tidak terus-menerus Ia murka, dan tidak untuk selama-lamanya Ia mendendam. Tidak pernah Ia memperlakukan kita setimpal dengan dosa kita, atau membalas kita setimpal dengan kesalahan kita.
4. Setinggi langit dari bumi, demikianlah besarnya kasih setia Tuhan atas orang-orang yang takwa kepada-Nya! Sejauh timur dari barat, demikianlah pelanggaran-pelanggaran kita dibuang-Nya.
Bait Pengantar Injil, do = bes, 4/4, PS 966
Ref. Terpujilah Kristus Tuhan, Sang Raja kemuliaan kekal.
Ayat. (Luk 15:18)
Aku akan bangkit dan pergi kepada bapaku dan berkata kepadanya, "Bapa, aku telah berdosa terhadap surga dan terhadap Bapa".
Tidak sedikit orang berdosa yang berbalik dari tingkah lakunya yang jahat dan beroleh keselamatan. Namun, banyak juga pendosa yang tetap tersesat, makin tak peduli, dan menjauhkan diri dari Allah. Mengapa? Mungkin salah satu alasannya ialah karena mereka tidak lagi sadar akan situasinya sendiri yang buruk dan tidak ingat lagi dengan keadaan rahmat yang diterimanya. Apa yang perlu kita lakukan agar menjaga kesadaran diri dan ingat akan Allah?
Inilah Injil Yesus Kristus menurut Lukas (15:1-3.11-32)
Berbahagialah orang yang mendengarkan sabda Tuhan dan tekun melaksanakannya.
U. Sabda-Mu adalah jalan, kebenaran dan hidup kami.
Renungan
Ibu Inah, seorang janda tua, merasa sangat sedih ketika anak satu-satunya membawanya ke panti jompo. Ia telah berjuang hampir seumur hidupnya agar anaknya itu lulus kuliah di luar negeri dan menjadi sukses, namun pada senja hidupnya si anak tidak menghendakinya tinggal bersama keluarganya, padahal kehadiran si ibu di sana sebenarnya tidak membebani.
Setiap hari di rumah jompo itu Bu Inah memasukkan potongan-potongan kertas kecil ke sebuah kotak besar. Ia menuliskan sesuatu. Bertahun-tahun lamanya ia menulisi kertas-kertas itu dan menambahnya setiap hari. Pada tahun yang kelima, Bu Inah wafat. Setelah pemakaman, perawat memberikan kotak itu pada si anak. Ini pesan terakhir almarhumah. Si anak membuka kotak itu dan di dalamnya tertulis kalimat yang sama pada setiap kertas: "Anakku hari ini aku menantimu dengan rindu, tapi kau tak datang.
Menurut para ahli Alkitab, Injil hari ini adalah a gospel within the gospel. Warta sesungguhnya bukanlah tentang anak yang hilang, tapi tentang bapa yang murah hati. Dikisahkan, setelah disakiti hatinya dengan meminta warisan sebelum dia wafat, si bapa masih dengan setia menunggu putranya yang pergi menghambur-hamburkan uangnya dengan moral yang bejat. Hati sang bapa terus gelisah dan berharap agar anaknya pulang. Ketika si anak akhirnya kembali, hanya karena dia lapar, sang bapa yang tua renta sudah melihatnya dari jauh dan berlari mendapatkannya. Lalu bukanlah hardikkan atau amarah yang di dapat si anak bejat, tapi malah sukacita dan pesta pora. Kebaikan hati sang bapa amat berlimpah ruah, seperti itulah Bapa surgawi.
Apakah hati kita gelisah dan berharap agar ia kembali lagi ketika seseorang yang menyakiti kita pergi dari hidup kita? Barangkali tidak. Kita justru bersukacita atas kepergiannya. Namun, sudah berapa kali kita menyakiti hati Bapa Surgawi dan Dia tetap menunggu kita kembali lagi dan lagi? Jika hati-Nya selalu gelisah menunggu kita pulang pada-Nya, kita pun mestinya gelisah menunggu berdamainya lagi kita dengan mereka yang bersalah pada kita.
Tuhan, usiklah hatiku jika aku bersukacita atas hilangnya mereka yang bersalah padaku dan kubenci. Amin.