Saudara-saudari Umat Katolik Keuskupan Purwokerto yang terkasih,
1. Pada Hari Rabu mendatang kita memasuki Masa Puasa, masa pertobatan untuk menyongsong Hari Raya Paskah. Selama masa Prapaskah kita diajak untuk mendalami tema pertobatan yang sudah kita pilih, yaitu “Kesejatian dalam mewujudkan diri: Semakin menjadi tanda kehadiran Kerajaan Allah”. Tema ini dipilih dalam rangka mengungkapkan rasa syukur kepada Tuhan; syukur atas kebahagiaan hidup sebagai orang beriman yang dianugerahi keselamatan; syukur atas penyertaan Allah di dalam menggulirkan renstra karya pastoral yang kedua dan syukur kepada Tuhan atas usia lima puluh tahun hirarki Gereja Indonesia. Dalam suasana gembira dan syukur ini, saya mengajak seluruh Umat Katolik untuk semakin menjadi tanda kehadiran Kerajaan Allah di tengah-tengah masyarakat.
2. Sejak awal tampil di depan umum, Tuhan kita Yesus Kristus mewartakan bahwa ‘Kerajaan Allah sudah dekat” (Mrk 1, 15; Mat 4, 17, Luk 10, 11); bahkan Kerajaan Allah sudah datang (Mat 12, 28). Kerajaan Allah diibaratkan benih yang ditaburkan di ladang hati banyak orang (Mrk, 4,11-20); benih itu mengalami proses pertumbuhan dan perkembangan serta menghasilkan buah di dalam diri manusia. Bahkan Yesus tidak hanya mengajarkan tentang Kerajaan Allah; Dia sendiri merupakan tanda hadirnya Kerajaan Allah. “Jika Aku mengusir setan dengan kuasa Allah, maka sesungguhnya Kerajaan Allah sudah datang kepadamu” (Luk 11, 20). Melalui karya-karya-Nya, antara lain: pengusiran setan, penyembuhan orang sakit, pemberian makanan, dan sebagainya, Yesus menampakkan hadirnya Kerajaan Allah bagi banyak orang. Menggunakan istilah bacaan pertama pada Minggu ini, Kerajaan Allah hadir, sejauh hidup manusia menjadi berkat bagi orang lain melalui karya dan kegiatan sehari-hari.
Saudara-saudariku yang terkasih,
3. Bagaimana caranya supaya kehidupan Umat Katolik menjadi tanda hadirnya Kerajaan Allah? Injil yang dibacakan pada Minggu ini memberikan inspirasi, yakni supaya para murid Kristus bersedia untuk melaksanakan apa yang menjadi kehendak Allah Bapa kita, dan bukan semata-mata berbuat kebaikan demi nama Tuhan. Melaksanakan kehendak Bapa di surga maksudnya bersedia untuk meluhurkan Sabda Allah dan menyediakan diri untuk ditempati oleh Sabda Allah itu. Kitab Ulangan memberi inspirasi supaya para murid Kristus menaruh perkataan ilahi dalam hati dan jiwa, maksudnya dalam pikiran, angan-angan, dan dalam kehidupan. Mereka juga diminta agar perkataan itu diikatkan sebagai tanda pada tangan dan menjadi lambang di dahi (ay. 11, 18). Dengan cara demikian, para murid Kristus dapat berbagi hidup dengan Bapa dan menemukan kebahagiaan sejati.
4. Dengan menggunakan perumpamaan, Yesus mengajarkan bahwa orang yang membiarkan dirinya diresapi oleh Sabda Tuhan, orang itu akan menjadi bijaksana; orang bijak itu seperti rumah yang dibangun di atas wadas, yakni tetap kokoh sekalipun diterjang badai. Sebaliknya, orang yang tidak mau diresapi Sabda Tuhan, akan menjadi orang bodoh, seperti rumah di atas pasir; rumah tersebut akan hancur diterjang badai. Kebijaksanaan merupakan jalan menuju keselamatan dan kebodohan merupakan jalan menuju kehancuran. Inilah cara bagi murid Kristus untuk menghayati hidup keagamaan secara benar dan cara untuk membangun kehidupan baru; kehidupan yang dapat menjadi berkat bagi banyak orang, dan bukan menjadi kutuk.
Saudara-saudari yang terkasih,
5. Selanjutnya, apa yang perlu diperjuangkan oleh Umat Katolik, supaya hidupnya dapat menjadi berkat bagi sesama? Tidak ada cara lain kecuali bersedia terlibat di dalam kehidupan internal Gereja dan masyarakat, seperti keterlibatan Tuhan kita Yesus Kristus atas suka duka kehidupan masyarakat saat itu. Keterlibatan Umat Katolik bukan untuk membuat berbagai macam mukjizat atau karya-karya yang ajaib, melainkan keterlibatan di dalam membangun dan memajukan kehidupan umat dan masyarakat menuju kesejahteraan bersama.
6. Kami sungguh bersyukur bahwa ada banyak Umat Katolik telah terlibat di dalam memajukan berbagai bidang kehidupan masyarakat, khususnya dalam pembinaan dan pendampingan kaum muda melalui berbagai gerakan dan kegiatan pembinaan yang tepat. Mereka adalah masa depan bangsa dan Gereja; kaum muda sungguh membutuhkan guru dan teman, pembina dan pendamping, di dalam peziarahan mereka menuju perkembangan kepribadian yang utuh dan dewasa.
7. Kami juga bersyukur atas keberadaan dan peran keluarga-keluarga Katolik, yang menjadi tempat tumbuh dan berkembangnya nilai-nilai luhur manusiawi dan iman kristiani. Kami sungguh bangga akan keluarga-keluarga Katolik yang mampu menghayati dan mengembangkan kasih dan kesetiaan sepanjang hidup. Namun demikian kami juga tidak menutup mata terhadap keluarga-keluarga yang mengalami berbagai macam persoalan dan kesulitan di dalam membangun rumah tangga di jaman modern ini. Kami berdoa, semoga Bapa memberikan kekuatan dan pendampingan untuk menghadapi dan mengatasi berbagai macam persoalan dan kesulitan itu.
8. Kami juga bersyukur bahwa anda semua berusaha untuk menghayati kehidupan iman dan agama secara benar, sehingga anda tidak jatuh ke dalam perilaku formalisme agama. Tuhan Yesus mengingatkan, “Bukan setiap orang yang berseru, “Tuhan, Tuhan”!, akan masuk ke dalam Kerajaan Surga. Semoga anda semua mampu mengembangkan kehidupan rohani secara benar dan makin mampu menjadi tanda hadirnya Kerajaan Allah.
9. Kami juga bersyukur dan merasa bangga bahwa banyak umat Katolik terlibat aktif di dalam memajukan berbagai bidang kehidupan masyarakat, baik dalam bidang ekonomi, politik, sosial, budaya, kesehatan dan lain sebagainya. Keterlibatan aktif ini merupakan usaha untuk menghadirkan Kerajaan Allah bagi masyarakat luas. Tahun yang lalu kita telah bekerjasama dan berjejaring dengan berbagai pihak untuk mengatasi kenyataan kemiskinan melalui berbagai macam gerakan dan kegiatan. Saat ini kita masih menggulirkan fokus pastoral Tahun Keprihatinan Pertanian, yang merupakan guliran terakhir dari 5 prioritas karya pastoral.
10. Kami syukuri apa yang sudah kami lihat dan kami dengar bahwa banyak dari umat Katolik terlibat aktif dalam gerakan belarasa pertanian dengan melaksanakan berbagai kegiatan dan gerakan, seperti: gerakan moral cinta pertanian, hari pangan sedunia, pengembangan tani organik, pengembangan Credit Union, pengadaan sapi untuk petani, dan sebagainya. Kegiatan-kegiatan tersebut diharapkan menjadi sarana bagi Gereja untuk membagi berkat bagi banyak orang; menjadi sarana bagi Umat Katolik untuk menghadirkan Kerajaan Allah bagi sesama.
11. Bagi anda yang tidak menjumpai umat atau warga miskin dan permasalahan pertanian, karena anda tinggal di lingkungan hidup yang berkecukupan, anda dapat membantu lingkungan lain se-paroki atau membantu paroki lain se-dekenat yang anda rasakan menanggung beban dan permasalahan berat berkaitan dengan kemiskinan dan pertanian. Yang penting bahwa anda telah membangun sikap dan semangat pertobatan yang benar dan berusaha menjadi tanda kehadiran Kerajaan Allah bagi sesama.
12. Dalam suasana syukur ini, marilah kita tetap menyadari jati diri kita sebagai murid-murid Kristus yang terpanggil untuk menjadi tanda hadirnya Kerajaan Allah baik secara pribadi atau bersama-sama sebagai Gereja. Selama empat puluh hari ini, kita tingkatkan kedekatan, keakraban dan kesatuan kita dengan Firman Tuhan yang menjadi dasar iman kita. Kita bangun kembali semangat kesederhanaan dan kerendahan hati sehingga kemuliaan Allah semakin tampak dan Kerajaan Allah semakin nyata dalam hidup kita sehari- hari. Selamat memasuki retret agung selama masa Prapaskah. Amin
Purwokerto, 1 Maret 2011
+Mgr. Julianus Sunarka, SJ
Uskup Keuskupan Purwokerto