Kamis, 21 April 2011
Pagi: Hari Kamis Dalam Pekan Suci (U).
Renungan Ekaristi Krisma di Gereja Katedral (P).
Pembaharuan Janji Imam.
Sore/Malam: Kamis Putih (P)
"...jikalau Aku membasuh kakimu, Aku yang adalah Tuhan dan Gurumu, maka kamupun wajib saling membasuh kakimu; sebab Aku telah memberikan suatu teladan kepada kamu, supaya kamu juga berbuat sama seperti yang telah Kuperbuat kepadamu." (Yoh 13:14-15)
Doa Renungan
Allah Bapa kami yang maha pengasih dan maha penyayang, hari ini kami Kauperkenankan untuk merayakan perjamuan-Mu yang mahakudus. Perjamuan cinta kasih ini dianugerahkan Kristus pada malam Ia menyerahkan diri, kepada Gereja-Nya sebagai korban baru sepanjang masa. Hari ini, kami menegaskan komitmen kami, mengikuti jalan salib dan derita-Mu, yang tidak lain jalan kasih-Mu yang menyelamatkan. Semoga dengan ikut ambil bagian dalam perjamuan-Mu, kami Kaumampukan, berani sebagai pelaku kabar gembira dimanapun kami berada. Dengan pengantaraan Yesus Kristus, Putra-Mu, Tuhan kami, yang bersama dengan Dikau, dalam persatuan Roh Kudus, hidup, berkuasa, kini dan sepanjang masa. Amin.
Hari raya terbesar untuk umat Israel dalam Perjanjian Lama, ialah Pesta Paskah. Pada hari itu mereka memperingati pembebasan mereka dari perbudakan di tanah Mesir. Untuk kita pun Paskah adalah hari raya yang terbesar; kita memperingati pembebasan kita dari perbudakan dosa. Puncak perayaan, baik dalam Perjanjian Lama maupun Perjanjian Baru, ialah suatu perjamuan. Untuk itu umat Israel menyembelih, mengurbankan, dan menyantap seekor anak domba. Anak domba itu akan menjadi pralambang Anak domba Allah, Yesus Kristus. Dia memberikan diri disembelih dan dikurbankan. Kita pun menyantap Anak domba Allah itu dalam tanda-tanda pengurbanan-Nya. Tubuh dan Darah-Nya dalam roti dan anggur.
Bacaan Pertama
Pembacaan dari Kitab Keluaran (12:1-8.11-14)
Pada waktu itu berfirmanlah Tuhan kepada Musa dan Harun di tanah Mesir, "Bulan ini akan menjadi permulaan segala bulan bagimu, bulan yang pertama bagimu tiap-tiap tahun. Katakanlah kepada segenap umat Israel, 'Pada tanggal sepuluh bulan ini hendaklah diambil seekor anak domba oleh kamu masing-masing menurut kaum keluarga, seekor domba untuk tiap rumah tangga. Tetapi jika rumah tangga itu terlalu sedikit jumlah anggotanya untuk menghabiskan seekor anak domba, maka hendaklah ia bersama dengan tetangga yang terdekat mengambil seekor menurut jumlah jiwa. Tentang domba itu, kamu harus membuat perkiraan menurut keperluan tiap-tiap orang. Anak domba itu harus jantan, tidak bercacat, dan harus berumur satu tahun. Kamu boleh mengambil domba, boleh juga kambing. Anak domba itu harus kamu kurung sampai tanggal empat belas bulan ini. Lalu seluruh umat Israel yang berkumpul, harus menyembelihnya pada senja hari. Darahnya harus diambil sedikit, dan dioleskan pada kedua tiang pintu dan ambang-atas dari rumah, tempat orang-orang makan anak domba itu. Pada malam itu juga mereka harus memakan dagingnya yang dipanggang; daging panggang itu harus mereka makan dengan roti yang tidak beragi dan sayur pahit. Beginilah kamu harus memakannya: pinggangmu berikat, kaki berkasut, dan dengan tongkat di tanganmu. Hendaknya kamu memakannya dengan cepat-cepat. Itulah Paskah bagi Tuhan. Sebab pada malam ini aku akan menjelajahi negeri Mesir, dan membunuh semua anak sulung, baik anak sulung manusia maupun anak sulung hewan, dan semua dewata Mesir akan Kujatuhi hukuman. Akulah Tuhan. Adapun darah domba itu menjadi tanda bagimu pada rumah-rumah tempat kamu tinggal. Apabila Aku melihat darah itu, maka Aku akan melewati kamu. Jadi tidak akan ada tulah kemusnahan di tengah-tengah kamu, pada saat Aku menghukum negeri Mesir. Hari ini harus menjadi hari peringatan bagimu, dan harus kamu rayakan sebagai hari raya bagi Tuhan turun-menurun.'"
Demikianlah sabda Tuhan
U. Syukur kepada Allah.
Mazmur Tanggapan, do = g, 2/4, 3/4, PS 856
Ref. Inilah Tubuh-Ku yang diserahkan bagimu. Inilah Darah-Ku yang ditumpahkan bagimu. Lakukanlah ini akan peringatan kepada-Ku.
Ayat. (Mzm 116:12-13.15-16bc.17-18; R: lh. 1Kor 10: lh.16)
1. Bagaimana akan kubalas kepada Tuhan segala kebaikan-Nya kepadaku? Aku akan mengangkat piala keselamatan, dan akan menyerukan nama Tuhan.
2. Sungguh berhargalah di mata Tuhan kematian semua orang yang dikasihi-Nya. Ya Tuhan, aku hamba-Mu; aku hamba-Mu, anak dari sahaya-Mu. Engkau telah melepaskan belengguku.
3. Aku akan mempersembahkan kurban syukur kepada-Mu, dan akan menyerukan nama Tuhan. Aku akan membayar nazarku kepada Tuhan di depan seluruh umat-Nya.
Sewaktu-waktu terjadi bahwa kita mengundang orang, atau kita sendiri diundang, untuk merayakan atau memperingati suatu peristiwa penting. Dan biasanya pada kesempatan itu diadakan juga suatu perjamuan. Sambil makan bersama, kita mengalami suatu persekutuan, suatu persaudaraan dengan semua hadirin. Demikian pula Yesus mengadakan suatu perjamuan. Perjamuan itu sebagai awal sengsara-Nya. Sebab pada malam itu juga Yesus akan ditangkap; dan pada hari berikutnya, terjadilah kemenangan kehidupan atas kematian. Para undangan bukan hanya kedua belas murid Yesus itu, melainkan semua orang dari segala zaman diundang untuk ikut dalam perjamuan. Dalam perjamuan itu, Yesus menghidangkan Tubuh dan Darah-Nya sendiri. Perjamuan itu akan berlangsung terus, sampai dunia ini berakhir. Kita akan mendengar Santo Paulus berkata, "Setiap kali kamu makan roti ini dan minum dari cawan ini, kamu mewartakan wafat Tuhan sampai Ia datang."
Bacaan Kedua
Pembacaan dari Surat Pertama Rasul Paulus kepada umat di Korintus (1Kor 11:23-26)
Saudara-saudara, apa yang kuteruskan kepadamu ini telah aku terima dari Tuhan, yaitu bahwa Tuhan Yesus, pada malam Ia diserahkan, mengambil roti, dan setelah mengucap syukur atasnya, Ia memecah-mecahkan roti itu seraya berkata, "Inilah Tubuh-Ku, yang diserahkan bagimu; perbuatlah ini untuk mengenangkan Daku!" Demikian juga Ia mengambil cawan, sesudah makan, lalu berkata, "Cawan ini adalah perjanjian baru yang dimeteraikan dalam darah-Ku. Setiap kali kamu meminumnya, perbuatlah ini untuk mengenangkan Daku." Sebab setiap kamu makan roti ini dan minum dari cawan ini, kamu mewartakan wafat Tuhan sampai Ia datang.
Demikianlah sabda Tuhan
U. Syukur kepada Allah.
Bait Pengantar Injil, Mzm 95:8ab, do = bes, 4/4, PS 965
Ref. Terpujilah Kristus Tuhan, Raja mulia dan kekal.
Ayat. (Yoh 13:34)
Aku memberikan perintah baru kepada kamu, yaitu supaya kamu saling mengasihi, sama seperti Aku telah mengasihi kamu.
Yesus tahu bahwa sudah tiba saatnya Ia pergi menghadap Bapa. Dalam perjamuan, dengan suatu lambang Ia mau menjelaskan sekali lagi, bahwa perutusan-Nya membuktikan Ia menaruh kasih sedalam-dalamnya kepada manusia. Ia memberikan pelayanan yang paling hina kepada murid-murid-Nya, yaitu membasuh kaki mereka: lambang pelayanan cinta kasih, yang kemudian Ia tuntut juga supaya kita melakukannya seorang terhadap yang lain.
Bacaan Injil
Inilah Injil Yesus Kristus menurut Yohanes (13:1-15)
Sebelum hari raya Paskah mulai, Yesus sudah tahu bahwa saatnya telah tiba untuk beralih dari dunia ini kepada Bapa. Ia senantiasa mengasihi murid-murid-Nya; sekarang pun Ia mengasihi mereka dengan tak ada hingganya. Ketika mereka sedang makan bersama, setan membisikkan dalam hati Yudas Iskariot, anak Simon, rencana untuk mengkhianati Yesus. Yesus tahu bahwa Bapa telah menyerahkan segala sesuatu kepada-Nya, dan bahwa Ia telah datang dari Allah dan akan kembali kepada Allah. Maka Yesus bangun dan menanggalkan jubah-Nya. Ia mengambil sehelai kain lenan dan mengikatkannya pada pinggang-Nya. Kemudian Ia menuang air ke dalam sebuah bejana, dan mulai membasuh kaki murid-murid-Nya, lalu mengeringkannya dengan kain yang terikat pada pinggang-Nya itu. Maka sampailah Ia kepada Simon Petrus. Kata Petrus kepada-Nya, "Tuhan, Engkau hendak membasuh kakiku?" Jawab Yesus kepadanya, "Apa yang Kubuat ini, engkau sekarang belum mengerti, tetapi kelak engkau akan memahaminya." Kata Petrus kepada-Nya, "Selama-lamanya Engkau tidak akan membasuh kakiku!" Jawab Yesus, "Jika Aku tidak membasuh kakimu, engkau tidak akan mendapat bagian bersama Aku." Kata Petrus kepada-Nya, "Tuhan, kalau begitu, jangan hanya kakiku saja, tetapi juga tangan dan kepalaku! Kata Yesus kepada-Nya, "Barang siapa sudah mandi, cukuplah ia membasuh kakinya, karena ia sudah bersih seluruhnya. Kamu pun sudah bersih, hanya tidak semua! Yesus tahu, siapa yang akan menyerahkan Dia; karena itu Ia berkata, "Tidak semua kamu bersih." Sesudah membasuh kaki mereka, Yesus mengenakan lagi pakaian-Nya dan duduk kembali. Lalu Ia berkata kepada mereka, "Mengertikah kamu arti perbuatan-Ku ini? Kamu menyebut Aku Guru dan Tuhan, dan katamu itu tepat, sebab memang Akulah Guru dan Tuhan. Nah, jikalau Aku, Tuhan dan Gurumu, membasuh kakimu, maka kamu pun wajib saling membasuh kaki. Sebab Aku telah memberikan teladan kepadamu, supaya kamu juga buat seperti yang telah Kuperbuat kepadamu."
Demikianlah Injil Tuhan
U. Terpujilah Kristus.
Renungan
Rekan-rekan yang baik!
Hanya dalam Injil Yohanes sajalah didapati kisah pembasuhan kaki para murid (Yoh 13:1-15) yang dibacakan pada Pesta Perjamuan Tuhan pada hari Kamis dalam Pekan Suci. Memang lazim orang membasuh kaki sendiri sebelum masuk ke ruang perjamuan sebagai ungkapan datang dengan bersih. Hanya tamu yang amat dihormati sajalah, misalnya seorang guru atau orang yang dituakan, akan dibasuh kakinya. Bila dilakukan, akan dijalankan sebelum perjamuan mulai. Tetapi dalam Injil Yohanes peran-peran tadi dibalik. Yesus sang guru itu membasuh kaki para muridnya. Lagi pula pembasuhan ini terjadi selama perjamuan sendiri, bukan sebelumnya seperti biasa dilakukan orang. Kiranya memang hendak disampaikan hal yang tidak biasa. Pembasuhan kaki di sini tidak ditampilkan semata-mata sebagai tanda memasuki perjamuan dengan bersih, tetapi untuk menandai hal lain. Apa itu? Baiklah didekati kekhususan Yohanes dalam menyampaikan kejadian-kejadian terakhir dalam hidup Yesus.
KAITAN DENGAN BACAAN PERTAMA Kel 12:1-8; 11-14.
Yohanes menyampaikan kejadian pada hari-hari terakhir Yesus dengan cara yang agak berbeda dengan ketiga Injil lainnya. Dalam Injil Markus, Matius dan Lukas, kedatangan Yesus ke Yerusalem mengawali peristiwa-peristiwa yang mengantar masuk ke dalam penderitaan, kematian serta kebangkitannya nanti, termasuk juga perjamuan Paskah. Yohanes lain. Dalam Injil Yohanes kedatangan Yesus ke Yerusalem dan pembersihan Bait Allah dipisahkan dari peristiwa salib dan kebangkitan. Bagi Yohanes, serangkaian kejadian yang berakhir dengan kebangkitan itu justru berawal pada perjamuan malam terakhir. Berbeda juga dengan ketiga Injil lainnya, perjamuan ini bukan perjamuan Paskah, melainkan perjamuan malam yang diadakannya sebelum Paskah. Bagi Yohanes, Paskah yang sejati terjadi dalam pengorbanan Yesus di salib.
Dengan demikian Injil Yohanes membaca kembali pengorbanan Yesus di salib sebagai perayaan Paskah yang dahulu mulai sebagai ingatan akan saat Tuhan memimpin umat-Nya keluar dari tanah Mesir dengan kuasa besar sebagaimana dibacakan dari Kel 12:1-8; 11-14. Darah domba kurban Paskah yang dahulu dioleskan pada bingkai pintu rumah (Kel 12:8) menandai darah yang terpoles pada kayu salib. Salib menjadi ambang memasuki hidup baru bersama Yang Ilahi. Bingkai pintu yang terpoles darah domba itu juga menjadi tanda bahwa di rumah itu tinggal umat yang akan dipimpin keluar dari tanah Mesir dan penghuninya tidak kena bencana dan hukuman (Kel 12:12-13). Salib yang menandai darah pengorbanan Yesus menjadi tanda bahwa yang berada di balik salib itu ialah orang-orang yang diselamatkan. Namun dalam peristiwa perjamuan yang dikisahkan Yohanes, semua ini baru terjadi nanti pada saat Yesus disalibkan, wafat, dan kurbannya menjadi tanda keselamatan siapa saja yang ada bersamanya. Sekarang, dalam perayaan perjamuan malam sebelum Paskah hendak disampaikan bagaimana semua ini bisa terjadi, bagaimana pengorbanan ini memang menurut kemauan Yang Maha Kuasa dan utusannya, yakni Yesus, kini siap menjalankannya. Pengorbanan ini dijalaninya karena mengasihi "sampai pada kesudahannya" yang diungkapkan Yohanes pada awal perjamuan ini (Yoh 13:1). Marilah kita simak dari dekat peristiwa perjamuan ini
MEMBASUH KAKI PARA MURID
Yohanes juga menekankan, Yesus sadar bahwa dirinya "datang dari Allah dan akan kembali kepada Allah" (ay. 3). Karena itu mereka yang mengenalnya akan mengenali Yang Ilahi dari dekat. Ini semua diajarkan Yesus kepada para murid terdekat pada perjamuan malam terakhir itu dengan membasuh kaki mereka. Dia yang sadar berasal dari Allah dan sedang kembali menuju kepadaNya ingin menunjukkan bahwa orang-orang terdekat itu sedemikian berharga, sedemikian terhormat. Lebih dari itu, ia ingin berbagi "sangkan paran" - dari siapa dan menuju ke siapa - dengan mereka. Inilah yang dimaksud dengan mengasihi sepenuhnya (ay. 1, Yunaninya "eis telos"). Tidak setengah-setengah melainkan hingga tujuan kedatangannya terlaksana, yakni membawa manusia ke dekat Allah, asal terang dan kehidupan.
Petrus terheran-heran dan tak bisa menerima gurunya membasuh kakinya. Yesus mengatakan bahwa kelak ia akan mengerti walaupun kini belum menangkapnya (ay. 6-7). Tetapi Petrus belum puas dan bersikeras menolak dibasuh kakinya oleh gurunya itu. Pada saat inilah Yesus menjelaskan, " Jikalau aku tidak membasuh engkau, engkau tidak mendapat bagian dalam aku." (ay. 8). Dia yang "sangkan paran"-nya ialah Allah sendiri mau berbagi kehidupan dengan para murid. Dan berbagi asal dan tujuan kehidupan inilah jalan keselamatan bagi manusia. Bila asal dan akhir itu Allah sendiri, tentunya yang di maksud ialah Allah sumber terang, sumber kehidupan. Utusannya itu datang ke dunia yang masih berada dalam ancaman kuasa gelap untuk membawa kembali orang-orang yang dekat padanya kembali ke sumber terang, kepada Allah, ke sumber kehidupan sendiri. Itulah "sangkan paran" yang diungkapkan di dalam perjamuan ini.
BERBEKAL TELADAN
Pada kesempatan itu Yesus juga mengatakan bahwa pembasuhan kaki itu disampaikan sebagai teladan bagi para murid, agar mereka berbuat seperti itu satu sama lain (ay. 15). Teladan ini kemudian menjadi bekal kehidupan orang-orang yang percaya bahwa Yesus itu datang dari Allah dan pulang kepada-Nya setelah berhasil memperkenalkan siapa Allah itu sesungguhnya.
Boleh dikatakan saat itulah lahir kumpulan orang yang hidup berbekal sikap Yesus yang menganggap sesama sedemikian berharga sehingga pantas dilayani dan dihormati. Inilah Gereja dalam ujudnya yang paling rohani, paling spiritual. Dalam arti inilah Gereja berbagi "sangkan paran" dengan Yesus sendiri. Hidup mengGereja yang berpusat pada ekaristi baru bisa utuh bila dijalani dengan bekal yang diberikan Yesus tadi. Hanya dengan cara itu Gereja akan tetap memiliki integritas. Memang masih berada di dunia, masih berada dalam kancah pergulatan dengan kekuatan-kekuatan gelap, tetapi arahnya jelas, ke asal dan tujuan tadi: ke Sumber Terang sendiri bersama dengan dia yang diutus oleh-Nya.
Karena itu tak perlu heran bila para murid - dan Gereja - tidak semuanya bersih. Yesus berkata dalam ay. 11 "Tidak semua kamu bersih." Kata-kata itu bukan mencela melainkan mengakui kenyataan bahwa ada kekuatan-kekuatan gelap. Nanti pada saat ia kembali kepada Allah, kekuatan ilahi akan tampil dengan kebesarannya dan saat itu jelas kekuatan-kekuatan gelap tidak lagi menguasai meskipun tetap dapat menyakitkan. Penderitaan ini tidak akan memporakperandakan kumpulan orang-orang yang percaya kepadanya. Malah menguatkan harapan.
Salam hangat,
A. Gianto
Pagi: Hari Kamis Dalam Pekan Suci (U).
Renungan Ekaristi Krisma di Gereja Katedral (P).
Pembaharuan Janji Imam.
Sore/Malam: Kamis Putih (P)
"...jikalau Aku membasuh kakimu, Aku yang adalah Tuhan dan Gurumu, maka kamupun wajib saling membasuh kakimu; sebab Aku telah memberikan suatu teladan kepada kamu, supaya kamu juga berbuat sama seperti yang telah Kuperbuat kepadamu." (Yoh 13:14-15)
Doa Renungan
Allah Bapa kami yang maha pengasih dan maha penyayang, hari ini kami Kauperkenankan untuk merayakan perjamuan-Mu yang mahakudus. Perjamuan cinta kasih ini dianugerahkan Kristus pada malam Ia menyerahkan diri, kepada Gereja-Nya sebagai korban baru sepanjang masa. Hari ini, kami menegaskan komitmen kami, mengikuti jalan salib dan derita-Mu, yang tidak lain jalan kasih-Mu yang menyelamatkan. Semoga dengan ikut ambil bagian dalam perjamuan-Mu, kami Kaumampukan, berani sebagai pelaku kabar gembira dimanapun kami berada. Dengan pengantaraan Yesus Kristus, Putra-Mu, Tuhan kami, yang bersama dengan Dikau, dalam persatuan Roh Kudus, hidup, berkuasa, kini dan sepanjang masa. Amin.
Hari raya terbesar untuk umat Israel dalam Perjanjian Lama, ialah Pesta Paskah. Pada hari itu mereka memperingati pembebasan mereka dari perbudakan di tanah Mesir. Untuk kita pun Paskah adalah hari raya yang terbesar; kita memperingati pembebasan kita dari perbudakan dosa. Puncak perayaan, baik dalam Perjanjian Lama maupun Perjanjian Baru, ialah suatu perjamuan. Untuk itu umat Israel menyembelih, mengurbankan, dan menyantap seekor anak domba. Anak domba itu akan menjadi pralambang Anak domba Allah, Yesus Kristus. Dia memberikan diri disembelih dan dikurbankan. Kita pun menyantap Anak domba Allah itu dalam tanda-tanda pengurbanan-Nya. Tubuh dan Darah-Nya dalam roti dan anggur.
Bacaan Pertama
Pembacaan dari Kitab Keluaran (12:1-8.11-14)
"Aturan perjamuan Paska."
Pada waktu itu berfirmanlah Tuhan kepada Musa dan Harun di tanah Mesir, "Bulan ini akan menjadi permulaan segala bulan bagimu, bulan yang pertama bagimu tiap-tiap tahun. Katakanlah kepada segenap umat Israel, 'Pada tanggal sepuluh bulan ini hendaklah diambil seekor anak domba oleh kamu masing-masing menurut kaum keluarga, seekor domba untuk tiap rumah tangga. Tetapi jika rumah tangga itu terlalu sedikit jumlah anggotanya untuk menghabiskan seekor anak domba, maka hendaklah ia bersama dengan tetangga yang terdekat mengambil seekor menurut jumlah jiwa. Tentang domba itu, kamu harus membuat perkiraan menurut keperluan tiap-tiap orang. Anak domba itu harus jantan, tidak bercacat, dan harus berumur satu tahun. Kamu boleh mengambil domba, boleh juga kambing. Anak domba itu harus kamu kurung sampai tanggal empat belas bulan ini. Lalu seluruh umat Israel yang berkumpul, harus menyembelihnya pada senja hari. Darahnya harus diambil sedikit, dan dioleskan pada kedua tiang pintu dan ambang-atas dari rumah, tempat orang-orang makan anak domba itu. Pada malam itu juga mereka harus memakan dagingnya yang dipanggang; daging panggang itu harus mereka makan dengan roti yang tidak beragi dan sayur pahit. Beginilah kamu harus memakannya: pinggangmu berikat, kaki berkasut, dan dengan tongkat di tanganmu. Hendaknya kamu memakannya dengan cepat-cepat. Itulah Paskah bagi Tuhan. Sebab pada malam ini aku akan menjelajahi negeri Mesir, dan membunuh semua anak sulung, baik anak sulung manusia maupun anak sulung hewan, dan semua dewata Mesir akan Kujatuhi hukuman. Akulah Tuhan. Adapun darah domba itu menjadi tanda bagimu pada rumah-rumah tempat kamu tinggal. Apabila Aku melihat darah itu, maka Aku akan melewati kamu. Jadi tidak akan ada tulah kemusnahan di tengah-tengah kamu, pada saat Aku menghukum negeri Mesir. Hari ini harus menjadi hari peringatan bagimu, dan harus kamu rayakan sebagai hari raya bagi Tuhan turun-menurun.'"
Demikianlah sabda Tuhan
U. Syukur kepada Allah.
Mazmur Tanggapan, do = g, 2/4, 3/4, PS 856
Ref. Inilah Tubuh-Ku yang diserahkan bagimu. Inilah Darah-Ku yang ditumpahkan bagimu. Lakukanlah ini akan peringatan kepada-Ku.
Ayat. (Mzm 116:12-13.15-16bc.17-18; R: lh. 1Kor 10: lh.16)
1. Bagaimana akan kubalas kepada Tuhan segala kebaikan-Nya kepadaku? Aku akan mengangkat piala keselamatan, dan akan menyerukan nama Tuhan.
2. Sungguh berhargalah di mata Tuhan kematian semua orang yang dikasihi-Nya. Ya Tuhan, aku hamba-Mu; aku hamba-Mu, anak dari sahaya-Mu. Engkau telah melepaskan belengguku.
3. Aku akan mempersembahkan kurban syukur kepada-Mu, dan akan menyerukan nama Tuhan. Aku akan membayar nazarku kepada Tuhan di depan seluruh umat-Nya.
Sewaktu-waktu terjadi bahwa kita mengundang orang, atau kita sendiri diundang, untuk merayakan atau memperingati suatu peristiwa penting. Dan biasanya pada kesempatan itu diadakan juga suatu perjamuan. Sambil makan bersama, kita mengalami suatu persekutuan, suatu persaudaraan dengan semua hadirin. Demikian pula Yesus mengadakan suatu perjamuan. Perjamuan itu sebagai awal sengsara-Nya. Sebab pada malam itu juga Yesus akan ditangkap; dan pada hari berikutnya, terjadilah kemenangan kehidupan atas kematian. Para undangan bukan hanya kedua belas murid Yesus itu, melainkan semua orang dari segala zaman diundang untuk ikut dalam perjamuan. Dalam perjamuan itu, Yesus menghidangkan Tubuh dan Darah-Nya sendiri. Perjamuan itu akan berlangsung terus, sampai dunia ini berakhir. Kita akan mendengar Santo Paulus berkata, "Setiap kali kamu makan roti ini dan minum dari cawan ini, kamu mewartakan wafat Tuhan sampai Ia datang."
Bacaan Kedua
Pembacaan dari Surat Pertama Rasul Paulus kepada umat di Korintus (1Kor 11:23-26)
"Setiap kali kamu makan dan minum, kamu mewartakan wafat Tuhan."
Saudara-saudara, apa yang kuteruskan kepadamu ini telah aku terima dari Tuhan, yaitu bahwa Tuhan Yesus, pada malam Ia diserahkan, mengambil roti, dan setelah mengucap syukur atasnya, Ia memecah-mecahkan roti itu seraya berkata, "Inilah Tubuh-Ku, yang diserahkan bagimu; perbuatlah ini untuk mengenangkan Daku!" Demikian juga Ia mengambil cawan, sesudah makan, lalu berkata, "Cawan ini adalah perjanjian baru yang dimeteraikan dalam darah-Ku. Setiap kali kamu meminumnya, perbuatlah ini untuk mengenangkan Daku." Sebab setiap kamu makan roti ini dan minum dari cawan ini, kamu mewartakan wafat Tuhan sampai Ia datang.
Demikianlah sabda Tuhan
U. Syukur kepada Allah.
Bait Pengantar Injil, Mzm 95:8ab, do = bes, 4/4, PS 965
Ref. Terpujilah Kristus Tuhan, Raja mulia dan kekal.
Ayat. (Yoh 13:34)
Aku memberikan perintah baru kepada kamu, yaitu supaya kamu saling mengasihi, sama seperti Aku telah mengasihi kamu.
Yesus tahu bahwa sudah tiba saatnya Ia pergi menghadap Bapa. Dalam perjamuan, dengan suatu lambang Ia mau menjelaskan sekali lagi, bahwa perutusan-Nya membuktikan Ia menaruh kasih sedalam-dalamnya kepada manusia. Ia memberikan pelayanan yang paling hina kepada murid-murid-Nya, yaitu membasuh kaki mereka: lambang pelayanan cinta kasih, yang kemudian Ia tuntut juga supaya kita melakukannya seorang terhadap yang lain.
Bacaan Injil
Inilah Injil Yesus Kristus menurut Yohanes (13:1-15)
"Ia mengasihi mereka sampai saat terakhir."
Sebelum hari raya Paskah mulai, Yesus sudah tahu bahwa saatnya telah tiba untuk beralih dari dunia ini kepada Bapa. Ia senantiasa mengasihi murid-murid-Nya; sekarang pun Ia mengasihi mereka dengan tak ada hingganya. Ketika mereka sedang makan bersama, setan membisikkan dalam hati Yudas Iskariot, anak Simon, rencana untuk mengkhianati Yesus. Yesus tahu bahwa Bapa telah menyerahkan segala sesuatu kepada-Nya, dan bahwa Ia telah datang dari Allah dan akan kembali kepada Allah. Maka Yesus bangun dan menanggalkan jubah-Nya. Ia mengambil sehelai kain lenan dan mengikatkannya pada pinggang-Nya. Kemudian Ia menuang air ke dalam sebuah bejana, dan mulai membasuh kaki murid-murid-Nya, lalu mengeringkannya dengan kain yang terikat pada pinggang-Nya itu. Maka sampailah Ia kepada Simon Petrus. Kata Petrus kepada-Nya, "Tuhan, Engkau hendak membasuh kakiku?" Jawab Yesus kepadanya, "Apa yang Kubuat ini, engkau sekarang belum mengerti, tetapi kelak engkau akan memahaminya." Kata Petrus kepada-Nya, "Selama-lamanya Engkau tidak akan membasuh kakiku!" Jawab Yesus, "Jika Aku tidak membasuh kakimu, engkau tidak akan mendapat bagian bersama Aku." Kata Petrus kepada-Nya, "Tuhan, kalau begitu, jangan hanya kakiku saja, tetapi juga tangan dan kepalaku! Kata Yesus kepada-Nya, "Barang siapa sudah mandi, cukuplah ia membasuh kakinya, karena ia sudah bersih seluruhnya. Kamu pun sudah bersih, hanya tidak semua! Yesus tahu, siapa yang akan menyerahkan Dia; karena itu Ia berkata, "Tidak semua kamu bersih." Sesudah membasuh kaki mereka, Yesus mengenakan lagi pakaian-Nya dan duduk kembali. Lalu Ia berkata kepada mereka, "Mengertikah kamu arti perbuatan-Ku ini? Kamu menyebut Aku Guru dan Tuhan, dan katamu itu tepat, sebab memang Akulah Guru dan Tuhan. Nah, jikalau Aku, Tuhan dan Gurumu, membasuh kakimu, maka kamu pun wajib saling membasuh kaki. Sebab Aku telah memberikan teladan kepadamu, supaya kamu juga buat seperti yang telah Kuperbuat kepadamu."
Demikianlah Injil Tuhan
U. Terpujilah Kristus.
Renungan
Rekan-rekan yang baik!
Hanya dalam Injil Yohanes sajalah didapati kisah pembasuhan kaki para murid (Yoh 13:1-15) yang dibacakan pada Pesta Perjamuan Tuhan pada hari Kamis dalam Pekan Suci. Memang lazim orang membasuh kaki sendiri sebelum masuk ke ruang perjamuan sebagai ungkapan datang dengan bersih. Hanya tamu yang amat dihormati sajalah, misalnya seorang guru atau orang yang dituakan, akan dibasuh kakinya. Bila dilakukan, akan dijalankan sebelum perjamuan mulai. Tetapi dalam Injil Yohanes peran-peran tadi dibalik. Yesus sang guru itu membasuh kaki para muridnya. Lagi pula pembasuhan ini terjadi selama perjamuan sendiri, bukan sebelumnya seperti biasa dilakukan orang. Kiranya memang hendak disampaikan hal yang tidak biasa. Pembasuhan kaki di sini tidak ditampilkan semata-mata sebagai tanda memasuki perjamuan dengan bersih, tetapi untuk menandai hal lain. Apa itu? Baiklah didekati kekhususan Yohanes dalam menyampaikan kejadian-kejadian terakhir dalam hidup Yesus.
KAITAN DENGAN BACAAN PERTAMA Kel 12:1-8; 11-14.
Yohanes menyampaikan kejadian pada hari-hari terakhir Yesus dengan cara yang agak berbeda dengan ketiga Injil lainnya. Dalam Injil Markus, Matius dan Lukas, kedatangan Yesus ke Yerusalem mengawali peristiwa-peristiwa yang mengantar masuk ke dalam penderitaan, kematian serta kebangkitannya nanti, termasuk juga perjamuan Paskah. Yohanes lain. Dalam Injil Yohanes kedatangan Yesus ke Yerusalem dan pembersihan Bait Allah dipisahkan dari peristiwa salib dan kebangkitan. Bagi Yohanes, serangkaian kejadian yang berakhir dengan kebangkitan itu justru berawal pada perjamuan malam terakhir. Berbeda juga dengan ketiga Injil lainnya, perjamuan ini bukan perjamuan Paskah, melainkan perjamuan malam yang diadakannya sebelum Paskah. Bagi Yohanes, Paskah yang sejati terjadi dalam pengorbanan Yesus di salib.
Dengan demikian Injil Yohanes membaca kembali pengorbanan Yesus di salib sebagai perayaan Paskah yang dahulu mulai sebagai ingatan akan saat Tuhan memimpin umat-Nya keluar dari tanah Mesir dengan kuasa besar sebagaimana dibacakan dari Kel 12:1-8; 11-14. Darah domba kurban Paskah yang dahulu dioleskan pada bingkai pintu rumah (Kel 12:8) menandai darah yang terpoles pada kayu salib. Salib menjadi ambang memasuki hidup baru bersama Yang Ilahi. Bingkai pintu yang terpoles darah domba itu juga menjadi tanda bahwa di rumah itu tinggal umat yang akan dipimpin keluar dari tanah Mesir dan penghuninya tidak kena bencana dan hukuman (Kel 12:12-13). Salib yang menandai darah pengorbanan Yesus menjadi tanda bahwa yang berada di balik salib itu ialah orang-orang yang diselamatkan. Namun dalam peristiwa perjamuan yang dikisahkan Yohanes, semua ini baru terjadi nanti pada saat Yesus disalibkan, wafat, dan kurbannya menjadi tanda keselamatan siapa saja yang ada bersamanya. Sekarang, dalam perayaan perjamuan malam sebelum Paskah hendak disampaikan bagaimana semua ini bisa terjadi, bagaimana pengorbanan ini memang menurut kemauan Yang Maha Kuasa dan utusannya, yakni Yesus, kini siap menjalankannya. Pengorbanan ini dijalaninya karena mengasihi "sampai pada kesudahannya" yang diungkapkan Yohanes pada awal perjamuan ini (Yoh 13:1). Marilah kita simak dari dekat peristiwa perjamuan ini
MEMBASUH KAKI PARA MURID
Yohanes juga menekankan, Yesus sadar bahwa dirinya "datang dari Allah dan akan kembali kepada Allah" (ay. 3). Karena itu mereka yang mengenalnya akan mengenali Yang Ilahi dari dekat. Ini semua diajarkan Yesus kepada para murid terdekat pada perjamuan malam terakhir itu dengan membasuh kaki mereka. Dia yang sadar berasal dari Allah dan sedang kembali menuju kepadaNya ingin menunjukkan bahwa orang-orang terdekat itu sedemikian berharga, sedemikian terhormat. Lebih dari itu, ia ingin berbagi "sangkan paran" - dari siapa dan menuju ke siapa - dengan mereka. Inilah yang dimaksud dengan mengasihi sepenuhnya (ay. 1, Yunaninya "eis telos"). Tidak setengah-setengah melainkan hingga tujuan kedatangannya terlaksana, yakni membawa manusia ke dekat Allah, asal terang dan kehidupan.
Petrus terheran-heran dan tak bisa menerima gurunya membasuh kakinya. Yesus mengatakan bahwa kelak ia akan mengerti walaupun kini belum menangkapnya (ay. 6-7). Tetapi Petrus belum puas dan bersikeras menolak dibasuh kakinya oleh gurunya itu. Pada saat inilah Yesus menjelaskan, " Jikalau aku tidak membasuh engkau, engkau tidak mendapat bagian dalam aku." (ay. 8). Dia yang "sangkan paran"-nya ialah Allah sendiri mau berbagi kehidupan dengan para murid. Dan berbagi asal dan tujuan kehidupan inilah jalan keselamatan bagi manusia. Bila asal dan akhir itu Allah sendiri, tentunya yang di maksud ialah Allah sumber terang, sumber kehidupan. Utusannya itu datang ke dunia yang masih berada dalam ancaman kuasa gelap untuk membawa kembali orang-orang yang dekat padanya kembali ke sumber terang, kepada Allah, ke sumber kehidupan sendiri. Itulah "sangkan paran" yang diungkapkan di dalam perjamuan ini.
BERBEKAL TELADAN
Pada kesempatan itu Yesus juga mengatakan bahwa pembasuhan kaki itu disampaikan sebagai teladan bagi para murid, agar mereka berbuat seperti itu satu sama lain (ay. 15). Teladan ini kemudian menjadi bekal kehidupan orang-orang yang percaya bahwa Yesus itu datang dari Allah dan pulang kepada-Nya setelah berhasil memperkenalkan siapa Allah itu sesungguhnya.
Boleh dikatakan saat itulah lahir kumpulan orang yang hidup berbekal sikap Yesus yang menganggap sesama sedemikian berharga sehingga pantas dilayani dan dihormati. Inilah Gereja dalam ujudnya yang paling rohani, paling spiritual. Dalam arti inilah Gereja berbagi "sangkan paran" dengan Yesus sendiri. Hidup mengGereja yang berpusat pada ekaristi baru bisa utuh bila dijalani dengan bekal yang diberikan Yesus tadi. Hanya dengan cara itu Gereja akan tetap memiliki integritas. Memang masih berada di dunia, masih berada dalam kancah pergulatan dengan kekuatan-kekuatan gelap, tetapi arahnya jelas, ke asal dan tujuan tadi: ke Sumber Terang sendiri bersama dengan dia yang diutus oleh-Nya.
Karena itu tak perlu heran bila para murid - dan Gereja - tidak semuanya bersih. Yesus berkata dalam ay. 11 "Tidak semua kamu bersih." Kata-kata itu bukan mencela melainkan mengakui kenyataan bahwa ada kekuatan-kekuatan gelap. Nanti pada saat ia kembali kepada Allah, kekuatan ilahi akan tampil dengan kebesarannya dan saat itu jelas kekuatan-kekuatan gelap tidak lagi menguasai meskipun tetap dapat menyakitkan. Penderitaan ini tidak akan memporakperandakan kumpulan orang-orang yang percaya kepadanya. Malah menguatkan harapan.
Salam hangat,
A. Gianto