Kitab Suci menjadi pewartaan dan penerusan wahyu secara tertulis. Kitab Suci menjadi ungkapan iman umat beriman. Allah yang mewahyukan diri ditanggapi oleh umat beriman di dalam bentuk tulisan. Jadi isi Kitab Suci adalah pergulatan iman umat beriman dalam usaha menanggapi wahyu Allah. Dalam Kitab Suci dapat dilihat Wahyu Allah yang ingin menyelamatkan manusia, yang sudah dimulai sejak Perjanjian Lama dan wahyu Allah itu berpuncak dalam diri Yesus yang tertuang dalam Perjanjian Baru. Dalam Perjanjian Lama diungkapkan pergulatan iman Bangsa Israel sebagai umat pilihan yang menjadi jalan rencana keselamatan Allah. Dalam Perjanjian Baru diungkapkan pergulatan iman Gereja Perdana dalam menanggapi Sang Wahyu itu sendiri, yaitu Yesus Kristus. Bangsa Israel dan Gereja Perdana menjadi saksi akan karya keselamatan Allah. Kesaksian inilah yang diungkapkan dalam Kitab Suci. Oleh karena itu, dapat dikatakan Kitab Suci adalah kitab kesaksian akan kasih Allah yang ingin menyelamatkan umat manusia.
Yang menjadi kekhasan dari Kitab Suci adalah Sabda Allah sendiri. Kitab Suci disebut sebagai Sabda Allah karena ada unsur inspirasi ilahinya. Namun hal ini tidak dapat dipahami sebagai Allah sendiri yang menulis Kitab Suci atau Allah yang mendiktekan kepada penulis. Dengan bantuan Roh Kudus (DV, art. 11), Allah memberikan ilham kepada penulis Kitab Suci, sehingga penulisan Kitab Suci menjadi sungguh-sungguh penulisan Sabda Allah sendiri, bukan pikiran penulis sendiri. Oleh karena itu Kitab Suci juga dijamin kebenarannya, tidak dapat sesat, karena dijamin oleh inspirasi ilahi. Kitab Suci menjadi wahyu Allah yang tertulis, agar ada dasar tertulis yang bisa menjadi dasar dan tiang iman umat beriman. Pengalaman Para Rasul ketika bersama Yesus diabadikan oleh Gereja Perdana dalam Perjanjian Baru sehingga bisa menjadi dasar pula bagi perkembangan Tradisi selanjutnya. Kitab suci merupakan jalan masuk untuk sampai kepada wahyu asali. Kitab Suci menjadi dasar dan sumber bagi perkembangan tradisi.
Yang menjadi kekhasan dari Kitab Suci adalah Sabda Allah sendiri. Kitab Suci disebut sebagai Sabda Allah karena ada unsur inspirasi ilahinya. Namun hal ini tidak dapat dipahami sebagai Allah sendiri yang menulis Kitab Suci atau Allah yang mendiktekan kepada penulis. Dengan bantuan Roh Kudus (DV, art. 11), Allah memberikan ilham kepada penulis Kitab Suci, sehingga penulisan Kitab Suci menjadi sungguh-sungguh penulisan Sabda Allah sendiri, bukan pikiran penulis sendiri. Oleh karena itu Kitab Suci juga dijamin kebenarannya, tidak dapat sesat, karena dijamin oleh inspirasi ilahi. Kitab Suci menjadi wahyu Allah yang tertulis, agar ada dasar tertulis yang bisa menjadi dasar dan tiang iman umat beriman. Pengalaman Para Rasul ketika bersama Yesus diabadikan oleh Gereja Perdana dalam Perjanjian Baru sehingga bisa menjadi dasar pula bagi perkembangan Tradisi selanjutnya. Kitab suci merupakan jalan masuk untuk sampai kepada wahyu asali. Kitab Suci menjadi dasar dan sumber bagi perkembangan tradisi.