Kelima perarakan duka itu: 1) Perarakan Minggu Palma, yaitu perarakan Yesus masuk ke Yerusalem untuk menderita. 2) Perarakan Yesus dari tempat perjamuan malam menuju Taman Zaitun untuk berdoa bersama para rasul. Perarakan ini diungkapkan dengan perarakan Sakramen Mahakudus setelah Misa Kudus pada Kamis Putih ke sebuah tempat khusus, yang menggambarkan Taman Zaitun. Perarakan ini penuh keprihatinan sehingga tidak ada lonceng ataupun musik. 3) Perarakan Pengadilan, yang dimulai dengan ditangkapnya Yesus di Taman Zaitun dan dibawa ke rumah Iman Agung; dari rumah Imam Agung menuju ke rumah Pilatus; dari rumah Pilatus ke tempat Herodes; dan dari rumah Herodes kembali ke rumah Pilatus di mana Yesus akhirnya dijatuhi hukuman mati dengan cara disalibkan. 4) Perarakan Jalan Salib menuju Bukit Golgota tempat Yesus wafat. 5) Perarakan pemakaman, sesudah pukul 15.00 pada hari Jumat, Yesus diturunkan dari salib dan dimakamkan. Kelima perarakan duka ini ini dibacakan atau dinyanyikan dalam Kisah Sengsara Tuhan Yesus Kristus dalam Minggu Palma dan Jumat Agung.
Perarakan duka ini berakhir dengan Perarakan Mulia pada Malam Paskah: Yesus bangkit untuk menjadi Cahaya Dunia yang mengalahkan kegelapan dosa. Perarakan Mulia ini disimbolkan dengan perarakan Lilin Paskah. Lilin Paskah melambangkan tiang api yang memimpin bangsa Israel ketika berjalan di waktu malam di padang gurun setelah keluar dari tanah Mesir. Makna perarakan Lilin Paskah dalam upacara cahaya adalah kita pun hendaknya mengikuti Kristus (Lilin Paskah) yang telah bangkit.
Seluruh perarakan dalam Minggu Suci disebut perarakan iman karena merupakan ungkapan perjalanan iman kita. Iman kita perlu ditempa dengan berbagai macam kesulitan dan penderitaan sehingga semakin hari semakin kuat. Kita yang bertahan dalam iman sampai kesudahannya akan mencapai kemuliaan Paskah, yaitu kemuliaan kekal. Tuhan memberkati.
(Rm Felix Supranto, SS.CC www.reginacaeli.org).