SURAT GEMBALA USKUP KEUSKUPAN AGUNG JAKARTA
TENTANG
ARAH DASAR PASTORAL KEUSKUPAN AGUNG JAKARTA
TAHUN 2011 - 2015
TENTANG
ARAH DASAR PASTORAL KEUSKUPAN AGUNG JAKARTA
TAHUN 2011 - 2015
Para Ibu/Bapak, Suster/Bruder/Imam, kaum muda, remaja dan anak-anak yang terkasih dalam Kristus,
1. Pertama-tama saya ingin mengucapkan SELAMAT HARI RAYA PASKAH 2011. Semoga sebagaimana dulu Kristus yang bangkit menyampaikan damai sejahtera kepada para murid, sekarang Kristus yang sama juga menganugerahkan damai dan sejahtera kepada keluarga-keluarga dan komunitas kita.
2. Paskah tahun ini bermakna khusus bagi Gereja Katolik di Indonesia, karena bertepatan dengan ulang tahun kelima puluh berdirinya Hirarki Gereja Katolik di Indonesia. Hirarki Gereja Katolik di Indonesia didirikan antara lain karena Gereja Katolik di Indonesia dinilai memiliki kemampuan berkembang menjadi Gereja pribumi dengan tetap berpegang teguh pada hakekat Gereja yang universal. Gereja Katolik di Indonesia juga dinilai sudah memiliki kemampuan untuk berkembang menjadi Gereja dewasa yang bertanggungjawab penuh dalam pengembangan diri sebagai Gereja Kristus yang sejati. Selain itu Gereja Katolik di Indonesia juga dinilai sudah memiliki kemampuan berkembang menjadi Gereja yang merupakan bagian tak terpisahkan dari masyarakat dan bangsa Indonesia yang plural, sedemikian sehingga Gereja Katolik sebagai kesatuan maupun setiap anggotanya sungguh-sungguh seratus prosen Katolik dan seratus prosen Indonesia. Kepercayaan ini tentu merupakan tantangan yang harus ditanggapi juga oleh Keuskupan Agung Jakarta.
3. Paskah tahun ini juga bermakna khusus bagi Keuskupan Agung Jakarta karena dipilih sebagai saat kita menegaskan Arah Dasar Pastoral Keuskupan kita. Pilihan ini bermakna simbolis: Paskah adalah saat kebangkitan. Semoga Arah Dasar Pastoral yang akan menjadi pedoman bagi kita semua untuk meneruskan peziarahan, panggilan dan perutusan Keuskupan kita yang sudah berlangsung lebih dari dua ratus tahun, mendorong berbagai macam bentuk kebangkitan, pembaharuan hidup dan berbagai prakarsa kreatif bagi Keuskupan, Paroki, Lembaga Hidup Bhakti dan Lembaga-lembaga pelayanan lain di Keuskupan Agung Jakarta ini. Semoga dengan demikian kehadiran, pelayanan dan perutusan Gereja menjadi semakin signifikan bagi umatnya sendiri dan semakin relevan bagi masyarakat.
4. Perjalanan sejarah Keuskupan Agung Jakarta sudah berlangsung lebih dari dua ratus tahun. Selama kurun waktu itu Gereja selalu berusaha untuk hadir dan menjalankan perutusannya di tengah-tengah masyarakat dan bangsa. Agar kehadiran dan perutusannya berdaya makna – artinya signifikan bagi umat sendiri dan relevan bagi masyarakat – setiap kali Keuskupan Agung Jakarta mesti menegaskan kembali jatidiri dan perutusannya. Penegasan inilah yang antara lain dilakukan ketika Keuskupan Agung Jakarta mengadakan sinode. Dalam Sinode Pertama (1989-1990), Gereja KAJ ingin membangun kehidupan bersama di tengah masyarakat yang mandiri, misioner, berdaya pikat dan berdaya tahan. Selanjutnya dalam Sinode Kedua (2000), Gereja KAJ ingin memberdayakan komunitas basis yang semakin beriman kepada Tuhan Yesus Kristus dan semakin berbakti kepada masyarakat dan bangsa Indonesia dengan memberdayakan komunitas basis dan membangun persaudaraan sejati di tengah masyarakat. Penegasan-penegasan bersama seperti itu selalu dilakukan dalam berbagai macam rapat, pertemuan baik pada tingkat Keuskupan maupun pada tingkat Paroki, bahkan stasi dan lingkungan. Dalam penegasan bersama yang kita percaya dituntun oleh Roh Kudus itulah, kehendak Tuhan bisa kita temukan, kita yakini dan kita rencanakan untuk kita jalankan.
5. Setelah mencermati dinamika hidup umat Katolik di tengah masyarakat di sekitarnya dewasa ini, Gereja KAJ kembali membarui dan menegaskan Arah Dasar Pastoralnya yang baru, sebagai panduan hidup bersama sebagai sesama umat beriman kepada Yesus Kristus dalam lima tahun ke depan. Rumusan Arah Dasar Pastoral yang diberlakukan mulai Hari Raya Paskah 2011 bukanlah rumusan yang samasekali baru, melainkan merupakan perumusan kembali dalam bentuk yang lebih sederhana dari Arah Dasar Pastoral yang dirumuskan pada tahun 2008. Cita-cita Keuskupan Agung Jakarta – artinya kita semua – dirumuskan dalam alinea pertama Arah Dasar Pastoral ini: memperdalam inam akan Yesus Kristus, membangun persaudaraan sejati dan terlibat dalam pelayanan kasih di tengah masyarakat. Ketiganya bukanlah cita-cita yang terpisah-pisah, melainkan cermin dari dinamika hidup Kristiani: beriman berarti mengikuti Yesus Kristus, menjadi semakin serupa dengan Dia yang ketika “saat-Nya sudah tiba … sama seperti Ia senantiasa mengasihi murid-murid-Nya demikianlah sekarang Ia mengasihi mereka sampai kepada kesudahannya” (Yoh 13:1). Dengan demikian beriman berarti mengasihi seperti Yesus mengasihi. Buah kasih yang utama adalah persaudaraan sejati di antara semua orang yang mengalami kasih Allah, karena Allah mengasihi semua orang tanpa syarat. Dinamika hidup Kristiani tidak mungkin berhenti pada persaudaraan sejati. Persaudaraan yang sejati dengan sendirinya akan mengeluarkan buah-buah pelayanan yang semakin kreatif dan bermutu.
6. Agar cita-cita ini pelan-pelan dan tahap demi tahap dapat menjadi kenyataan, diharapkan agar seluruh umat Katolik Keuskupan Agung Jakarta – komunitas, keluarga, lingkungan, lembaga-lembaga Katolik, komisi-komisi, Dewan Paroki – mempelajari Arah Dasar Pastoral ini baik sendiri-sendiri maupun bersama-sama. Semoga dengan demikian kita bersama-sama, dengan peran yang berbeda-beda dapat membangun jatidiri Gereja Keuskupan Agung Jakarta, merancang berbagai macam pelayanan yang diharapkan menjadi berkat bagi umat dan masyarakat serta pujian kemuliaan bagi Tuhan. Untuk itu ditawarkan berbagai gagasan pendukung yang dapat memperkaya dan memperdalam pemahaman kita. Sejalan dengan itu kita yakin, bahwa yang mengarahkan dan menuntun hidup Gereja dan yang memprakarsai berbagai pelayanan bukanlah kita sendiri. Pemazmur berkata, “Jikalau bukan Tuhan yang membangun rumah, sia-sialah usaha orang yang membangunnya ….” (Mzm 127: 1 dst.). Semua adalah karya Allah yang telah memulai karya yang baik dan akan menyelesaikannya juga (Flp 1:6). Oleh karena itu seluruh umat juga diajak untuk setiap kali mendoakan Doa Arah Dasar Pastoral agar cita-cita kita bersama dapat menjadi kenyataan.
7. Cita-cita kita mulia dan luhur. Namun seringkali kenyataan hidup jauh dari cita-cita itu. Hambatan dan tantangan pasti akan ada. Namun kita percaya, bahwa yang kita kerjakan bukanlah rencana kita sendiri. Kita ikut serta terlibat dalam karya penyelamatan Allah dan kita percaya bahwa Ia yang telah memulai karya yang baik, akan menyelesaikannya pada waktunya (bdk. Flp 1:6). Keyakinan iman seperti ini akan menjauhkan kita dari perasaan gagal atau putus asa. Kalaupun kita belum atau tidak berhasil, Allah tidak akan gagal. Kita juga dijauhkan dari sikap sombong, karena kalau usaha dan rencana kita berhasil, bukan kita yang berhasil, melainkan Allah yang sedang menyelesaikan karya-Nya. Saya akhiri surat ini dengan mengutip nasehat Rasul Paulus: ”Karena itu, saudara-saudaraku yang kekasih, berdirilah teguh, jangan goyah, dan giatlah selalu dalam pekerjaan Tuhan! Sebab kamu tahu, bahwa dalam persekutuan dengan Tuhan jerih payahmu tidak sia-sia” (1 Kor 15:58). Semoga Tuhan melimpahkan berkat, perlindungan dan damai sejahtera kepada kita, keluarga-keluarga dan komunitas kita. Dan semoga Ia meneguhkan persaudaraan kita, pekerjaan kita sehari-hari dan pelayanan kita.
Jakarta, Hari Raya Paskah 24 April 2011
+ I. Suharyo
Uskup Keuskupan Agung Jakarta