Kamis, 23 Juni 2011
Hari Biasa Pekan XII
Setiap orang yang mendengar perkaaan-Ku ini dan melakukannya, ia sama dengan orang yang bijaksana, yang mendirikan rumahnya di atas batu. --- Mat 7:24
Doa Renungan Pagi
Allah Bapa di surga, kami mengucap syukur atas perlindungan-Mu sepanjang malam yang lalu. Terimakasih pula atas anugerah kehidupan yang Kauberikan padaku hari ini. Ya Bapa, Engkau mengajarkan kami untuk setia melaksanakan kehendak-Mu agar kami kelak boleh turut serta masuk dalam rumah-Mu. Buatlah iman kami kokoh seperti wadas agar tidak mudah digerus oleh rayuan-rayuan duniawi. Ya Bapa, berkatilah karya dan usaha kami hari ini. Dengan pengantaraan Kristus Tuhan kami. Amin.
Sara yang belum beranak berusaha mencari jalan dengan memberikan Hagar hambanya kepada Abram. Ketika Hagar mengandung, ternyata muncul persoalan baru. Hagar memandang rendah Sara. Masalahnya bertambah, sewaktu Sara berusaha menindas Hagar. Ketika Hagar melarikan diri ke padang gurun, Tuhan menolongnya. Tuhan senantiasa mengusahakan jalan terbaik untuk membimbing kelemahan-kelemahan manusia.
Pembacaan dari Kitab Kejadian (16:1-12.15-16)
Sarai, istri Abram, tidak beranak. Ia mempunyai seorang hamba perempuan, orang Mesir, Hagar namanya. Berkatalah Sarai kepada Abram, “Engkau tahu, Tuhan tidak memberi aku melahirkan anak. Karena itu hampirilah hambaku itu; mungkin dari dialah aku dapat memperoleh seorang anak.” Dan Abram mendengarkan perkataan Sarai. Jadi Sarai, istri Abram, mengambil Hagar, hambanya, orang Mesir itu, lalu memberikannya kepada Abram, suaminya, untuk menjadi istrinya. Ketika itu Abram telah sepuluh tahun tinggal di Kanaan. Abram menghampiri Hagar, lalu mengandunglah perempuan itu. Ketika Hagar tahu, bahwa ia mengandung, maka ia memandang rendah akan nyonyanya. Maka berkatalah Sarai kepada abram, “Penghinaan yang kuderita ini adalah tanggungjawabmu. Akulah yang memberikan hambaku ke pangkuanmu; tetapi baru saja ia tahu, bahwa ia mengandung, ia memandang rendah aku; Tuhan kiranya menjadi hakim antara aku dan engkau.” Kata Abram kepada Sarai, “Hambamu itu di bawah kekuasaanmu; perbuatlah kepadanya sesuka hatimu.” Lalu Sarai istri Abram menindas Hagar, sehingga ia lari meninggalkannya. Lalu malaikat Tuhan menjumpai Hagar di dekat suatu mata air di padang gurun, yakni dekat mata air di jalan ke Syur. Kata malaikat itu, “Hagar, hamba Sarai, engkau datang dari mana dan mau pergi ke mana?” Jawab Hagar, “Aku lari meninggalkan Sarai, nyonyaku.” Maka malaikat Tuhan itu berkata kepadanya, “Kembalilah kepada nyonyamu, biarkanlah dirimu ditindas di bawah kekuasaannya.” Lagi kata malaikat Tuhan itu, “Aku akan menjadikan keturunanmu sangat banyak, sehingga tidak dapat dihitung karena banyaknya.” Kemudian malaikat Tuhan itu berkata lagi, “Engkau mengandung dan akan melahirkan seorang anak laki-laki dan engkau akan menamainya Ismael, sebab Tuhan telah mendengar penindasan yang kaualami. Anakmu itu akan menjadi seorang laki-laki yang lakunya seperti keledai liar. Ia akan melawan tiap-tiap orang, dan tiap-tiap orang akan melawan dia; Di tempat kediamannya ia kan menentang semua saudaranya.” Lalu Hagar melahirkan seorang anak laki-laki bagi Abram, dan Abram menamainya Ismael. Abram berumur delapan puluh enam tahun, ketika Hagar melahirkan Ismael baginya.
Demikianlah sabda Tuhan
U. Syukur kepada Allah.
Mazmur Tanggapan, do = bes, 2/4, PS 831
Ref. Bersyukurlah kepada Tuhan, karna baiklah Dia!
Ayat. (Mzm 106:1-2.3-4a.4b-5)
1. Bersyukurlah kepada Tuhan, sebab Ia baik! Kekal abadi kasih setia-Nya. Siapakah yang dapat memberitahukan keperkasaan Tuhan, dan memperdengarkan segala pujian kepada-Nya?
2. Berbahagialah orang yang berpegang pada hukum, yang melakukan keadilan di setiap saat! Ingatlah akan daku, ya Tuhan, demi kemurahan-Mu terhadap umat.
3. Perhatikanlah aku, demi keselamatan yang datang daripada-Mu, supaya aku melihat kebahagiaan orang-orang pilihan-Mu, supaya aku bersukacita dalam sukacita umat-Mu, dan supaya aku bermegah bersama milik pusaka-Mu.
Bait Pengantar Injil
Ref. Alleluya
Ayat. Barangsiapa mengasihi Aku, akan mentaati sabda-Ku. Bapa-Ku akan mengasihi dia, dan Kami akan datang kepadanya.
Bukti iman bukanlah banyaknya menyebut nama Yesus, mengusir setan, atau mengadakan mukjizat demi nama-Nya. Iman yang sejati pertama-tama menggerakkan orang untuk makin mau mendengarkan Yesus dan melakukan seperti yang dikatakan-Nya. Bagi kita, Bunda Maria adalah teladan murid Yesus yang sejati itu.
Inilah Injil Yesus Kristus menurut Matius (7:21-29)
"Rumah yang didirikan di atas wadas dan rumah yang didirikan di atas pasir."
Dalam khotbah di bukit Yesus berkata, "Bukan setiap orang yang berseru kepada-Ku, 'Tuhan, Tuhan!' akan masuk ke dalam Kerajaan Surga, melainkan dia yang melakukan kehendak Bapa-Ku di surga. Pada hari terakhir banyak orang akan berseru kepada-Ku, 'Tuhan, Tuhan, bukankah kami bernubuat demi nama-Mu, dan mengusir setan demi nama-Mu, dan mengadakan banyak mukjizat demi nama-Mu juga?' Pada waktu itu Aku akan berterus terang kepada mereka dan berkata, 'Aku tidak pernah mengenal kalian! Enyahlah daripada-Ku, kalian semua pembuat kejahatan!" 'Setiap orang yang mendengar perkataan-Ku ini dan melakukannya, ia sama dengan orang bijaksana, yang mendirikan rumahnya di atas wadas. Kemudian turunlah hujan dan datanglah banjir, lalu angin melanda rumah itu, tetapi rumah itu tidak roboh sebab didirikan di atas wadas. Tetapi setiap orang yang mendengarkan perkataan-Ku ini dan tidak melakukannya, ia sama dengan orang bodoh, yang mendirikan rumahnya di atas pasir. Kemudian turunlah hujan dan datanglah banjir, lalu angin melanda rumah itu, sehingga robohlah rumah itu, dan hebatlah kerusakannya." Setelah Yesus mengakhiri perkataan-Nya ini, takjublah orang banyak itu mendengar pengajaran-Nya, sebab Ia mengajar mereka sebagai orang yang berkuasa, bukan seperti ahli-ahli Taurat mereka.
Demikianlah Injil Tuhan
U. Terpujilah Kristus
Renungan
Tahu bahayanya orang yang selalu berdoa hanya dengan berseru-seru "Tuhan, Tuhan!" saja? Orang bisa jadi menyebut dan memanggil: TUHAN ... TUHAN ... TUHAN ... TU ... (lihat ia berakhir dengan memanggil bukan TUHAN, tetapi HANTU).
Yesus berkata, "Bukan setiap orang yang berseru kepada-Ku: Tuhan, Tuhan! akan masuk ke dalam Kerajaan Surga, melainkan dia yang melakukan kehendak Bapa-Ku yang di surga." Pengakuan dan seruan "Tuhan, Tuhan!" biasanya ada dalam kerangka liturgi dan doa. Artinya, kata-kata Yesus itu berkenaan dengan doa. Doa tidak cukup hanya berseru kepada-Nya "Tuhan, Tuhan!", tetapi harus didukung dengan perbuatan yang sesuai kehendak Bapa di surga. Kehendak Bapa yang dimaksud bukan kehendak yang dilaksanakan-Nya sendiri dalam rencana penyelamatan, tetapi kehendak-Nya yang harus dilaksanakan manusia dalam hidupnya, yaitu menunjukkan kasih kepada-Nya. Dengan demikian, doa sendiri tidak akan menyelamatkan manusia kalau tidak dibarengi dengan pelaksanaan konkret kehendak Bapa. Orang yang berdoa dan melakukan kehendak Bapa itulah orang beriman yang benar, yang sama dengan orang bijaksana yang mendirikan rumahnya di atas batu. Sedangkan setiap orang yang hanya mendengarkan perkataan Yesus dan tidak melakukannya, sama dengan orang bodoh yang mendirikan rumahnya di atas pasir. Rumah di daerah Palestina memang tidak memiliki pondasi sehingga kokoh tidaknya rumah itu tergantung pada tanah tempat berdirinya. Oleh karena itu, perumpamaan ini mau berbicara tentang siapa yang akan bertahan lama pada ujian akhir. Sebab hujan, banjir, dan angin bertiup kencang, seturut Perjanjian Lama adalah gambaran campur tangan Allah yang menguji ketangguhan hidup manusia.
Nabi Yehezkiel memberitakan datangnya hujan lebat dan angin taufan yang akan meruntuhkan tembok perlindungan nabi-nabi palsu (Yeh 13:11-15). Nabi Yesaya mengatakan bahwa hanya kota yang dibangun di atas batu di Sion akan luput dari kemusnahan (Yes 28:15-16). Oleh karena itu, sebagai pengikut Kristus kita jangan lekas puas dengan tekun mendengarkan Sabda Allah saja, tetapi harus terus-menerus berjuang untuk melakukan perintah-perintah-Nya.
Tuhan, bimbinglah aku untuk setia mendengarkan dan merenungkan Sabda-Mu, tetapi terlebih untuk melaksanakannya dalam keseharian hidupku. Amin.
Hari Biasa Pekan XII
Setiap orang yang mendengar perkaaan-Ku ini dan melakukannya, ia sama dengan orang yang bijaksana, yang mendirikan rumahnya di atas batu. --- Mat 7:24
Doa Renungan Pagi
Allah Bapa di surga, kami mengucap syukur atas perlindungan-Mu sepanjang malam yang lalu. Terimakasih pula atas anugerah kehidupan yang Kauberikan padaku hari ini. Ya Bapa, Engkau mengajarkan kami untuk setia melaksanakan kehendak-Mu agar kami kelak boleh turut serta masuk dalam rumah-Mu. Buatlah iman kami kokoh seperti wadas agar tidak mudah digerus oleh rayuan-rayuan duniawi. Ya Bapa, berkatilah karya dan usaha kami hari ini. Dengan pengantaraan Kristus Tuhan kami. Amin.
Sara yang belum beranak berusaha mencari jalan dengan memberikan Hagar hambanya kepada Abram. Ketika Hagar mengandung, ternyata muncul persoalan baru. Hagar memandang rendah Sara. Masalahnya bertambah, sewaktu Sara berusaha menindas Hagar. Ketika Hagar melarikan diri ke padang gurun, Tuhan menolongnya. Tuhan senantiasa mengusahakan jalan terbaik untuk membimbing kelemahan-kelemahan manusia.
Pembacaan dari Kitab Kejadian (16:1-12.15-16)
"Hagar melahirkan seorang anak laki-laki bagi Abram dan Abram menamainya Ismael."
Sarai, istri Abram, tidak beranak. Ia mempunyai seorang hamba perempuan, orang Mesir, Hagar namanya. Berkatalah Sarai kepada Abram, “Engkau tahu, Tuhan tidak memberi aku melahirkan anak. Karena itu hampirilah hambaku itu; mungkin dari dialah aku dapat memperoleh seorang anak.” Dan Abram mendengarkan perkataan Sarai. Jadi Sarai, istri Abram, mengambil Hagar, hambanya, orang Mesir itu, lalu memberikannya kepada Abram, suaminya, untuk menjadi istrinya. Ketika itu Abram telah sepuluh tahun tinggal di Kanaan. Abram menghampiri Hagar, lalu mengandunglah perempuan itu. Ketika Hagar tahu, bahwa ia mengandung, maka ia memandang rendah akan nyonyanya. Maka berkatalah Sarai kepada abram, “Penghinaan yang kuderita ini adalah tanggungjawabmu. Akulah yang memberikan hambaku ke pangkuanmu; tetapi baru saja ia tahu, bahwa ia mengandung, ia memandang rendah aku; Tuhan kiranya menjadi hakim antara aku dan engkau.” Kata Abram kepada Sarai, “Hambamu itu di bawah kekuasaanmu; perbuatlah kepadanya sesuka hatimu.” Lalu Sarai istri Abram menindas Hagar, sehingga ia lari meninggalkannya. Lalu malaikat Tuhan menjumpai Hagar di dekat suatu mata air di padang gurun, yakni dekat mata air di jalan ke Syur. Kata malaikat itu, “Hagar, hamba Sarai, engkau datang dari mana dan mau pergi ke mana?” Jawab Hagar, “Aku lari meninggalkan Sarai, nyonyaku.” Maka malaikat Tuhan itu berkata kepadanya, “Kembalilah kepada nyonyamu, biarkanlah dirimu ditindas di bawah kekuasaannya.” Lagi kata malaikat Tuhan itu, “Aku akan menjadikan keturunanmu sangat banyak, sehingga tidak dapat dihitung karena banyaknya.” Kemudian malaikat Tuhan itu berkata lagi, “Engkau mengandung dan akan melahirkan seorang anak laki-laki dan engkau akan menamainya Ismael, sebab Tuhan telah mendengar penindasan yang kaualami. Anakmu itu akan menjadi seorang laki-laki yang lakunya seperti keledai liar. Ia akan melawan tiap-tiap orang, dan tiap-tiap orang akan melawan dia; Di tempat kediamannya ia kan menentang semua saudaranya.” Lalu Hagar melahirkan seorang anak laki-laki bagi Abram, dan Abram menamainya Ismael. Abram berumur delapan puluh enam tahun, ketika Hagar melahirkan Ismael baginya.
Demikianlah sabda Tuhan
U. Syukur kepada Allah.
Mazmur Tanggapan, do = bes, 2/4, PS 831
Ref. Bersyukurlah kepada Tuhan, karna baiklah Dia!
Ayat. (Mzm 106:1-2.3-4a.4b-5)
1. Bersyukurlah kepada Tuhan, sebab Ia baik! Kekal abadi kasih setia-Nya. Siapakah yang dapat memberitahukan keperkasaan Tuhan, dan memperdengarkan segala pujian kepada-Nya?
2. Berbahagialah orang yang berpegang pada hukum, yang melakukan keadilan di setiap saat! Ingatlah akan daku, ya Tuhan, demi kemurahan-Mu terhadap umat.
3. Perhatikanlah aku, demi keselamatan yang datang daripada-Mu, supaya aku melihat kebahagiaan orang-orang pilihan-Mu, supaya aku bersukacita dalam sukacita umat-Mu, dan supaya aku bermegah bersama milik pusaka-Mu.
Bait Pengantar Injil
Ref. Alleluya
Ayat. Barangsiapa mengasihi Aku, akan mentaati sabda-Ku. Bapa-Ku akan mengasihi dia, dan Kami akan datang kepadanya.
Bukti iman bukanlah banyaknya menyebut nama Yesus, mengusir setan, atau mengadakan mukjizat demi nama-Nya. Iman yang sejati pertama-tama menggerakkan orang untuk makin mau mendengarkan Yesus dan melakukan seperti yang dikatakan-Nya. Bagi kita, Bunda Maria adalah teladan murid Yesus yang sejati itu.
Inilah Injil Yesus Kristus menurut Matius (7:21-29)
"Rumah yang didirikan di atas wadas dan rumah yang didirikan di atas pasir."
Dalam khotbah di bukit Yesus berkata, "Bukan setiap orang yang berseru kepada-Ku, 'Tuhan, Tuhan!' akan masuk ke dalam Kerajaan Surga, melainkan dia yang melakukan kehendak Bapa-Ku di surga. Pada hari terakhir banyak orang akan berseru kepada-Ku, 'Tuhan, Tuhan, bukankah kami bernubuat demi nama-Mu, dan mengusir setan demi nama-Mu, dan mengadakan banyak mukjizat demi nama-Mu juga?' Pada waktu itu Aku akan berterus terang kepada mereka dan berkata, 'Aku tidak pernah mengenal kalian! Enyahlah daripada-Ku, kalian semua pembuat kejahatan!" 'Setiap orang yang mendengar perkataan-Ku ini dan melakukannya, ia sama dengan orang bijaksana, yang mendirikan rumahnya di atas wadas. Kemudian turunlah hujan dan datanglah banjir, lalu angin melanda rumah itu, tetapi rumah itu tidak roboh sebab didirikan di atas wadas. Tetapi setiap orang yang mendengarkan perkataan-Ku ini dan tidak melakukannya, ia sama dengan orang bodoh, yang mendirikan rumahnya di atas pasir. Kemudian turunlah hujan dan datanglah banjir, lalu angin melanda rumah itu, sehingga robohlah rumah itu, dan hebatlah kerusakannya." Setelah Yesus mengakhiri perkataan-Nya ini, takjublah orang banyak itu mendengar pengajaran-Nya, sebab Ia mengajar mereka sebagai orang yang berkuasa, bukan seperti ahli-ahli Taurat mereka.
Demikianlah Injil Tuhan
U. Terpujilah Kristus
Renungan
Tahu bahayanya orang yang selalu berdoa hanya dengan berseru-seru "Tuhan, Tuhan!" saja? Orang bisa jadi menyebut dan memanggil: TUHAN ... TUHAN ... TUHAN ... TU ... (lihat ia berakhir dengan memanggil bukan TUHAN, tetapi HANTU).
Yesus berkata, "Bukan setiap orang yang berseru kepada-Ku: Tuhan, Tuhan! akan masuk ke dalam Kerajaan Surga, melainkan dia yang melakukan kehendak Bapa-Ku yang di surga." Pengakuan dan seruan "Tuhan, Tuhan!" biasanya ada dalam kerangka liturgi dan doa. Artinya, kata-kata Yesus itu berkenaan dengan doa. Doa tidak cukup hanya berseru kepada-Nya "Tuhan, Tuhan!", tetapi harus didukung dengan perbuatan yang sesuai kehendak Bapa di surga. Kehendak Bapa yang dimaksud bukan kehendak yang dilaksanakan-Nya sendiri dalam rencana penyelamatan, tetapi kehendak-Nya yang harus dilaksanakan manusia dalam hidupnya, yaitu menunjukkan kasih kepada-Nya. Dengan demikian, doa sendiri tidak akan menyelamatkan manusia kalau tidak dibarengi dengan pelaksanaan konkret kehendak Bapa. Orang yang berdoa dan melakukan kehendak Bapa itulah orang beriman yang benar, yang sama dengan orang bijaksana yang mendirikan rumahnya di atas batu. Sedangkan setiap orang yang hanya mendengarkan perkataan Yesus dan tidak melakukannya, sama dengan orang bodoh yang mendirikan rumahnya di atas pasir. Rumah di daerah Palestina memang tidak memiliki pondasi sehingga kokoh tidaknya rumah itu tergantung pada tanah tempat berdirinya. Oleh karena itu, perumpamaan ini mau berbicara tentang siapa yang akan bertahan lama pada ujian akhir. Sebab hujan, banjir, dan angin bertiup kencang, seturut Perjanjian Lama adalah gambaran campur tangan Allah yang menguji ketangguhan hidup manusia.
Nabi Yehezkiel memberitakan datangnya hujan lebat dan angin taufan yang akan meruntuhkan tembok perlindungan nabi-nabi palsu (Yeh 13:11-15). Nabi Yesaya mengatakan bahwa hanya kota yang dibangun di atas batu di Sion akan luput dari kemusnahan (Yes 28:15-16). Oleh karena itu, sebagai pengikut Kristus kita jangan lekas puas dengan tekun mendengarkan Sabda Allah saja, tetapi harus terus-menerus berjuang untuk melakukan perintah-perintah-Nya.
Tuhan, bimbinglah aku untuk setia mendengarkan dan merenungkan Sabda-Mu, tetapi terlebih untuk melaksanakannya dalam keseharian hidupku. Amin.
Surip Stanislaus, OFM Cap - Inspirasi Batin 2011