Saudara-saudari seperjalanan iman,
Permenungan kita dalam Minggu Biasa XVIII adalah Injil Matius 14:13-21. Tuhan Yesus memberi makan lima ribu orang. Kita, para murid-Nya, diundang untuk menjadi partner. Menjadi sahabat, pribadi yang turut ambil bagian dalam perutusan-Nya. Menjadi pribadi yang bisa merasakan apa yang Ia rasakan, menjadi pribadi yang melakukan apa yang Ia lakukan. Hidup Tuhan Yesus adalah hidup kita. Menjadi partner Tuhan Yesus berarti menjalin komunikasi, percakapan dengan Dia setiap saat. Ambil bagian dalam membagi roti.
Tuhan Yesus menegaskan perutusan-Nya dengan mencari tempat yang sunyi. ”Setelah Yesus mendengar berita itu menyingkirlah Ia dari situ, dan hendak mengasingkan diri dengan perahu ke tempat yang sunyi” (ayat 13a). Konteks dari ayat ini adalah Herodes yang memenggal kepala Yohanes Pembaptis. Dalam kesunyian, Tuhan Yesus menghadapi diri sendiri yang sesungguhnya. Diri yang datang untuk melayani orang banyak yang menaruh kepercayaan kepada-Nya. Diri yang menjadi manna bagi banyak orang. Proses menjadi partner Tuhan Yesus adalah proses kesunyian. Proses dimana kita menegaskan bahwa kita akan mengikuti Dia kemana Ia pergi. Dia akan mengantarkan kita untuk mencapai tujuan hidup.
”Yesus menengadah ke langit dan mengucap berkat, lalu memecah-mecahkan roti itu dan memberikannya kepada murid-murid-Nya, lalu murid-murid-Nya memberikannya pula kepada orang banyak” (ayat 19). Ambil bagian dalam perutusan Tuhan Yesus berarti memaknai hidup sebagai peristiwa syukur. Menemukan kekuatan hidup dalam Dia, saat mengalami letih-lesu mendapatkan penyegaran dari-Nya. Menjadi partner berarti ikut membagi ”makanan”. Ikut bertanggungjawab untuk situasi umat saat ini, menjadi pribadi yang kreatif. Tidak menyerah pada keadaan. Menyertai Tuhan Yesus dalam menjalankan pelayanan serta memungkinkan pelayanan itu terlaksana. Tuhan Yesus adalah tumpuan hidup. Tuhan Yesus adalah penopang hidup.
Pastor L. Setyo Antoro, SCJ