Hari Minggu Biasa XXIII
"Aku berkata kepadamu: Jika dua orang dari padamu di dunia ini sepakat meminta apapun juga, permintaan mereka itu akan dikabulkan oleh Bapa-Ku yang di surga. Sebab di mana dua atau tiga orang berkumpul dalam nama-Ku, di situ Aku ada di tengah-tengah mereka." (Matius 18:19-20)
Antifon Pembuka (Mzm 118:137)
Betapa adillah, ya Tuhan, betapa benar keputusan-Mu.
Doa Renungan
Allah Bapa mahapengasih dan penyayang, kami bersyukur karena telah Kauselamatkan serta Kauangkat menjadi putera dan puteri-Mu. Anugerahilah para pilihan-Mu yang mengimani Kristus, perhatian penuh cinta kasih, agar dapat memperoleh kebebasan sejati dan hidup yang kekal. Dengan pengantaraan Yesus Kristus, Putra-Mu, Tuhan kami, yang bersama Dikau, dalam persatuan Roh Kudus, hidup dan berkuasa kini dan sepanjang masa. Amin.
Pembacaan dari Nubuat Yehezkiel (33:7-9)
Beginilah firman Tuhan, "Wahai engkau anak manusia, Aku menetapkan engkau menjadi penjaga bagi kaum Israel. Bilamana engkau mendengar suatu firman dari-Ku, peringatkanlah mereka demi nama-Ku. Kalau aku berfirman kepada orang jahat: Hai orang jahat, engkau pasti mati! Dan engkau tidak berkata apa-apa untuk memperingatkan orang jahat itu supaya bertobat dari hidupnya, maka orang jahat itu akan mati dalam kesalahannya, tetapi darimu Aku akan menuntut pertanggungjawaban atas nyawanya. Sebaliknya, jikalau engkau memperingatkan orang jahat itu supaya ia bertobat dari hidupnya, tetapi ia tidak mau bertobat, ia akan mati dalam kesalahannya, tetapi engkau telah menyelamatkan nyawamu."
Demikianlah sabda Tuhan
U. Syukur kepada Allah.
Mazmur Tanggapan do = d, 4/4, PS 854
Ref. Singkirkanlah penghalang Sabda-Mu, cairkanlah hatiku yang beku, dan bimbinglah kami di jalan-Mu.
Ayat. (Mzm 95:1-2.6-7.8-9; Ul: 8)
1. Marilah kita bernyanyi-nyanyi bagi Tuhan bersorak-sorai bagi gunung batu keselamatan kita. Biarlah kita memandang nama-Nya dengan lagu syukur, bersorak-sorai bagi-Nya dengan nyanyian mazmur.
2. Masuklah, mari kita sujud menyembah, berlutut di hadapan Tuhan yang menjadikan kta. Sebab Dialah Allah kita; kita ini umat gembalaan-Nya serta kawanan domba-Nya.
3. Pada hari ini, kalau kamu mendengar suara-Nya, janganlah bertegar hati seperti di Meriba, seperti waktu berada di Masa di padang gurun, ketika nenek moyangmu mencobai dan menguji Aku, padahal mereka melihat perbuatan-Ku.
Pembacaan dari Surat Rasul Paulus kepada umat di Roma (13:8-10)
Saudara-saudara, janganlah berhutang apa-apa kepada siapapun juga, tetapi hendaklah kamu saling mengasihi. Sebab barangsiapa mengasihi sesamanya manusia, ia sudah memenuhi hukum Taurat. Karena firman berikut ini: Jangan berzina, jangan membunuh, jangan mencuri, jangan mengingini, serta segala firman lain mana pun juga, sudah tersimpul dalam firman ini: Kasihilah sesamamu manusia seperti dirimu sendiri! Kasih tidak berbuat jahat terhadap sesama manusia, karena itu kasih adalah kegenapan hukum Taurat.
Demikianlah sabda Tuhan
U. Syukur kepada Allah.
Bait Pengantar Injil, do = f, 4/4, Kanon, PS 960
Ref. Alleluya, alleluya, alleluya.
Ayat. (2 Kor 5:19)
Allah mendamaikan dunia dengan diri-Nya dalam diri Kristus, dan mempercayakan warta perdamaian kepada kita.
Inilah Injil Yesus Kristus menurut Matius (18:15-20)
Sekali peristiwa Yesus bersabda kepada murid-murid-Nya, "Apabila saudaramu berbuat dosa, tegurlah dia di bawah empat mata. Jika ia mendengarkan nasihatmu engkau telah mendapatnya kembali. Jika ia tidak mendengarkan dikau, bawalah seorang atau dua orang lain, supaya atas keterangan dua atau tiga orang saksi, perkara itu tidak disangsikan. Jika ia tidak mau mendengarkan mereka, sampaikanlah soalnya kepada jemaat. Dan jika ia tidak mau juga mendengarkan jemaat, pandanglah dia sebagai orang yang tidak mengenal Allah atau seorang pemungut cukai. Aku berkata kepadamu: Sungguh, apa yang kalian ikat di dunia ini akan terikat di surga, dan apa yang kalian lepaskan di dunia ini akan terlepas di surga. Dan lagi Aku berkata kepadamu, jika dua orang di antaramu di dunia ini sepakat meminta apa pun, permintaan mereka itu akan dikabulkan oleh Bapa-Ku yang di surga. Sebab di mana ada dua atau tiga orang berkumpul demi nama-Ku, Aku hadir di tengah-tengah mereka."
Demikianlah Injil Tuhan
U. Terpujilah Kristus.
Renungan
Rekan-rekan yang budiman,
Disebutkan dalam Mat 18:15-20, bila seorang saudara didapati berbuat dosa, hendaknya ia diberi tahu mengenai kesalahannya secara perorangan terlebih dahulu. Jika tidak ada hasilnya, sebaiknya ia dinasihati di hadapan saksi. Kalau tetap tidak peduli, barulah perlu ia dibawa ke sidang umat. Injil yang dibacakan pada hari Minggu Biasa XXIII tahun A ini lebih luas dari pada sekadar mengajarkan cara-cara menegur kesalahan atau berprihatin tentang orang lain. Tujuan utamanya ialah membangun komunitas pengikut Yesus yang saling menopang. Diketengahkan bagaimana umat dapat semakin dewasa berkat adanya perhatian satu sama lain, juga dalam menunjukkan kekeliruan.
Akan diulas pula bagaimana dalam bacaan kedua (Rom 13:8-10) Paulus berusaha membuat orang yang mengenal macam-macam aturan Taurat sampai pada inti yang dimaksudkan Taurat itu sendiri.
PELBAGAI CARA MEMBANGUN UMAT
Kali ini Injil menyampaikan salah satu dari beberapa imbauan yang terdapat dalam Mat 18:1-35 Pertama-tama ditonjolkan pentingnya sikap tidak mementingkan diri sendiri (18:1-5 disebut dalam cara bicara Injil, bersikap sebagai "anak kecil"). Hukuman besar akan dialami orang yang kurang menghargai sikap ini (18:6-11). Yang kehilangan arah hendaknya sungguh ditolong agar bisa berada bersama kembali bersama umat (18:12-14 "domba yang hilang"). Karena itu perlu diusahakan agar yang salah ditegur dengan penuh perhatian (petikan hari ini, 18:15-20). Akhirnya juga perlu dipupuk sikap pengampun yang seikhlas-ikhlasnya (18:21-35).
Bahan petikan ini diambil Matius dari himpunan kata-kata Yesus yang beredar waktu itu dan diperluas dengan kenyataan yang ada di kalangan para murid yang berasal dari kalangan Yahudi tradisional. Lukas juga memakai himpunan kata-kata Yesus. Tetapi bagian yang sejajar dengan Matius kali ini hanya menyebut titik tolak pembicaraan, yakni perihal menegur saudara yang berbuat dosa, lihat Luk 17:3a (= Mat 18:15a). Tidak dirincikan caranya. Ketiga tahap memperingatkan kesalahan serta menegur saudara itu kiranya khas terjadi dalam umat Matius yang memang berlatarkan tradisi Yahudi. Keadaan umat Lukas lain.
Dalam Kis 2:44-46; 3:34-35 ada secercah gambaran ideal mengenai keadaan umat Lukas serta keprihatinan utama mereka. Disebutkan antara lain bahwa mereka menjual milik mereka, mengumpulkan uangnya, lalu menyerahkan kepada para rasul agar dibagi-bagikan kepada mereka yang membutuhkan. Umat yang digambarkan Lukas memang terutama dari kalangan yang berada. Iman menumbuhkan dalam diri mereka niat serta usaha nyata bagaimana memperbaiki keadaan ekonomi orang-orang yang kurang mampu. Tentunya mereka tidak berpikir akan "membeli" keselamatan bagi diri sendiri dengan bederma dan bersedekah. Gagasan dasarnya bukanlah melepaskan harta demi amal semata-mata, melainkan kepedulian akan keadaan orang-orang yang tidak seberuntung mereka. Berbagi harta itu menjadi salah satu bentuk nyata bagaimana membangun umat. Semangat yang mendasari sikap peduli terhadap saudara seumat itu juga ada dalam kehidupan umat Matius. Tetapi dalam kehidupan mereka kepedulian dasar tadi diwujudkan dengan cara yang berbeda. Seperti dalam petikan Injil kali ini, lebih ditekankan upaya dalam umat untuk menyadarkan saudara yang melakukan kesalahan. Demikian terbangun sikap saling percaya dan saling menopang secara moral. Inilah keutamaan yang dianggap lebih butuh dikembangkan di kalangan umat Matius.
Contoh lain. Lukas menggarisbawahi bahwa umat makin tumbuh bila dipupuk dengan kebesaran hati dalam mengampuni. Matius juga mengolah pokok ini (lihat kelanjutan petikan ini, yakni Mat 18:21-27), tetapi baru setelah menunjukkan pentingnya keberanian memperingatkan kesalahan serta kesediaan menerima teguran. Dari situ bisa terbangun rasa saling percaya.
TIGA LANGKAH MEMBANGUN RASA SALING PERCAYA
Dalam bacaan Injil kali ini dipakai kata "saudara" dan bukan "sesama". Gagasan "sesama" memang berhubungan dengan kehidupan masyarakat yang mengutamakan solidaritas, kepentingan bersama, dan perlakuan terhadap orang lain sebagaimana diinginkan terjadi pada diri sendiri. Tapi gagasan ini lebih diterapkan pada orang yang berada di luar kalangan sendiri. Ungkapan "saudara" lebih berbicara mengenai lingkungan sendiri. Selain itu juga lebih diutamakan sikap saling bertanggung jawab, saling mengurus kebaikan, saling memperhatikan kebutuhan seperti layaknya di antara anggota keluarga.
Cara-cara menegur yang diikuti umat di sekitar Matius menunjukkan adanya keterbukaan satu sama lain. Karena itu langkah pertama ialah mengajak bicara di bawah empat mata (ay. 15). Bila urusan selesai di situ, maka sudah cukup. Rasa saling percaya sudah terbangun. Tidak perlu melibatkan pihak-pihak lain sejak awal. Tetapi bila yang bersalah tidak menggubris, maka perlu didatangkan seorang atau dua orang saksi atau lebih (ay. 16). Maksudnya agar yang bersalah menyadari bahwa perbuatannya memang tidak bisa dibenarkan bukan hanya berdasarkan pendapat satu orang saja. Ada kesempatan melihat kedudukan diri sendiri dengan lebih kritis. Tetapi bila ia tetap tidak bersedia mendengarkan, maka persoalannya patut dibawa ke kalangan yang dapat memutuskan apakah cara hidupnya sebetulnya sudah tidak lagi cocok dengan cara hidup umat. Ia boleh memeriksa diri apakah sepadan bila tetap bersikeras mempertahankan sikapnya sendiri dengan akibat malah memisahkan diri. Dalam langkah-langkah tadi jelas yang bersangkutan tetap diperlakukan sebagai orang dewasa. Meskipun demikian, ia juga diharapkan berani bertanggung jawab atas kelakuannya sendiri. Dengan cara ini bisa terbangun rasa saling percaya. Para anggota umat juga dapat saling menunjang. Itulah dinamika dalam umat yang dilayani Matius.
Orang yang tak mau memperbaiki diri akhirnya dikatakan berlaku sebagai orang yang "tidak mengenal Allah". Dalam umat yang berlatar tradisi Yahudi, orang yang dianggap demikian sebenarnya sudah tidak termasuk umat lagi. Juga disebut "pemungut cukai", gambaran mengenai orang yang tega bekerja bagi kepentingan penindas umat. Itulah gambaran paling buruk yang dapat dibayangkan. Terlihat betapa Matius sedemikian mementingkan terbangunnya umat yang saling menunjang.
Dalam Mat 18:18 Yesus berkata, "perkara-perkara (jamak) yang kalian (jamak) ikat di dunia akan terikat di surga dan perkara-perkara (jamak) yang kalian (jamak) lepaskan di dunia akan terlepas di surga." Kata "kalian" di situ merujuk kepada mereka yang hidupnya sesuai dengan tujuan umat, yakni mengikuti Yesus dan oleh karenanya dapat memberi tuntunan kepada orang lain. Mereka juga diminta memperhatikan keadaan umat. Terjemahan harfiah di atas juga menunjukkan bahwa yang diikat atau dilepaskan bukanlah orang, melainkan perkara, tindakan atau sikapnya. Mengenai orang, nanti akan diajarkan bahwa pengampunan baginya tak terbatas (Mat 18:21-22; lihat juga Luk 17:4).
Dalam Mat 16:19 terdapat pernyataan yang mirip, tetapi hal yang diikat atau dilepaskan ada dalam bentuk tunggal, bukan jamak seperti di atas. Ditekankan dalam ulasan Injil Minggu XXII tahun A yang lalu bahwa yang disebut diikat di bumi dan di surga dalam ayat itu ialah jalan ke arah alam maut, bukan orang ini atau itu. Begitu pula, yang dilepaskan ialah keterkungkungan kondisi manusia pada umumnya, bukan orang perorangan. Yang ditugasi sebagai pelaku ialah Petrus. Ia dinyatakan sebagai batu karang penyumbat lubang menuju alam maut dan tempat umat dibangun. Itulah ujud kuasa dan tanggung jawabnya sebagai penjaga agar umat tidak tersedot masuk ke alam maut.
PERMOHONAN BERSAMA DAN IMAN YANG HIDUP
Pada akhir kutipan hari ini masih ditambahkan, bila dua orang atau lebih memohon kepada Bapa, maka permintaan itu pasti akan dikabulkan. Gagasan yang mendasarinya begini: bila pendapat satu orang mengenai apa yang baik bagi kehidupan umat diterima oleh orang lain sebagai pendapat yang jujur dan bisa dipertanggungjawabkan, maka pendapat tadi dijamin sejalan dengan yang dikehendaki oleh Yesus sendiri. Dan permohonan yang diungkapkan dengan dasar ini pasti dikabulkan Bapa.
Permohonan bersama yang dikatakan pasti dikabulkan seperti di atas tidak dapat dipisahkan dari sikap saling percaya. Digarisbawahi dimensi horizontal iman kepercayaan. Di situ besar artinya hubungan antara "umat dan diriku". Dimensi vertikal, "Tuhan dan diriku", saja belum utuh. Juga diberikan gambaran tentang iman yang dapat melegakan dan bukan yang mengekang. Sikap iman yang merdeka ini membuat orang berani mencari kebenaran bersama dan berani pula mempercayai satu sama lain. Iman bukanlah kesediaan mengiakan begitu saja pernyataan-pernyataan doktrin, bukan pula melaksanakan aturan-aturan secara ketat. Memang kejujuran dan ketulusan dipersyaratkan. Iman kristiani itu memang sepenuhnya pemberian dari atas, seutuhnya anugerah ilahi, tetapi pertumbuhan yang utuh bergantung pada kesediaan manusia mengembangkannya bersama-sama dalam komunitas, dalam umat. Inilah kreativitas iman yang hidup.
Umat yang memiliki integritas juga mempunyai peluang lebih untuk berbicara dengan kelompok masyarakat luas. Pembicaraan bukan hanya pada taraf rumusan-rumusan doktrin kepercayaan dan ibadat, melainkan langsung terarah pada penanganan masalah-masalah bersama di masyarakat. Integritas umat adalah sumbangan terbesar bagi masyarakat majemuk di negeri kita ini.
TENTANG BACAAN KEDUA (Rom 13:8-10)
Pada bagian pertama ayat 8 Paulus menegaskan, "Janganlah kamu berhutang apa-apa kepada siapa pun juga..." Baik diketahui bahwa dalam alam pemikiran agama Yahudi, "dosa" digambarkan sebagai berhutang, berhutang sakit hati, hinaan, kesalahan, dan tindakan seperti itu. Menghapus dosa sama dengan menghapus hutang kesalahan. Timbul macam-macam aturan yang terhimpun dalam Taurat untuk menjamin agar orang tidak menjalankan kesalahan. Hidup kerap diukur dengan upaya menjalankan aturan-aturan Taurat dengan sebaik-baiknya. Dalam kenyataannya ini kerap menjadi sumber kesulitan hidup bersama. Ada sikap menilai orang lain sebagai pendosa, pezinah.... Maka Paulus menunjukkan pengertian dasar yang menjiwai aturan-aturan Taurat tadi, yakni "saling mengasihi" yang diungkapkannya dalam bagian kedua ayat 8, yakni, "...tetapi hendaklah kamu saling mengasihi. Sebab siapa saja yang mengasihi sesama manusia, ia sudah memenuhi hukum Taurat."
Namun demikian, pernyataan itu tidak dimaksud untuk menggantikan "hukum Taurat" dengan "saling mengasihi". Yang dikemukakan Paulus ialah apa yang menjadi dasar hukum Taurat. Paulus berbicara kepada pengikut Kristus dari lingkungan orang Yahudi yang berpendidikan modern waktu itu (orang Yahudi helenist). Namun lingkungan budaya modern yang mereka alami, yakni dunia helenist, membuat cara berpikir mereka agak berbeda dengan orang Yahudi tradisional di tanah kelahiran mereka. Bagi orang ini ada kebutuhan intelektual untuk mengenali dasar yang mengasalkan macam-macam hal. Katakan saja, cara berpikir melihat prinsip umum mana yang menerangkan adanya macam-macam kenyataan tertentu. Mana dasar umum hukum serta aturan yang amat banyak seperti hukum-hukum Taurat. Maka Paulus, yang juga mengenal pemikiran helenist, mau mengatakan bahwa hukum-hukum Taurat yang banyak yang mereka kenal itu memiliki satu dasar yang umum, yakni "saling mengasihi" tadi. Begitulah dalam ayat 9 ditunjukkan dasar yang mengasalkan larangan-larangan dalam hukum Taurat. Malah dalam ayat 10 Paulus menambahkan bahwa dasar umum Taurat, yakni "kasih" yang diutarakannya sebelumnya, bakal membuat Taurat menjadi utuh, tidak lagi terasa macam-macam. Inilah yang dimaksud dengan "kegenapan" yang disebut pada ayat itu.
Salam hangat,
A. Gianto
BULAN SEPTEMBER ADALAH BULAN KITAB SUCI NASIONAL