Hari Minggu Biasa XXVII
Ya Tuhan, Allah semesta alam, pulihkanlah kami, buatlah wajah-Mu bersinar, maka kami akan selamat. (Mzm 80:20)
Antifon Pembuka (Est 3:9.10-11)
Semesta alam takluk kepada kehendak-Mu, ya Tuhan, dan tiada suatu pun yang dapat menentangnya. Sebab Engkau telah menciptakan segala sesuatu, langit dan bumi, serta seluruh isinya. Engkaulah Tuhan atas seluruh dunia.
Doa Renungan
Allah Bapa yang mahakuasa dan kekal, kemurahan hati-Mu melimpah jauh melampaui jasa ataupun permohonan kami. Limpahkanlah belas kasih-Mu kepada kami sepenuhnya; ampunilah dosa-dosa kami yang menggelisahkan hati dan anugerahilah kami segala sesuatu yang kami tak mampu menyebutnya. Dengan pengantaraan Yesus Kristus, Putra-Mu, Tuhan kami, yang bersama Dikau, dalam persatuan Roh Kudus, hidup dan berkuasa kini dan sepanjang masa. Amin.
Bacaan dari Kitab Yesaya (5:1-7)
Aku hendak menyanyikan lagu tentang kekasihku, lagu kekasihku tentang kebun anggurnya: Kekasihmu mempunyai kebun anggur di lereng bukit yang subur. Ia mencangkulnya dan membuang batu-batunya, dan menanaminya dengan pokok anggur pilihan; ia mendirikan sebuah menara jaga di tengah-tengahnya dan menggali lubang tempat memeras anggur, lalu dinantinya supaya kebuh itu menghasilkan buah anggur yang baik, tetapi yang dihasilkannya ialah buah anggur yang masam. Maka sekarang, hai penduduk Yerusalem dan orang Yehuda, adililah Aku dan kebun anggur-Ku itu. Apakah yang masih harus Kuperbuat untuk kebun anggur-Ku itu yang belum Kuperbuat kepadanya? Aku menanti supaya ia menghasilkan buah anggur yang baik, mengapa yang dihasilkannya hanya buah anggur yang asam? Masa sekarang, Aku mau memberitahukan kepadamu apa yang hendak Kulakukan kepada kebun anggur-Ku itu: Aku akan menebang pagar durinya, sehingga kebun itu dimakan habis. Aku akan melanda temboknya, sehingga kebun itu diinjak-injak; Aku akan membuatnya ditumbuhi semak-semak, tidak dirantingi dan tidak disiangi, sehingga tumbuhlah putri malu dan rumput; Aku akan memerintakan awan-awan supaya jangan menurunkan hujan di atasnya. Kebun anggur Tuhan semesta alam itu ialah kaum Israel, dan orang Yehuda ialah tanam-tanaman kegemaran-Nya; dinantikan-Nya keadilan, tetapi hanya ada kelaliman; dinantikan-Nya kebenaran, tetapi hanya ada keonaran.
Demikianlah sabda Tuhan
U. Syukur kepada Allah.
Mazmur Tanggapan, do = d, 3/4, PS 851
Ref. Ya Tuhan, lindungi kami di dalam kesesakan.
Ayat. (Mzm 80:9+12.13-14.15-16.19-20; Ul: Yes 5:7)
1. Telah Kauambil pohon anggur dari Mesir; Kauhalau bangsa-bangsa, lalu Kautanam pohon itu. Dijulurkannya ranting-rantingnya sampai ke laut, dan pucuk-pucuknya sampai ke Sungai Efrat.
2. Mengapa Engkau menggempur temboknya, sehingga ia dipetik oleh setiap orang yang lewat? Babi hutan menggerogotinya dan binatang-binatang di padang memakannya.
3. Ya Allah semesta alam, kembalilah, pandanglah dari langit dan lihatlah! Tengoklah pohon anggur ini, lindungilah batang yang ditanam oleh tangan kanan-Mu!
4. Maka kami tidak akan menyimpang dari pada-Mu; biarlah kami hidup, maka kami akan menyerukan nama-Mu. Ya Tuhan, Allah semesta alam, pulihkanlah kami, buatlah wajah-Mu bersinar, maka selamatlah kami.
Bacaan dari Surat Rasul Paulus kepada umat di Filipi (4:6-9)
Demikianlah sabda Tuhan
U. Syukur kepada Allah.
Bait Pengantar Injil, do = a, 4/4, PS 962
Ref. Alleluya, alleluya, alleluya, alleluya.
Ayat. (Yoh 15:16)
Aku telah memilih kamu dari dunia, supaya kamu pergi dan menghasilkan buah, dan buahmu itu tetap, sabda Tuhan.
Inilah Injil Yesus Kristus menurut Matius (21:33-43)
Sekali peristiwa berkatalah Yesus kepada imam-imam kepala dan tua-tua bangsa Yahudi, "Dengarkanlah perumpamaan ini. Adalah seorang tuan tanah membuka kebun anggur dan menanam pagar sekelilingnya. Ia menggali lubang tempat memeras anggur dan mendirikan menara jaga di dalam kebun itu. Kemudian ia menyewakan kebun itu kepada penggarap-penggarap lalu berangkat ke negeri lain. Ketika hampir tiba musim petik, ia menyuruh hamba-hambanya kepada penggarap-penggarap itu untuk menerima hasil yang menjadi bagiannya. Tetapi penggarap-penggarap itu menangkap hamba-hambanya itu: yang seorang mereka pukuli, yang lain mereka bunuh, dan yang lain lagi mereka lempari dengan batu. Kemudian tuan itu menyuruh pula hamba-hamba yang lain, lebih banyak dari pada yang pertama. Tetapi mereka pun diperlakukan sama seperti kawan-kawan mereka. Akhirnya tuan itu menyuruh anaknya kepada mereka, pikirnya, 'Anakku akan mereka segani.' Tetapi, ketika para penggarap itu melihat anak itu, mereka berkata seorang kepada yang lain: 'Ia adalah ahli waris! Mari kita bunuh dia, supaya warisannya menjadi milik kita.' Maka mereka menangkap dia, dan melemparkannya ke luar kebun anggur itu, lalu membunuhnya. Maka apabila tuan kebun anggur itu datang, apakah yang akan dilakukannya dengan penggarap-penggarap itu?" Kata imam-imam kepala dan tua-tua bangsa Yahudi kepada Yesus, "Ia akan membinasakan orang-orang jahat itu dan kebun anggurnya akan ia sewakan kepada penggarap-penggarap lain, yang akan menyerahkan hasil kepadanya pada waktunya." Kata Yesus kepada mereka: "Belum pernahkah kamu baca dalam Kitab Suci: Batu yang dibuang oleh tukang-tukang bangunan telah menjadi batu penjuru? Hal itu terjadi dari pihak Tuhan, suatu perbuatan ajaib di mata kita. Sebab itu Aku berkata kepadamu, 'Kerajaan Allah akan diambil dari padamu dan akan diberikan kepada suatu bangsa yang akan menghasilkan buah Kerajaan itu.'
Demikianlah Injil Tuhan
U. Terpujilah Kristus.
Renungan
Rekan-rekan yang baik!
Pada hari Minggu Biasa XXVII tahun A ini dibacakan Mat 21:33-43. Yesus kembali mengutarakan perumpamaan yang berhubungan dengan kebun anggur. Tapi kali ini yang disoroti ialah para penggarap kebun anggur yang ingin merebut lahan yang dipercayakan kepada mereka oleh si empunya yang sedang berada di negeri lain. Di kebun itu juga ada tempat penggarapan anggur yang dibangun oleh si pemilik.
Para hamba yang diutus untuk memungut hasilnya diperlakukan dengan buruk oleh para pekerja. Orang-orang suruhan yang pertama dipukuli, dibunuh, dan dirajam. Yang kedua, meski jumlahnya lebih banyak, mendapat perlakuan serupa. Akhirnya sang pemilik mengutus anaknya sendiri dengan perhitungan bahwa para pekerja akan menerimanya. Tetapi mereka malah membunuhnya dengan harapan kebun anggur itu nanti jatuh ke tangan mereka karena sang ahli waris telah mati. Yesus kemudian bertanya kepada imam-imam kepala dan orang Farisi (mereka baru saja mempertanyakan dari manakah kuasa Yesus berasal; lihat Mat 21:23), apa yang bakal diperbuat pemilik kebun anggur tadi terhadap penggarap-penggarap tadi. Spontan jawab mereka, tentunya ia akan menghabisi orang-orang tadi dan menyerahkan kebun itu kepada penggarap-penggarap lain. Apa maksud Yesus dengan perumpamaan itu? Dan apa pula artinya bagi kita sekarang?
KEBUN ANGGUR
Bagian pertama perumpamaan ini mengingatkan pembaca akan Yes 5:1-7. Di situ sang nabi mengutarakan keluh kesah seorang pemilik kebun anggur yang merasa tidak berhasil membuat kebunnya menghasilkan buah yang baik meskipun tanahnya subur dan segala upaya telah dilakukannya. Ia juga telah mendirikan tempat pengelolaan bagi hasil kebun yang tak kunjung datang itu. Dalam perumpamaan yang diucapkan Yesus, pemilik kebun juga tidak mendapat hasilnya sekalipun ia telah mendirikan tempat penggarapan. Lebih buruk lagi, hasil yang tak kunjung datang ini akibat ulah para penggarap sendiri, bukan karena pohon anggurnya buruk. Dalam teks Yesaya, pohon anggur yang tak memberi hasil memuaskan itu melambangkan umat yang hidupnya tidak mengusahakan yang adil dan benar, mereka malah menjalankan kelaliman dan keonaran. Dalam perumpamaan yang diceritakan Yesus, diutarakan bahwa para penggarap yang jahat itulah yang membuat sang pemilik tidak mendapatkan hasil dari tanah miliknya. Mereka malah berusaha merebut hak milik sang empunya. Perkaranya berkembang dari tak ada hasil yang memuaskan menjadi hak milik yang direbut dengan kekerasan.
Menurut alam pikiran Perjanjian Lama, hak atas tanah yang sah tak boleh diganggu gugat. Merebut kebun anggur Nabot mendatangkan celaka bagi Ahab dan Izebel, istrinya (1 Raj 21:1-29). Bagi orang seperti Nabot, kebun anggur miliknya itu pusaka turun temurun yang tak boleh diganggu gugat. Milik ini diberikan kepadanya secara sah. Tak dapat diperjualbelikan dengan imbalan apa saja, apalagi direbut. Masalah utama dalam kisah kebun anggur Nabot itu ialah kekerasan atau tindakan rudapaksa raja merebut hak milik, bukan pertama-tama soal keadilan sosial atau penindasan kaum kuat terhadap si lemah. Kekerasan terhadap hak milik ditampilkan sebagai kejahatan yang melebihi batas apa pun. Demikian dalam perumpamaan kali ini, hak sang empunya lahan dirudapaksa oleh para penggarap. (Ia bukan pihak yang lemah. Tapi pembedaan kuat-lemah tak dapat dipakai untuk menafsirkan perumpamaan ini.) Para penggarap itu akhirnya membunuh ahliwarisnya. Ini pelanggaran yang paling keras terhadap hak milik.
Ada dua hal yang bakal terpikir oleh para pendengar perumpamaan tadi Pertama, pemilik dengan penuh perhatian membangun tempat pengelolaan kebun anggurnya. Karena itulah ia amat mengharapkan hasilnya. Tetapi ia dikecewakan dan malah direbut miliknya. Kedua, merebut hak milik kebun anggur ini ditampilkan sebagai kejahatan yang melampaui batas.
SEBUAH ALEGORI
Perumpamaan ini sudah sejak awalnya dibaca sebagai alegori atau kisah yang diterapkan pada orang atau keadaan tertentu. Dalam tafsiran alegori, kebun anggur akan dipandang mewakili umat. Hanya Tuhan Allah-lah yang memiliki umatNya. Ia memang mempercayakan pemeliharaannya kepada para pemimpin umat (Perjanjian Lama), yang dalam kisah ini tampil sebagai para penggarap yang ingin menguasai milik tuan tadi. Para hamba ialah para nabi yang mendapat perlakuan buruk dari para pemimpin. Kemudian anak empunya kebun tadi ialah Yesus sendiri. Para penggarap tadi merencanakan akan membunuhnya. Dan memang dalam perumpamaan tadi rencana itu dijalankan.
Rupa-rupanya para imam kepala dan tua-tua bangsa Yahudi langsung memahami perumpamaan tadi sebagai alegori seperti di atas. Dalam Mat 21:45 disebutkan bahwa mereka (bersama orang-orang Farisi) mendengar perumpamaan-perumpamaan Yesus dan mengerti bahwa merekalah yang dimaksud oleh Yesus. Mereka merasa diancam bakal mendapat hukuman dari Allah sendiri. Oleh karena itu mereka semakin bersikap memusuhi Yesus.
Apakah Yesus sendiri bermaksud menggambarkan sikap para pemimpin tadi sebagai para penggarap yang jahat dan bakal ditindak sang pemilik? Rasa-rasanya memang demikian. Para pemimpin itu baru saja mempertanyakan sah tidaknya kuasa Yesus yang dilihat banyak orang dan diakui orang sebagai berasal dari Allah (Mat 21:23 dst.). Mereka tidak berani dan boleh jadi tidak mampu melihat siapa sebenarnya Yesus itu. Mereka lebih merisaukan konsekuensi politik di tanah Yudea dan khususnya bagi kelestarian Bait Allah. Mereka waswas bila pengajar atau "nabi" hebat tapi liar ini tidak ditertibkan, para penguasa Romawi mengira ada gerakan untuk memberontak. Dan akan ada tindakan militer yang bakal semakin mengekang kebebasan yang sudah amat terbatas hingga kini. Jadi para pemimpin Yahudi tadi memang memikirkan kepentingan mereka dan tidak dapat lagi mengikuti apa yang sedang terjadi di masyarakat waktu itu.
Ada hal yang tidak dimengerti oleh para pemimpin tadi. Yakni bahwa semuanya ini belum terjadi seperti diutarakan dalam perumpamaan. Mereka belum diadili oleh pemilik kebun anggur. Bahkan mereka belum sungguh-sungguh menyingkirkan anak pemilik tadi. Jadi sebenarnya masih ada waktu bagi mereka untuk berubah. Sayang kesempatan itu tidak mereka lihat. Mereka sudah terbawa oleh rencana-rencana mereka sendiri dan tidak lagi memiliki kemerdekaan. Mereka tidak dapat memikirkan perumpamaan tadi sebagai perumpamaan yang juga memuat ajakan untuk berubah. Mereka hanya mengira ada rencana lawan dari pihak Yesus untuk balas menyingkirkan mereka.
BAGI ORANG SEKARANG
Tetapi kita tidak selalu perlu membaca perumpamaan Yesus kali ini sebagai alegori belaka dengan menerapkannya kepada tokoh dan keadaan zaman ini. Sebaiknya dihindari tafsiran alegori demi tujuan mengkritik para pemimpin dalam masyarakat sekarang atau dalam Gereja! Kisah itu perlu juga didalami sebagai perumpamaan, sebagai pembicaraan yang mengajak orang mengamati diri dan bertanya apa yang dapat diperbuat dalam keadaan itu.
Perumpamaan ini dapat amat berguna untuk memahami hidup rohani atau hidup batin kita. Seperti dalam kehidupan pada umumnya, dalam hidup batin ada unsur "rencana-rencana" dan ada pula unsur "kebetulan". Kerap rencana tidak terlaksana, sering yang terjadi ialah yang kebetulan yang bisa lebih baik daripada yang diperhitungkan. Hidup batin diberikan kepada kita sebagai peluang agar kita semakin menyadari sisi-sisi ilahi dalam hidup ini. Peluang agar kita membiarkan Tuhan memasuki kehidupan kita. Bisa ditelateni dan dikembangkan, tetapi tidak dapat diatur secara ketat menurut agenda sendiri. Hidup batin itu dipercayakan untuk digarap, bukan untuk dimiliki, diklaim sebagai milik.
Namun demikian, jelas ada kecenderungan untuk merebut wilayah tadi. Kita dengar ada macam-macam ulah batin yang tujuannya menghimpun kekuatan-kekuatan luar biasa untuk memanipulasinya. Bila terjadi, ibaratnya penggarap yang dipercaya mengolah hidup batin mau merebut kekuatan-kekuatan batin tadi dari Dia yang memilikinya.
Catatan. Titik berat dalam perumpamaan ini bukanlah perlakuan buruk terhadap para utusan pemilik kebun. Yang disoroti sebagai kejahatan ialah upaya merebut kebun tadi. Jadi perumpamaan itu bukan untuk menuduh para penggarap, bukan pula untuk menuduh diri kita sendiri yang acapkali kurang peka akan isyarat ilahi. Perumpamaan itu dimaksud untuk memurnikan hidup rohani dari unsur-unsur yang menjauhkannya dari kehadiran ilahi sendiri.
Salam hangat,
A. Gianto