Senin, 17 Oktober 2011
Pw St. Ignatius dari Antiokia, Uskup-Martir
Hari ini kita memperingati Santo Ignatius dari Antiokhia. Seorang martir dan uskup yang amat luar biasa. Karena imannya kepada Kristus, ia sebagai uskup harus dihukum mati. Hukuman mati dijatuhkan di Antiokhia tetapi harus dijalaninya di kota Roma. Nah, selama perjalanannya ke Roma sebagai tawanan itu, ia sempat menulis surat yang sangat indah, bermutu dan penuh pesan yang meneguhkan iman dan menghibur umatnya. Menatap kematian yang akan tiba di kota Roma, Santo Ignatius justru menjalaninya dengan sukacita dan kerinduan sebab ia akan segera memandang Kristus yang diabdi, dihormati, dan disembahnya.
Kekuatan apa yang menggerakkan hidup Santo Ignatius seperti itu? Bacaan pertama hari ini yang berasal dari tulisan Santo Paulus kepada umat di Roma memberikan salah satu kunci jawabannya. Santo Ignatius kiranya percaya kepada janji Allah sebagaimana telah dihidupi oleh Abraham. Kepercayaan akan terwujudnya janji Allah itu menjadi kekuatan mahahebat bagi Santo Ignatius untuk kuat bertahan dalam penderitaan. Ia yakin bahwa Allah yang telah membangkitkan Yesus dari antara orang mati juga akan membangkitkan dia nanti! Bagi Yesus, Santo Ignatius itu termasuk orang yang disebut kaya di hadapan Allah. Hal ini kebalikan dari si orang kaya dalam kisah perumpamaan pada Injil hari ini.
Barangkali kita tidak perlu memikirkan model penderitaan seperti Santo Ignatius yang dimartir dengan dimasukkan di Colloseum kota Roma dan dimangsa binatang buas. Banyak bentuk penderitaan yang harus kita tanggung pada zaman kita sekarang ini. Penderitaan karena tugas sehari-hari, karena status kita sebagai orang Kristen dan minoritas di tempat kita, karena perjuangan yang jujur dan bersih di tengah lingkungan kerja yang serba korup dan tidak jujur adalah contoh-contoh penderitaan orang Kristen masa kini. Bila kita percaya kepada janji Allah yang pasti akan terlaksana pada diri kita, kita akan memperoleh kekuatan untuk bertahan dalam hidup iman kita, dalam kehidupan menurut kebenaran, kejujuran dan keadilan!
Pw St. Ignatius dari Antiokia, Uskup-Martir
Hari ini kita memperingati Santo Ignatius dari Antiokhia. Seorang martir dan uskup yang amat luar biasa. Karena imannya kepada Kristus, ia sebagai uskup harus dihukum mati. Hukuman mati dijatuhkan di Antiokhia tetapi harus dijalaninya di kota Roma. Nah, selama perjalanannya ke Roma sebagai tawanan itu, ia sempat menulis surat yang sangat indah, bermutu dan penuh pesan yang meneguhkan iman dan menghibur umatnya. Menatap kematian yang akan tiba di kota Roma, Santo Ignatius justru menjalaninya dengan sukacita dan kerinduan sebab ia akan segera memandang Kristus yang diabdi, dihormati, dan disembahnya.
Kekuatan apa yang menggerakkan hidup Santo Ignatius seperti itu? Bacaan pertama hari ini yang berasal dari tulisan Santo Paulus kepada umat di Roma memberikan salah satu kunci jawabannya. Santo Ignatius kiranya percaya kepada janji Allah sebagaimana telah dihidupi oleh Abraham. Kepercayaan akan terwujudnya janji Allah itu menjadi kekuatan mahahebat bagi Santo Ignatius untuk kuat bertahan dalam penderitaan. Ia yakin bahwa Allah yang telah membangkitkan Yesus dari antara orang mati juga akan membangkitkan dia nanti! Bagi Yesus, Santo Ignatius itu termasuk orang yang disebut kaya di hadapan Allah. Hal ini kebalikan dari si orang kaya dalam kisah perumpamaan pada Injil hari ini.
Barangkali kita tidak perlu memikirkan model penderitaan seperti Santo Ignatius yang dimartir dengan dimasukkan di Colloseum kota Roma dan dimangsa binatang buas. Banyak bentuk penderitaan yang harus kita tanggung pada zaman kita sekarang ini. Penderitaan karena tugas sehari-hari, karena status kita sebagai orang Kristen dan minoritas di tempat kita, karena perjuangan yang jujur dan bersih di tengah lingkungan kerja yang serba korup dan tidak jujur adalah contoh-contoh penderitaan orang Kristen masa kini. Bila kita percaya kepada janji Allah yang pasti akan terlaksana pada diri kita, kita akan memperoleh kekuatan untuk bertahan dalam hidup iman kita, dalam kehidupan menurut kebenaran, kejujuran dan keadilan!
E. Martasudjita, Pr - Inspirasi Batin 2011