| Home | Bacaan Harian | Support Renungan Pagi | Renungan Minggu Ini | Kisah Para Kudus | Katekese Iman Katolik | Privacy Policy |

CARI RENUNGAN

>

SURAT KEPADA KELUARGA BULAN NOVEMBER 2011


“Ia bukan Allah orang mati, melainkan Allah orang hidup, sebab di hadapan Dia semua orang hidup.” (Lukas 20:38)



Waktu Bersamamu (dulu)

Waktu aku bersamamu, aku sungguh merasa berarti

Waktu aku membelaimu, aku merasa berharga dan lengkap

Sekarang engkau tiada lagi di rumah kita

Engkau telah ada di pangkuan Yang Mahakasih

Tetapi kenangan itu seakan menjadi bagian jiwa yang tak terhilangkan



Ketika engkau bersamaku di dalam rumah kita dulu

Betapa aku ingin menyampaikan harapan baikku untukmu

Bahwa aku sungguh mencintaimu dan menginginkanmu bahagia

Meski dulu kita sering berseberangan jalan dan saling mengecewakan

Tetapi ketahuilah, aku sungguh mengasihimu..



Keluarga-keluarga terkasih,

Ketika mengikuti misa-misa arwah, kita sering masih merasakan ada getaran kasih dari seluruh keluarga yang ditinggalkan. Kita masih merasakan relasi yang tertinggal dan begitu membekas dalam hati yang ditinggalkan. Ayah yang pergi meninggalkan kesan kebijaksanaan dan kesabarannya; ibu yang tiada meninggalkan cinta dan sejuta kenangan keibuannya yang membuat rindu dan rasa tentram. Anak yang terpaksa dipanggil Tuhan lebih dahulu rasanya masih meninggalkan kesedihan dan kenangan kebersamaan yang tiba-tiba hilang terenggut. Semua terasa mengharukan, meskipun mungkin mereka pernah menjadi kesulitan buat kita.

Mengapa kenangan manis akan orang-orang terkasih begitu terasa menyentuh? Karena mereka adalah orang-orang yang berarti dan penting bagi hidup kita. Kemungkinan lain adalah karena kita belum sempat melakukan kebaikan untuk mereka. Mereka yang sudah tiada memang selamanya akan hilang dari hubungan fisik kita. Mereka tidak bisa lagi mengatakan hal-hal baik (maupun buruk) kepada kita. Mereka adalah keheningan yang kekal. Ketika mereka tiada lagi, barulah kita menyadari bahwa ada mereka juga berarti dalam hidup keluarga kita.

Seringkali kita terlambat untuk menyampaikan pesan kasih kepada orang-orang serumah, yang membuat kita kesal, marah, bahkan menimbulkan dendam. Kita hidup bersama mereka dalam suasana panas, atau dalam kebekuan, atau bahkan dalam permusuhan mendalam. Hati yang membenci membuat kita lupa mengingat mereka sebagai bagian dari hidup kita yang tak tergantikan. Orang tua akan tetap menjadi orang tua kita, kendati mereka tidak cocok menurut pandangan kita. Anak-anak yang nakal tetaplah anak-anak yang membutuhkan pertolongan dan bimbingan penuh kasih. Kepergian mereka tetaplah duka mendalam yang bisa membawa penyesalan yang tidak ada gunanya lagi

Cobalah melihat kisah orang kaya dan Lazarus yang miskin dalam Injil Lukas (Luk.16:19-31). Perumpamaan dan kisah ini bukan hanya mau menjelaskan kejadian di dalam surga dan neraka, tetapi mau mengingakan kepada kita betapa pentingnya hidup di dunia. Penginjil Lukas mau mengatakan betapa berartinya dunia yang diciptakan Allah ini. Segala sesuatu dapat kita bangun dan ciptakan dalam kebaikan kalau kita mengusahakannya selama kita hidup. Allah sudah selalu menyediakan kesempatan itu selama nafas masih di dada kita. Dan kematian akan menjadi semacam panen raya untuk hal baik yang sudah kita usahakan bersama.

Lihatlah orang-orang di sekitarmu, orang tuamu, anak-anakmu, saudara-saudarimu, paman-bibimu, atau siapapun juga di dalam rumahmu. Mereka adalah manusia-manusia rapuh tetapi penuh kebaikan juga. Mereka menantikan saat mengatakan sesuatu yang baik kepada kita. Mereka merindukan sapaan ramah dan uluran tangan kasih. Mereka selalu menjadi bagian keluarga kita. Jangan sampai kita terlambat mencintai mereka. Mumpung kita masih diberi waktu oleh Allah di tengah keluarga.

Banyak orang membeli tanah makam yang mahal dan mewah, tetapi kita harus tetap sadar bahwa persembahan terindah adalah ketika mereka masih hidup bersama kita. Tidak ada cara lain untuk menghormati orang tua, selain menentramkan hati mereka dengan pengertian dan penerimaan ketika mereka menjadi tua dan rapuh. Anak-anak yang kurang terpelihara tetap membutuhkan saat-saat mesra bersama orang tuanya, bukan kelimpahan harta dan barang-barang. Kalau kita mau merayu hati kita sendiri untuk berbaikan dengan saudara saudari kita, betapa indahnya dunia di rumahkita!

Tradisi masing masing suku dan bangsa berbeda, tetapi ekspresi penghormatan dan kasih sayang yang mau disampaikan sama: “Kamu pernah berarti buat kami, maka kami mengenangmu dengan kasih.” Nyadran, Nyekar, Ceng Beng, intensi di dalam Ekaristi, Ibadat 40 hari, Ibadat nyewu, dll. Adalah bentuk suci dari hati yang mengasihi dan mengenang persaudaraan sejati. Pastikanlah itu sudah kita bina semasa kita hidup bersama sekarang ini.

Inilah saat terbaik, menghormati yang sudah tiada, mendoakan dan memohon doa mereka, sambil mengharapkan kerahiman Allah atas jiwa jiwa itu di surga. Akan tetapi kita juga mengingat bahwa mereka yang masih hidup lebih penting kita perhatikan. Ampunilah, maafkanlah, pahamilah, bimbinglah, nasihatilah dan ajaklah bicara mereka yang dekat dengan kita. Kita satu keluarga di dunia ini, dan kelak kita juga satu keluarga Allah dalam kemuliaan-Nya. Biarlah kehidupan yang baik itu kita mulai dari sekarang, tidak menunggu nanti. Tuhan memberkati kita semua. Amin

Salam dalam Yesus, Maria, dan Yosef

Rm. Alexander Erwin Santoso MSF

renunganpagi.id 2024 -

Privacy Policy