| Home | Bacaan Harian | Support Renungan Pagi | Renungan Minggu Ini | Kisah Para Kudus | Katekese Iman Katolik | Privacy Policy |

CARI RENUNGAN

>

Guru untuk Murid

Bapak M - Sangat galak dan di saat pelajaran selalu membentak-bentak sehingga para murid tegang dan justru tidak bisa menyerap pelajaran dengan baik, kurang bisa berinteraksi dengan para siswa.

Demikian dituliskan seorang murid ketika diminta mengingat gurunya. Ungkapan itu muncul spontan karena murid diberi waktu hanya dua menit untuk menuliskannya. Tentu di atas kertas murid itu tertulis nama lengkap guru yang dimaksud. Dalam hal kemiripan perilakunya, Bapak M bisa mewakili guru di mana pun dan siapa pun. Tersirat keinginan murid, guru mestinya menggembirakan dan memudahkan pelajaran.

Dunia murid, dunia anak-anak kita, mestinya tidak jauh dari kegembiraan. Banyak sekolah berlomba-lomba mendapatkan murid-murid terbaik pada masa penerimaan murid baru meskipun sebagian buru akhirnya menganiaya batin mereka di kelas dengan menjadi "monster" perusak keriangan anak-anak.

Setiap menjelang Natal, keriangan anak-anak terasa di mana-mana. Ribuan tahun sesudah kelahiran Yesus, perayaan Natal tetap diabdikan untuk menggembirakan anak-anak. Pernak-pernik hiasan natal, terompet, sinterklas dengan hadiahnya, bahkan perayaan misa Natal pagi di gereja semuanya khas dunia anak-anak. Namun, haruskah menggembirakan anak-anak dan menghargai mereka dengan sukacita hanya setiap Natal tiba?

Sebagai guru, saya berangan-angan bahwa setiap guru menjadi sumber sukacita bagi muridnya. Dengan demikian, Natal akan selalu dialami anak-anak dalam keseharian di kelas. Akan tetapi, lazim terjadi guru hadir di kelas bukan demi murid. Kehadirannya demi kurikulum, demi dinas pendidikan, demi aturan yayasan, atau demi ideologi pesanan, bahkan tidak berlebihan demi numpang hidup.

Jika guru mengembalikan hakikat keguruannya demi murid, tidak perlu lagi muridnya menulis ingatan akan gurunya seperti ini, Bu R - Sering memaksakan kemauannya, tidak murah senyum, sering marah-marah, sentimen sama murid yang tidak disukainya. Penjelasan yang diberikan kurang mudah dimengerti.

Baiklah sekiranya di setiap Natal tiba, para pendidik kembali menyegarkan semangat, betapa Natal sepanjang sejarahnya adalah perayaan anak-anak dan anak-anak yang dirayakan. Natal yang penuh kegembiraan itu juga nyata dalam semangat para pendidik "menjadi guru untuk murid"


ST KARTONO
Guru SMA Kolese De Britto, Yogyakarta
KOMPAS Cetak Edisi Jumat, 23 Desember 2011 halaman 3

renunganpagi.id 2024 -

Privacy Policy