Panduan Adven 2011: Pertemuan IV: Menjadi Signifikan dan Relevan Bagi Masyarakat - Keuskupan Agung Semarang

Pertemuan Keempat: MENJADI SIGNIFIKAN DAN RELEVAN BAGI MASYARAKAT
Tujuan: Umat menyadari bahwa iman harus diwujudkan dalam kehadiran dan keterlibatan yang signifikan dan relevan di tengah masyarakat.

1. Lagu Pembuka
(dipilih sesuai dengan tema pertemuan, misalnya PS 443, 445)

2. Doa Pembuka
doa dapat dikembangkan oleh pemandu dengan pokok-pokok sebagai berikut:
  • Mengucap syukur atas pertemuan Adven keempat dan atas karunia dari Allah yang sudah diterima selama ini, terutama sebagai umat Katolik yang sudah menjadi bagian dari masyarakat Indonesia selama ini.
  • Mohon terang Roh Kudus agar pertemuan dapat berjalan dengan baik, lancar, dan mampu memahami bahwa iman harus diwujudkan dalam keterlibatan di tengah masyarakat.

3. Pengantar

Karya keselamatan yang diwartakan dan dihadirkan Yesus tidak dapat dilepaskan dari kehidupan masyarakat sekitar-Nya. Hidup dan karya Yesus terkait erat dengan situasi dan keprihatinan masyarakat. Sebagai umat Katolik, anggota Gereja dan umat yang mengimani karya keselamatan Allah yang dinyatakan melalui Yesus Kristus, kita pun diundang untuk mewartakan kabar gembira kepada semua orang yang berkehendak baik. Gereja ada di tengah masyarakat. Dengan demikian, Gereja juga terbuka dan terlibat dalam kehidupan masyarakat. Sebagai anggota Gereja, kita tidak hanya sibuk dengan diri sendiri. Kita juga diundang untuk berperan serta dalam kegiatan bermasyarakat. Kehadiran Gereja hendaknya mampu membawa warta gembira itu bagi seluruh masyarakat sehingga kehadiran Gereja sungguh menjadi signifikan dan relevan bagi masyarakat.

Dalam Adven keempat ini, kita diajak untuk melihat kembali hidup beriman dalam masyarakat, secara khusus dalam pengharapan menantikan Yesus selama masa Adven. Kita diajak merenungkan bagaimana peran serta kita sebagai anggota Gereja dalam kehidupan masyarakat. Sikap-sikap yang perlu kita bangun, untuk menunjukkan bahwa beriman di dalam masyarakat adalah beriman sejati, menunjukkan solidaritas, kedalaman, ketangguhan, dan secara gembira memberikan kasih yang nyata bagi masyarakat sekitar kita.

4. Ritus Penyalaan Lilin Korona Adven

P. Tuhan terangilah umat-Mu dengan cahaya kasih-Mu.
U. Agar kami semua dapat menjadi cahaya bagi sesama
P. Ya Bapa, berbelaskasihlah kepada kami, hamba-Mu yang merindukan Putra-Mu, cahaya kehidupan kami. Nyalakanlah harapan kami yang gelap ini akan kehadiran Putra-Mu yang menjadi penerang bagi hidup dan karya kami. (lilin dinyalakan)
Bagai nyala lilin yang semakin terang, demikianlah kami mohon agar hidup kami semakin diterangi oleh kehadiran Kristus dalam kehidupan kami.
Semoga dalam terang-Nya, kami dapat mengembangkan iman yang solider, mendalam dan tangguh, sehingga mampu mewujudkan iman di tengah-tengah masyarakat. Doa ini kami sampaikan dengan pengantaraan Kristus, yang hidup dan berkuasa bersama Engkau dan Roh Kudus, kini dan sepanjang masa.
U. Amin.

5. Inspirasi dan Permenungan
Inilah Injil Yesus Kristus menurut Lukas (2:1-20)

Pada waktu itu Kaisar Agustus mengeluarkan suatu perintah, menyuruh mendaftarkan semua orang di seluruh dunia. Inilah pendaftaran yang pertama kali diadakan sewaktu Kirenius menjadi wali negeri di Siria. Maka pergilah semua orang mendaftarkan diri, masing-masing di kotanya sendiri. Demikian juga Yusuf pergi dari kota Nazaret di Galilea ke Yudea, ke kota Daud yang bernama Betlehem, --karena ia berasal dari keluarga dan keturunan Daud-- supaya didaftarkan bersama-sama dengan Maria, tunangannya, yang sedang mengandung. Ketika mereka di situ tibalah waktunya bagi Maria untuk bersalin, dan ia melahirkan seorang anak laki-laki, anaknya yang sulung, lalu dibungkusnya dengan lampin dan dibaringkannya di dalam palungan, karena tidak ada tempat bagi mereka di rumah penginapan. Di daerah itu ada gembala-gembala yang tinggal di padang menjaga kawanan ternak mereka pada waktu malam. Tiba-tiba berdirilah seorang malaikat Tuhan di dekat mereka dan kemuliaan Tuhan bersinar meliputi mereka dan mereka sangat ketakutan. Lalu kata malaikat itu kepada mereka: "Jangan takut, sebab sesungguhnya aku memberitakan kepadamu kesukaan besar untuk seluruh bangsa: Hari ini telah lahir bagimu Juruselamat, yaitu Kristus, Tuhan, di kota Daud. Dan inilah tandanya bagimu: Kamu akan menjumpai seorang bayi dibungkus dengan lampin dan terbaring di dalam palungan." Dan tiba-tiba tampaklah bersama-sama dengan malaikat itu sejumlah besar bala tentara sorga yang memuji Allah, katanya: "Kemuliaan bagi Allah di tempat yang mahatinggi dan damai sejahtera di bumi di antara manusia yang berkenan kepada-Nya." Setelah malaikat-malaikat itu meninggalkan mereka dan kembali ke sorga, gembala-gembala itu berkata seorang kepada yang lain: "Marilah kita pergi ke Betlehem untuk melihat apa yang terjadi di sana, seperti yang diberitahukan Tuhan kepada kita." Lalu mereka cepat-cepat berangkat dan menjumpai Maria dan Yusuf dan bayi itu, yang sedang berbaring di dalam palungan. Dan ketika mereka melihat-Nya, mereka memberitahukan apa yang telah dikatakan kepada mereka tentang Anak itu. Dan semua orang yang mendengarnya heran tentang apa yang dikatakan gembala-gembala itu kepada mereka. Tetapi Maria menyimpan segala perkara itu di dalam hatinya dan merenungkannya. Maka kembalilah gembala-gembala itu sambil memuji dan memuliakan Allah karena segala sesuatu yang mereka dengar dan mereka lihat, semuanya sesuai dengan apa yang telah dikatakan kepada mereka.


***


Para gembala bersuka cita mendengar warta kelahiran Sang Juruselamat. Mereka kemudian bergegas pergi ke Betlehem dan menjumpai sang bayi Yesus. Hati mereka berkobar-kobar penuh kegembiraan, hingga menggerakkan diri mereka mewartakan kabar gembira kepada siapa pun yang dijumpai dan selalu memuji Allah melalui kata, sikap, dan tindakan. Melalui para gembala itu, semakin banyak orang mengenal Allah dan mengalami kasih-Nya.

Selayaknya seperti para gembala, perjumpaan dengan Allah dan pengalaman iman kita akan Dia menggerakkan hidup kita untuk bersuka cita dalam hidup dan berani menjumpai siapa pun untuk berbagi kebahagiaan. Kehadiran yang memberi kegembiraan dan pengaruh baik bagi banyak orang itu menjadi panggilan setiap orang kristiani sepanjang abad. Saat ini ketika banyak orang berpikir untuk kepentingan diri dan hilang rasa solidaritas, kepedulian, kita dipanggil justru untuk terlibat dalam kehidupan bersama dan berbagi kasih Tuhan dalam aneka bentuk. Keterbatasan, kekurangan, bahkan ketidakberdayaan kita jangan menjadi alasan untuk menutup hati dan melipat tangan bagi sesama kita. Pengalaman ibu Maria Goretti menjadi inspirasi bagi kita.

Saya bernama Maria Goretti. Saya menjadi Katolik ketika sudah dewasa. Sejak dibaptis, saya selalu yakin bahwa saya bersama Yesus.

Bersama Yesus menjadi sumber kekuatan bagi diri hidup saya. Kekuatan itu juga yang meneguhkan semangat saya untuk membantu kedua orang tua. Meskipun telah berbeda keyakinan dengan anggota keluarga, sebagai anak sulung, saya tetap merasa bertanggungjawab mendampingi adik-adik saya. Syukur kepada Allah! Saya bisa membantu adik-adik saya untuk mandiri. Saat ini, mereka telah berkeluarga dan memiliki kehidupan yang cukup mapan.

Bersama Yesus juga mendorong saya untuk membantu dan menyumbangkan kemampuan diri saya bagi orang-orang di sekitar saya. Sebagai Ibu RW, saya tergerak untuk membantu meningkatkan taraf hidup mereka. Saya memberdayakan kaum perempuan supaya mereka juga bisa membantu ekonomi keluarga. Saya tidak membeda-bedakan keyakinan dalam bersahabat dan dalam menolong. Walaupun sebagai umat kristiani, saya memberikan satu ruang di rumah saya untuk sholat, berikut dengan perangkatnya. Alasan saya sederhana. Saya ingin agar saudara-saudara berkeyakinan lain pun dapat melaksanakan ibadah mereka. Sikap itu pula yang membebaskan saya untuk semakin leluasa memberi perhatian kepada siapa saja. Bila ada tetangga yang menderita sakit, saya berusaha untuk segera mengunjungi. Biasanya, saya juga mengkoordinir para ibu lain supaya kami dapat bersama-sama mengunjungi yang sakit. Dalam lingkungan pekerjaan, saya pun dipercaya untuk menjabat bendahara kantor. Walaupun berat dan berresiko, syukurlah bisa mengemban tugas sebagai bendahara selama 5 tahun dengan baik sampai masa pensiun.

Dalam Gereja, saya mencoba aktif di berbagai kegiatan, baik dalam tingkat lingkungan, paroki bahkan kevikepan. Bersama dengan suami dan anak-anak, saya mencoba memberi perhatian secara khusus dalam kegiatan Orang Muda Katolik (OMK). Selain itu, saya dan suami menjadi pasutri yang mendampingi komunitas anak-anak muda yang sedang mencari dan memperkuat jati dirinya.

Untung tak dapat diraih, malang tak dapat ditolak. Ketika tepat berumur 56 tahun, tulang leher saya hilang seruas! Dokter yang memeriksa saya mengatakan bahwa saya terserang kanker stadium empat. Saya terserang kanker ganas. Saya shock! Ada keinginan untuk berontak. Saya sangat sulit menerima kenyataan pahit ini. "Dokter kan bisa keliru," demikian kata saya berusaha menolak kanker yang menggerogoti tubuh saya.

Selama tiga bulan pertama di rumah sakit dr. Sardjito, saya masih memiliki semangat besar untuk sembuh. Tetapi, kanker yang mendera diri saya justru kian memperparah fisik saya. Dalam kondisi tubuh yang kian kurus dan kepala botak, saya sering merasakan sakit yang amat sangat. "Sakit sekali... Obat penahan sakit yang kuminum sudah dosis yang paling tinggi, tapi masih juga terasa sakit..". Saya kerap menahan air mata yang akan mengalir. Dalam kondisi seperti ini, banyak kenalan yang mendampingi dan mendukung saya. Mereka menguatkan saya.

Dalam perjalanan waktu, saya tidak mau larut dalam duka dan derita. Dalam sakit yang saya derita, saya masih ingin berguna bagi sesama. Dari atas tempat tidur, saya memulai mendoakan banyak orang. Biasanya, anak saya memberikan daftar-daftar nama yang akan saya doakan. Benar juga! Dengan melakukan aktifitas itu, saya merasa lebih berguna.

Ternyata pengalaman "Bersama Yesus!" tidak hanya menyemangati saya untuk melayani, tetapi juga meneguhkan saya dalam kelemahan dan derita. Kebersamaan dengan Yesus menguatkan dan meneguhkan saya ketika menghadapi saat-saat kritis hidup saya.
Kisah nyata Ibu Maria Goretti.

6. Refleksi dan Sharing Pengalaman

Menghadirkan Kristus sebagai Juruselamat di tengah-tengah masyarakat merupakan cita-cita. Natal yang perlu kita upayakan. Bagaimana kita memahami warta kegembiraan karya keselamatan Yesus ini agar semakin nyata dalam hidup kita. Di bawah ini ada beberapa pertanyaan agar kita semakin menyadari hal itu.

a. Apa yang mengesan dan dapat kita petik dari kisah para gembala dan kisah ibu Maria Goretti?
b. Apakah iman mendorong anda untuk hidup lebih baik dan lebih berguna di dalam masyarakat? Ceritakan pengalaman hidup anda!
c. Dengan tindakan apa kita bisa mewujudkan Gereja yang signifikan dan relevan?

(pemandu dapat memberikan alternatif uraian peneguhan setelah berbagi pengalaman atau sharing dengan beberapa rumusan alternatif sebagai berikut)

Pengalaman perjumpaan para gembala dengan Sang Bayi Yesus mendorong para gembala melanjutkan warta sukacita itu kepada orang lain. Perjumpaan dengan Yesus memberikan rahmat istimewa, yakni mewujudkan dalam kehidupan konkrit warta karya keselamatan Allah. Rahmat istimewa berkat perjumpaan dengan karya keselamatan Allah menjadi pendorong dan inspirasi bagi para gembala dalam memaknai kehadirannya di tengah banyak orang. Demikian juga pengalaman kebersamaannya dengan Yesus, menjadi inspirasi dan pendorong ibu Maria Goretti untuk memberikan hidupnya untuk orang lain dengan sukacita, sebuah cerminan keberimanan dalam masyarakat, walaupun dalam penderitaan tetap memberikan dirinya perhatian bagi orang lain.

Kita dipanggil untuk mewujudkan iman kita dalam kehidupan nyata di tengah masyarakat. Tindakan-tindakan kecil dan sederhana yang mengungkapkan kasih dan solidaritas Allah akan menjadi tindakan nyata mewujudkan Gereja yang semakin signifikan dan relevan bagi orang lain.

Iman membuat kehadiran kita selalu baru dimana pun kita berada, kehadiran kita menjadi tanda sakramental, yaitu tanda kehadiran Tuhan yang berbelas kasih. Tindakan itu akan kelihatan dari sikap yang kita lakukan: kejujuran kita, kebaikan hati yang tidak membalas yang buruk, tanggung jawab dalam pekerjaan, dan perhatian pada masyarakat yang lemah, miskin, tersingkir, dan difabel. Kita tidak perlu menyembunyikan identitas kita sebagai orang Katolik. Kita "berkompetisi" dalam kehidupan sosial bermasyarakat bukan untuk disanjung atau mendapat pujian, melainkan itu semua kita lakukan sebagai bentuk perwujudan iman kita sebagai orang Katolik. Kita adalah bagian dari masyarakat yang bersatu dengan seluruh masyarakat dalam usaha pembangunan. Dengan sikap dan tindakan nyata, kita ikut menyembuhkan luka-luka dalam masyarakat, membantu memajukan mereka yang tertinggal, menyalakan harapan bagi yang menderita.

Dalam masa Adven inilah, kita mempersiapkan Natal untuk kita maknai secara baru. Natal hendaknya menjadi medan untuk menghadirkan karya keselamatan Kristus ke tengah-tengah masyarakat secara nyata, dengan terlibat, solider, dan menyumbangkan segala hal yang baik bagi pembangunan hidup bersama.

7. Doa Umat dan Doa Penutup
Pemandu mengajak umat berdoa permohonan (doa umat) yang ditutup dengan doa Bapa Kami, lalu dilanjutkan dengan doa penutup.

Doa dapat ditutup oleh pemandu dengan pokok-pokok sebagai berikut:
  • Mengucap syukur karena pertemuan dapat berjalan lancar dan memberikan kesadaran baru.
  • Mohon penyertaan Allah supaya mampu meresapkan dalam hati segala nilai-nilai imani yang ditemukan dan mampu mewujudkan karya kasih Allah dalam hidup bermasyarakat.

8. Lagu Penutup

(dipilih sesuai dengan tema pertemuan, misalnya PS 442, 446, 447)

terima kasih telah mengunjungi renunganpagi.id, jika Anda merasa diberkati dengan renungan ini, Anda dapat membantu kami dengan memberikan persembahan kasih. Donasi Anda dapat dikirimkan melalui QRIS klik link. Kami membutuhkan dukungan Anda untuk terus menghubungkan orang-orang dengan Kristus dan Gereja. Tuhan memberkati

renunganpagi.id 2024 -

Privacy Policy