Uskup Bogor
Cosmas Michael Angkur, OFM
Kepada seluruh umat Keuskupan Bogor yang terkasih,
Salam dan berkat apostolik
Saudara-saudari yang terkasih,
Masa prapaskah yang berlangsung selama 40 hari mempunyai dua makna pokok, yakni : pertama, untuk mempersiapkan para calon baptis yang akan menjadi warga Gereja melalui pertobatan dan persatuan dengan Kristus, dan bagi kita yang sudah dibaptis, untuk mengenang kembali pembaptisan yang telah kita terima. Kedua, untuk membina semangat tobat dan mengajak umat beriman untuk lebih rajin membaca Kitab Suci, mendengarkan Sabda Allah, lebih rajin berdoa, sehingga dengan jiwa yang dipersiapkan dengan baik dapat merayakan misteri paskah, hari kebangkitan Tuhan kita Yesus Kristus.
Saudara-saudari yang terkasih,
Masa Prapaskah ini kita awali dengan menerima abu yang dioleskan di dahi kita pada hari Rabu Abu. Menaruh abu pada dahi merupakan ungkapan simbolis bahwa kita semua adalah manusia yang rapuh, ”berasal dari abu dan akan kembali kepada abu”.
Diawal penampilan-Nya di muka umum, kita membaca kutipan ini : “Sesudah Yohanes ditangkap datanglah Yesus ke Galilea memberitakan Injil Allah. Kata-Nya : ”Waktunya telah genap; Kerajaan Allah sudah dekat. Bertobatlah dan percayalah kepada Injil” (Mrk 1:14-15).
“Datangnya Kerajaan Allah” adalah pokok pewartaan Yesus. Allah yangmaha besar, yang hadir di antara umat-Nya itulah yang kita namakan saat rahmat, tetapi juga kedatangan Allah yang mahabesar itu adalah sebuah peringatan bahkan ancaman bagi mereka yang tidak siap dan mempedulikannya, menutup diri bagiNya, dan hidup dalam keadaan dosa. Yesus Kristus adalah wujud nyata Allah yang hadir, yang sendiri menjadi pewarta Kerajaan Allah itu. Yesus adalah Allah yang hadir di tengah kita (Emmanuel) yang penuh kasih sayang dan peduli terhadap nasib manusia. Dalam hidup-Nya, Yesus mengajar, membuat banyak mujizat, menolong banyak orang sakit, kendati pun Ia ditolak, menderita sengsara dan akhirnya dihukum mati serta demi cinta-Nya kepada umat manusia, Ia rela mati di salib. Tetapi Allah membangkitkan-Nya dari alam maut dan dengan kebangkitan-Nya itu Ia menghantar umat manusia kepada kehidupan yang kekal.
Seruan ”bertobatlah dan percayalah kepada Injil” dialamatkan kepada kita juga maka sudah seharusnya menjadi alasan dan motivasi mengapa kita harus mengubah sikap, tingkah laku dan memperbarui diri.
Perayaan Rabu Abu memberikan semacam pegangan yang harus kita ikuti untuk melakukan pertobatan. Pertobatan yang benar menuntut cinta kasih yang tulus kepada Kristus, menuntut semacam penyangkalan diri (askese), disiplin diri, dan tidak menutup diri bagi kepentingan sesama. Askese rohani selalu berarti merubah sikap hidup : “Robeklah dulu hatimu jangan pakaianmu” (Yoel 2:13).
Selama masa Prapaskah ini kita semua diarahkan kepada tiga kegiatan penting yang patut kita lakukan, yaitu berdoa, beramal, dan berpuasa.
-
Yesus mengajarkan supaya kita berdoa dengan tulus hati “jangan berdoa seperti orang munafik yang mengucapkan doanya supaya dilihat orang dan bertele-tele” (bdk. Mat 6:5). Dapatkah kita mengambil tekad agar selama masa puasa ini kita rajin berdoa apalagi berdoa bersama di keluarga masing-masing, ikut dalam kegiatan di paroki, mengikuti Jalan Salib dan renungan-renungan di lingkungan.
-
Setiap masa Prapaskah mengundang kita untuk lebih solider berarti lebih peduli terhadap sesama terutama yang berkekurangan, yang sakit dan lemah melalui karya amal, berbagi dengan menyisihkan sedikit dari milik kita. Dalam hal ini pun Yesus memberikan nasehat : ”apabila engkau memberi sedekah berilah dengan tulus hati, jangan menggembar-gemborkan itu; janganlah diketahui tangan kirimu apa yang dilakukan tangan kananmu.” (bdk. Mat 6:23).
-
Dalam hal berpuasa, Yesus memberikan pedoman praktis bagaimana orang harus berpuasa yang mengantar dia kepada penyangkalan diri dengan kata-kata berikut “jangan berpura-pura, jangan pula supaya dilihat orang, tetapi apabila engkau berpuasa minyakilah kepalamu, cucilah mukamu supaya jangan dilihat orang bahwa engkau sedang berpuasa” (bdk Mat 16:17-18).
Saudara-saudari umat Keuskupan Bogor yang terkasih,
Dari tahun 2010 sampai tahun 2012 fokus perhatian keuskupan kita adalah keluarga. Pada tahun 2010 perhatian difokuskan pada relasi suami istri, orang tua / anak. Para suami istri diharapkan agar mereka, ditengah era globalisasi yang menantang ini tetap mempertahankan jati dirinya sebagai sebuah pasangan perkawinan katolik yang dilandasi pada cinta kasih dan kesetiaan suami istri. Sebagai orang tua, mereka harus menjadi contoh dan teladan cinta kasih serta guru iman bagi anak-anaknya.
Tahun 2011 perhatian kita difokuskan pada Orang Muda Katolik (OMK). Sejak tahun 2008 dan dilanjutkan pada tahun 2011, sejumlah kegiatan telah dilakukan dari tingkat keuskupan, dekenat, paroki sampai stasi-stasi. Melalui kegiatan-kegiatan itu kita memupuk kebersamaan antara Orang Muda Katolik sambil membekali mereka agar mampu mempersiapkan diri bagi masa depan serta kuat menghadapi tantangan jaman. Sejumlah pesan telah disampaikan kepada mereka antara lain : agar teguh mempertahankan iman katolik, hidup selaras dengan iman itu, dan bila akan menikah diharapkan mempersiapkan secara dini lagipula memilih pasangan seiman.
Pada tahun 2012 ini fokus perhatian kita adalah Anak-Anak dan Remaja. Bina Anak dan Remaja (BIA dan BIR) merupakan kewajiban kita semua mulai dari keluarga dan lembaga-lembaga (keuskupan, paroki, sekolah-sekolah) yang tidak dapat ditawar-tawar lagi. Lembaga-lembaga terkait telah ditugaskan untuk menyiapkan hal-hal yang penting bagi pembinaan dan perayaan Tahun Anak dan Remaja 2012 ini.
Marilah kita bersama-sama mengantar dan tidak menghalang-halangi anak-anak kita untuk datang kepada Yesus yang berseru kepada bapak, ibu, anak-anak juga ”biarkanlah anak-anak datang padaku dan jangan kamu menghalang-halangi mereka. Sebab orang-orang seperti itulah yang empunya Kerajaan Allah” (Luk 18:16).
Aksi Puasa Pembangunan Keuskupan Bogor tahun 2012 melanjutkan pesan Tahun Keluarga dengan tema ”Membangun Gaya Hidup Iman Anak dan Remaja Yang Misioner”.
Patutlah kita ingat bahwa mendidik anak adalah tugas pertama dan utama para orang tua. Kita tidak boleh menutup mata terhadap kesulitan-kesulitan dan tantangan-tantangan besar yang sedang menimpa generasi muda dewasa ini. Bagaimana kita harus mendidik mereka apalagi anak-anak yang sudah remaja dan menjelang dewasa, anak-anak yang nampaknya suka memberontak, mau bebas dan ingin berdiri sendiri? Kita para orang tua harus sabar dan penuh pengertian lagipula menghargai anak-anak bila menghadapi hal-hal seperti itu. Seperti dikatakan Konsili Vatikan II : keluarga katolik harus menampakkan hidup dan kehadiran Kristus penebus serta wajah Gereja yang sebenarnya. Dengan lain perkataan, setiap keluarga harus merupakan gereja mini, gereja domestik. Keluarga adalah wadah persekutuan iman, tempat subur bagi pertumbuhan iman anak. Bila di sana ada cinta kasih, kesatuan, dan keharmonisan (liturgia), bila keluarga itu merayakan iman dengan doa baik pribadi maupun bersama, bila keluarga itu mewujudkan pelayanan dengan penuh perhatian (diakonia), bila keluarga itu berani memberikan kesaksian tentang imannya (martyria) dan bila peduli pada pengetahuan agama anaknya dengan mengisahkan Yesus kepada mereka (kerigma).
Di dalam gereja mini itulah para bapak dan ibu selaku wakil Kristus menjadi pemimpin dan pendamping anak-anak yang menjadi anggotanya. Oleh karena itu para bapak dan ibu selalu bercermin pada Kristus sendiri bagaimana Ia mencintai Gereja-Nya, membimbing dan mendidik murid-murid-Nya; para bapak dan ibu pun tahu bagaimana harus mencintai keluarga, membimbing dan mendidik anak-anak yang bersama-sama mewujudkan Gereja Mini itu di tengah keluarga mereka. Selama masa Prapaskah ini para orang tua diharapkan mengatur acara berdoa bersama di tengah keluarga dan mengarahkan anak-anaknya untuk berdoa setiap hari sehingga mereka selalu dapat bertemu dengan Kristus yang pasti sedang menanti mereka juga. Selain itu mereka mengajarkan anak-anaknya untuk berkurban, berderma, dan memberi sedekah dengan murah hati kepada teman sebayanya yang mungkin sedang susah. Patut juga mereka diajak untuk berpantang sebisanya, membatasi jajan, nonton, menjauhkan mereka dari tayangan-tayangan kekerasan yang merusak mental, seperti juga mengajar mereka memanfaatkan alat komunikasi secara tepat dan benar. Dengan cara itu kita membangun dan mendidik anak-anak menuju iman anak yang mampu memberi kesaksian bagi sesamanya (misioner).
Akhirnya, marilah kita bersama-sama menyiapkan diri dengan berdoa, berpantang, dan perpuasa selama masa Prapaskah untuk menyongsong hari kebangkitan Kristus yang merupakan juga hari kebangkitan kita semua.
Moga-moga Santa Perawan Maria, Bunda Sang Juruselamat yang setia sampai pada hari kematian Anaknya, berdiri di kaki salib-Nya, menyertai anda sekalian dalam retret agung dan ziarah iman bersama ini.
Dikeluarkan di Bogor, 19 Februari 2012
Mgr. Michael Cosmas Angkur, OFM
Uskup Bogor
KETENTUAN PUASA DAN PANTANG
1. KETENTUAN
Sesuai dengan Kitab Hukum Kanonik kanon 1249 bahwa semua umat beriman kristiani wajib menurut cara masing-masing melakukan tobat demi hukum ilahi; tetapi agar mereka semua bersatu dalam suatu pelaksanaan tobat bersama, ditentukan hari-hari tobat, di mana umat beriman kristiani secara khusus meluangkan waktu untuk berdoa, menjalankan karya kesalehan dan amal kasih, menyangkal diri sendiri dengan melaksanakan kewajiban-kewajibannya secara lebih setia dan terutama dengan berpuasa dan berpantang menurut norma kanon-kanon berikut :
Kanon 1250 – Hari dan waktu tobat dalam seluruh Gereja ialah setiap hari Jumat sepanjang tahun, dan juga masa prapaskah.
Kanon 1251 – Pantang makan daging atau makan lain menurut ketentuan Konferensi Para Uskup hendaknya dilakukan setiap hari Jumat sepanjang tahun, kecuali hari Jumat itu kebetulan jatuh pada salah satu hari yang terhitung hari raya; sedangkan pantang dan puasa hendaknya dilakukan pada hari Rabu Abu dan pada hari Jumat Agung, memperingati sengsara dan wafat Tuhan kita Yesus Kristus.
Kanon 1252 – Peraturan pantang mengikat mereka yang telah berumur genap empat belas tahun; sedangkan peraturan puasa mengikat semua yang berusia dewasa sampai awal tahun ke enampuluh; namun para gembala jiwa dan orang tua hendaknya berusaha agar juga mereka, yang karena usianya masih kurang tidak terikat wajib puasa dan pantang, dibina ke arah cita-rasa tobat yang sejati.
2. PETUNJUK
a. Masa Prapaskah Tahun 2011 sebagai hari tobat berlangsung mulai hari Rabu Abu, tanggal 22 Februari 2012 sampai dengan Jumat Agung, tanggal 6 April 2012.
b. Pantang berarti tidak makan makanan tertentu yang menjadi kesukaannya dan juga tidak melakukan kebiasaan buruk, misalnya: marah, boros, dsb. Dan lebih mengutamakan dan memperbanyak perbuatan baik bagi sesama.
c. Puasa berarti makan kenyang tidak lebih dari satu kali dalam sehari
3. CARA MEWUJUDKAN PERTOBATAN
a. Doa
Selama masa Prapaskah hendaknya menjadi hari-hari istimewa untuk meningkatkan semangat berdoa, mendekatkan diri kepada Tuhan dengan tekun mendengarkan dan merenungkan sabda Tuhan serta melaksanakannya dengan setia.
b. Karya amal kasih
Pantang dan puasa selayaknya dilanjutkan dengan perbuatan amal kasih yakni membantu sesama yang menderita dan berkekurangan. Kami mengajak Anda sekalian untuk melakukan aksi nyata amal kasih baik pribadi maupun bersama-sama di lingkungan maupun wilayah.
c. Penyangkalan diri
Dengan berpantang dan berpuasa sesungguhnya kita meneladan Kristus yang rela menderita demi keselamatan kita. Kita mengatur kembali pola hidup dan tingkah laku sehari-hari agar semakin menyerupai Kristus.
4. HIMBAUAN
Selama masa Prapaskah, apabila akan melangsungkan perkawinan hendaknya memperhatikan masa tobat. Dalam keadaan terpaksa seyogyanya pesta dan keramaian ditunda.
Dikeluarkan di Bogor
19 Februari 2012
Mgr. Michael Cosmas Angkur, OFM
Uskup Bogor
* Surat Gembala dibacakan mulai hari Sabtu sebelum Rabu Abu.