| Home | Bacaan Harian | Support Renungan Pagi | Renungan Minggu Ini | Kisah Para Kudus | Katekese Iman Katolik | Privacy Policy |

CARI RENUNGAN

>

Gagasan Dasar Tema APP 2012 Keuskupan Agung Semarang “Katolik sejati harus peduli dan berbagi”!


Pengantar

Tema APP tahun 2011 adalah “Inilah Orang Katolik Sejati.” Tentu saja setelah tema tersebut didalami dalam pertemuan-pertemuan lingkungan, sekolah-sekolah sudah ditemukan beberapa butir yang dapat dijadikan pegangan untuk memberi kesaksian hidup di tengah umat dan masyarakat. Buah-buah yang diharapkan tumbuh dari pendalaman tema tersebut adalah ditemukannya kekhasan atau bahkan keunggulan sebagai orang katolik sejati. Dan rasanya sayang kalau buah-buah yang sudah ditemukan tersebut kemudian dilupakan. Maka pada tahun 2012 tema yang kita pilih adalah tema yang masih berkaitan erat dengan tema tahun 2011, yaitu “Katolik Sejati Harus Peduli dan Berbagi”.

Tema kali ini boleh dikatakan menjadi sebuah penegasan salah satu kekhasan sebagai orang katolik sejati, yakni sikap peduli dan kerelaan untuk berbagi. Semangat peduli dan berbagi ini sebenarnya sudah menjadi ciri khas murid-murid Yesus Kristus sejak Gereja Perdana (bdk. Kis 4:32-47). Bagaimana di zaman kita sekarang ini yang masih diwarnai korupsi dan keserakahan yang tak terkendali? Bagi kita sebagai murid-murid Yesus Kristus semangat berbagi dan membangun kepedulian kepada sesama merupakan konsekuensi atas panggilan kita sebagai pengikut Yesus Kristus. Maka dari itu membangun kepedulian dan berbagi kepada orang lain merupakan sebuah keharusan. letakkan di depan kaki rasul-rasul; lalu dibagi-bagikan kepada setiap orang sesuai dengan keperluannya. Demikianlah pula dengan Yusuf, yang oleh rasul-rasul disebut Barnabas, artinya anak penghiburan, seorang Lewi dari Siprus. Ia menjual ladang, miliknya, lalu membawa uangnya itu dan meletakkannya di depan kaki rasul-rasul.

Pokok-pokok permenungan

a. Hidup para pengikut Yesus Kristus (kumpulan orang yang telah percaya) mempunyai kekhasan. Kekhasan mereka adalah : sehati dan sejiwa; tidak mementingkan diri sendiri solidaritas (tidak seorangpun yang berkata bahwa sesuatu dari kepunyaannya adalah miliknya sendiri)

b. Buah dari cara hidup seperti itu adalah: keadilan (tidak ada seorang pun yang berkekurangan di antara mereka; masing-masing mendapat bagian sesuai dengan kebutuhannya). Jika ada keadilan pasti ada kesejahteraan (mereka semua hidup dalam kasih karunia yang melimpah-limpah).

c. Kekhasan hidup pengikut Yesus Kristus (Gereja Perdana) inilah yang tetap kita pertahankan sampai sekarang. Semangat solidaritas, mau berbagi kepada yang lain terutama yang membutuhkan menjadi gerakan mulia jika didasarkan pada semangat bela rasa. Semangat bela rasa kita didasarkan pada semangat belarasa Allah dalam diri Yesus Kristus yang tetap menjunjung tinggi dan mengutamakan kemanusiaan dan keadilan. Terutama nilai kemanusiaan dalam keutuhannya / hidup dalam kelimpahan (bdk. Yoh 10:10)

d. Sebagai warga Gereja kita diajak untuk tetap menjunjung tinggi nilai-nilai kemanusiaan dan keadilan tersebut didasarkan pada nilai-nilai iman. Maka dari itu kita membutuhkan prinsip-prinsip yang tegas dan kuat. Prinsip-prinsip tersebut terkait erat dengan moral kristiani.

d. Meningkatnya dan berkembangnya sistem kerjasama dalam gerakan kesejahteraan bersama sebagai ungkapan tanggungjawab bersama.

2. Latar Belakang Tema

Perjuangan untuk mewujudkan hidup sejahtera merupakan panggilan hidup dan tanggungjawab setiap pribadi manusia bersama lingkungan hidup setempat. Perjuangan hidup sejahtera dalam perjalanan hidup setiap pribadi manusia, khususnya mereka yang rentan sosial ekonominya menghadapi banyak tantangan dan kendala dalam proses perwujudannya. Kendala dan tantangan dewasa ini antara lain:

  • Ketidakmampuan dalam mencermati dan memahami arti serta makna hidup sejahtera yang benar Ketidakmampuan dalam menanggapi dengan cerdas pengaruh konsumerisme, khususnya media cetak dan elektronik Ketidakmampuan dalam memisahkan antara pemenuhan keinginan dan kebutuhan hidup sekarang ini dan besok
  • Ketidakmampuan dalam melihat dan menangkap peluang untuk membangun dan menghayati hidup sejahtera dalam keadilan dan kebenaran
  • Ketidakmampuan masyarakat pedesaan dan pinggiran kota akibat infrastruktur fisik dan sosial terbatas
  • Kepemimpinan publik kurang mengarus-utamakan kepentingan masyarakat
  • Kesenjangan sosial ekonomi yang tercipta karena ketidakadilan
  • Kendala dan tantangan tersebut menjadi tanggungjawab kita bersama sebagai warga Gereja dan masyarakat pada umumnya.
  • Gambaran akan tanggungjawab bersekutu diungkapkan dengan jelas oleh Santo Paulus bahwa Gereja adalah Tubuh Kristus (bdk. 1Kor 12:27).

Dalam menanggapi panggilan dan perutusannya, persekutuan gerejawi Katolik mengingat kembali suara kenabian dan tindakan nyata melalui St. Yohanes Krisostomus. Beliau menyatakan bahwa kekayaan menjadi milik beberapa orang agar mereka bisa memperoleh rahmat dengan membagi-bagikannya kepada orang miskin. Kekayaan adalah harta dari Allah dan harus dipergunakan dan disebarluaskan agar orang-orang yang berkekurangan pun boleh menikmatinya. Hal yang senada juga ditegaskan oleh Paus Benedictus XVI dalam ensiklik Deus Caritas Est. Dalam ensiklik tersebut ditegaskan bahwa “pelayanan kasih sebagai wujud berbagi adalah sekaligus pelayanan rohani manusiawi karena pelayanan kasih itu merupakan kuasa rohani yang menjalankan tanggung jawab mendasar Gereja yang adalah wujud kasih akan sesama” (Deus Caritas Est no.21). Kasih akan diri sendiri, keluarga, komunitas, masyarakat serta lingkungan hidup mempunyai tujuan untuk memperbaiki diri, keluarga, komunitas, masyarakat dan lingkungan hidup serta mengambil langkah-langkah konkret untuk mewujudkannya demi hidup sejahtera bersama (bdk. Caritas in Veritate no.7 dan 13).

3. Misi Tema APP 2012: Perutusan Bersama

Melakukan Penyadaran: Melalui aneka macam cara kita perlu menumbuhkan kesadaran diri sebagai putra-putri Allah. Kita semua diundang untuk berpartisipasi dan memberi sumbangsih dalam karya penciptaan guna memenuhi hidup sejahtera.

Melakukan Pembaharuan Komitment: penyadaran yang dilakukan akan menumbuhkan pembaharuan cara hidup yang mendalam dan di dalam membangun dan mengembangkan iman yang terungkap dalam perbuatan baik.

Melakukan Pembaharuan Bersama: kesadaran bahwa setiap orang beriman Katolik adalah anggota keluarga Allah dan juga anggota Tubuh Kristus yang satu dan hidup. Dalam mensikapi cara hidup dalam kebersamaan, umat beriman perlu menghayati perutusan solidaritas kristiani. Kesediaan membangun kebersamaan sejahtera akan mewujudkan cita-cita Kristus untuk selalu hidup dalam persekutuan dan persaudaraan.

Melakukan Pembangunan dan Pengembangan Kerjasama dan Jejaring: kesadaran bahwa hidup manusia tidak sendirian. Ia hidup bersama dengan orang lain. Maka dari itu undangan Tuhan untuk membangun kerjasama dengan semua pihak dan bahkan alam harus ditanggapi dengan penuh syukur.

Melakukan Penataan dan Pemajuan Wadah Kerjasama: kesadaran akan Sabda Tuhan bahwa “dua atau tiga orang berkumpul atas nama-Ku, maka Aku hadir di tengah-tengah mereka”...yang telah terungkap dalam hidup persekutuan (lingkungan, wilayah, paroki, KBG) harus terus-menerus ditata secara integratif antara hidup rohani dan jasmani. Cara hidup persekutuan tersebut mengarah kepada menata dan memajukan kemampuan dan ketrampilan hidup sosial ekonomi.

4. Kaitan Katolik Sejati dan Kesejahteraan dalam Konteks KAS Alinea ke-2 ARDAS KAS 2011-2015 menyatakan bahwa “Dalam masyarakat Indonesia yang sedang berjuang menuju tatanan hidup baru yang adil, damai, sejahtera, dan demokratis, umat Allah berperan secara aktif mengembangkan habitus baru berdasarkan semangat Injil dengan beriman mendalam dan tangguh, serta ambil bagian mewujudkan kesejahteraan umum.” Pernyataan ini menjadi sebuah penegasan bahwa umat Allah KAS dipanggil untuk mewujudkan kesejahteraan. Umat Allah KAS ingin berperan serta dalam usaha-usaha yang mulia itu.

Kesejahteraan hidup manusia bisa terwujud bila kebutuhankebutuhan dasar manusia, yaitu pangan, sandang, papan, pendidikan dan kesehatan terpenuhi. Kalau konsep atau gambaran tentang kesejahteraan ini dibaca dalam konteks pemenuhan salah satu kebutuhan dasar hidup, yaitu pangan maka panggilan untuk mewujudkan kesejahteraan merupakan sebuah keharusan. Hal ini secara tegas dinyatakan oleh Yesus kepada murid-murid-Nya sebagaimana diceritakan dalam Mat 14:13-21. Banyak orang terus mengikuti Yesus. Sampai menjelang malampun mereka tetap mengikuti Yesus. Para murid menjadi khawatir dan gelisah sebab tempat mereka berkumpul itu sunyi. Mereka mengatakan kepada Yesus supaya orang banyak itu pergi dan mencari makanan di desa- desa (bdk. ay 15). Namun Yesus menegaskan “Tidak perlu mereka pergi, kamu harus memberi mereka makan.” (Mat 14:16).

Terinspirasi dari teks Mat 14:13-21 tersebut, melalui pendalaman APP tahun 2012 kita akan melanjutkan permenungan kita mengenai kesejatian orang katolik. Ada banyak ciri yang menunjukkan kekatolikan. Misalnya saja semangat nasionalisme yang tampak dalam diri tokoh-tokoh seperti Mgr Albertus Soegijapranata, Agustinus Adisutjipto, Ignatius Slamet Riyadi, Ignatius Joseph Kasimo dll. Atau semangat kerasulan dalam pewartaan iman seperti Barnabas Sarikromo dan tokoh-tokoh lainnya. Kita barangkali harus menunggu lama hadirnya kembali tokoh-tokoh seperti itu.

Kita sendiri dalam konteks kehidupan yang sederhana dapat mewujudkan katolik sejati kita dengan kerelaan berbagi kepada sesama kita.

Sebagaimana dalam Injil Matius yang dikutip di atas, semangat berbagi diawali dengan hal yang sederhana, yakni lima roti dan dua ikan. Ini menegaskan bahwa tidak ada alasan untuk tidak berbagi karena tidak mempunyai sesuatu yang lebih. Meskipun kita mempunyai sedikit namun kita tetap bisa berbagi. Kisah persembahan janda miskin (Luk 21:41-44) kiranya merupakan contoh yang tepat yang menunjukkan semangat berbagi.

Dalam keterbatasan bahkan dalam kekuranganpun kita masih dapat berbagi dan berbuat kebaikan bagi orang lain. Semangat berbagi ini terus menerus digulirkan di KAS. Konggres Ekaristi I tahun 2008 juga menekankan semangat berbagi. Tentu masih ada banyak gerakan yang tumbuh di kalangan umat basis yang menampakkan semangat berbagi ini sebagai sebuah perwujudan iman. Misalnya saja gerakan menyisihkan uang jajan bagi anak-anak sekolah dasar sebagai bentuk kepedulian kepada teman-teman yang tidak mampu sekolah.

Kebijakan-kebijakan di KAS ini juga selalu menampakkan kepedulian kepada orang miskin dan mendorong umat untuk selalu terlibat dalam mengatasi masalah sosila ekonomi. Dana papa miskin yang semula 10% dinaikkan menjadi 15%. Selain itu di beberapa paroki juga tumbuh dengan subur aneka macam cara untuk membantu sanak saudara yang berkekurangan. Semangat berbagi dan peduli telah mendarah daging dalam kehidupan umat. Dan memang inilah salah satu kekhasan hidup kita sebagai murid-murid Yesus Kristus. Yesus Kristus hadir di tengah-tengah umat dan membagikan kebaikan Allah sendiri dengan sabda dan karya-Nya. Yesus datang supaya semua orang mempunyai hidup dan mempunyainya dalam kelimpahan (bdk. Yoh 10:10)

5. Pendasaran teologis

Prinsip Gereja adalah preferential option with the poor. Prinsip inilah yang diperjuangkan bersama dalam kehidupan masyarakat. Semangat dasar ini diambil dari semangat Yesus Kristus sendiri yang juga memperhatikan serta mengutamakan yang kecil dan tak berdaya, ”Aku datang bukan untuk orang yang sehat, melainkan orang yang sakit.” Prinsip ini mau mengatakan bahwa kesejahteraan bersama akan terwujud bila ada usaha nyata memberi perhatian pada mereka yang lemah, miskin, tersingkir dan difabel. Tanpa itu kesenjangan sosial yang semakin tajam akan dialami masyarakat.

1 Perhatian dan kepedulian Gereja terhadap mereka yang miskin tersebut tentu bersumber dari hidup Yesus sendiri. Yesus hadir mewartakan dan mewujudkan Kerajaan Allah. Kerajaan Allah adalah Allah sendiri yang meraja, kuasa dan belas kasih Allah yang menyelamatkan manusia.

Dari pihak manusia, Kerajaan Allah adalah peristiwa, iklim atau suasana, dimana manusia menerima Allah sebagai yang menentukan dalam mengatur hidupnya baik secara perorangan maupun secara sosial. Demikianlah Kerajaan Allah menjadi pokok pemakluman Yesus.

Warta dan perwujudan Kerajaan Allah oleh Yesus menjadi kabar gembira bagi mereka yang miskin dan tertindas. Dalam Kitab Suci dengan mudah akan kita temukan bagaimana perhatian Yesus yang begitu besar terhadap mereka yang miskin dan tertindas. Ambil contoh misalnya sabda bahagia Mat 5:3, “Berbahagialah orang yang miskin di hadapan Allah, karena merekalah yang empunya Kerajaan Sorga.” Orang-orang yang mendapat perhatian Yesus adalah orang-orang miskin, buta, lumpuh, pincang, kusta, lapar, sengsara (=mereka yang menangis). Yesus biasanya menyebut mereka sebagai orang-orang miskin atau orang-orang kecil.

2 Jika berbicara tentang warta kabar gembira tentang Kerajaan Allah yang dilakukan oleh Yesus, ada tiga teks penting dari Kitab Yesaya yang pantas diperhatikan:

3 Pada waktu itu orang-orang tuli akan mendengar perkataan-perkataan sebuah kitab, dan lepas dari kekelaman dan kegelapan mata. Orang-orang buta akan melihat. Orang-orang yang sengsara akan tambah bersuka ria di dalam Tuhan, dan orang-orang miskin di antara manusia akan bersorak-sorai di dalam Yang Mahakudus, Allah Israel! (Yes 29:18-19)

Pada waktu itu mata orang-orang buta akan dicelikkan, dan telinga orang-orang tuli akan dibuka. Pada waktu itu orang lumpuh akan melompat seperti rusa, dan mulut orang bisu akan bersorak-sorai (Yes 35:5-6)

Roh Tuhan Allah ada padaku, oleh karena Tuhan telah mengurapi aku; Ia mengutus aku untuk menyampaikan kabar baik kepada orang-orang sengsara, dan merawat orang-orang yang remuk hati, untuk memberikan pembebasan kepada orang-orang tawanan, dan kepada orang-orang yang terkurung kelepasan dari penjara (atau: untuk mewartakan penglihatan baru kepada yang buta dan membebaskan yang terkurung dan memberitakan tahun rahmat Tuhan (Yes 61:1-2).

Konsili Vatikan II dalam dokumen Kerasulan Awam juga menegaskan perlunya perhatian terhadap mereka yang lemah. Pada artikel 8 dokumen tersebut dikatakan: Di mana saja ada orang yang berkekurangan makanan dan minuman, pakaian, perumahan, obat-obatan, pekerjaan, pendidikan, kemudahan yang diperlukan untuk hidup yang benar-benar manusiawi; di mana saja ada orang yang tersiksa karena kesehatannya yang rapuh, yang menderita karena dibuang dan ditahan, di situ cinta kasih kristiani harus mencari dan menemukan mereka, menghibur mereka dengan perhatian intensif serta meringankan beban mereka dengan memberi bantuan.

Dasar teologis tersebut di atas jelas sekali menunjukkan bahwa keterlibatan Gereja dalam berbagai gerakan sosial, terutama perhatiannya kepada orang-orang miskin merupakan perwujudan iman. Di sini tampak sekali adanya hal mendasar yang menjadi ciri khas gerakan sosial Gereja. Gerakan sosial Gereja mempunyai kekhasan karena dilandasi iman. Gerakan tersebut juga merupakan bentuk perwujudan kasih kepada sesama. Yang mendorong Gereja untuk memilih dan mengutamakan yang lemah, miskin, tersingkir dan difabel adalah semangat hidup Yesus yang mengasihi dan berbela rasa kepada mereka yang lemah dan menderita. Dengan demikian menjadi semakin jelas bahwa Gereja mau menampakkan wajah sosialnya dengan landasan yang jelas, yaitu bela rasa Allah dalam diri Yesus.

Selain didasarkan pada semangat hidup Yesus dan ajaran dari para Bapa Konsili, semangat untuk memperhatikan yang berkekurangan juga ditegaskan dalam kanon 1254 § 2. Dalam kanon tersebut dengan tegas dinyatakan bahwa harta benda gereja dikelola untuk mencapai tujuan-tujuan yang khas. Adapaun tujuan-tujuan yang khas itu terutama ialah: mengatur ibadat ilahi, memberi sustentasi yang layak kepada para klerus serta pelayan-pelayan lain, melaksanakan karya-karya kerasulan suci serta karya amal kasih, terutama terhadap mereka yang berkekurangan.

Berdasarkan hal-hal di atas Gereja Keuskupan Agung Semarang selalu menekankan perlunya perhatian terhadap mereka yang lemah, miskin, tersingkir dan difabel. Perhatian kepada mereka senantiasa ditampakkan dalam Arah Dasar KAS. Dalam Arah Dasar 2011-2015 ditegaskan:

Umat Allah Keuskupan Agung Semarang sebagai persekutuan paguyuban-paguyuban murid-murid Yesus Kristus, dalam bimbingan Roh Kudus, berupaya menghadirkan Kerajaan Allah sehingga semakin signifikan dan relevan bagi warganya dan masyarakat.
Dalam masyarakat Indonesia yang sedang berjuang menuju tatanan hidup baru yang adil, damai, sejahtera, dan demokratis, umat Allah berperan secara aktif mengembangkan habitus baru berdasarkan semangat Injil dengan beriman mendalam dan tangguh, serta ambil bagian mewujudkan kesejahteraan umum. Langkah pastoral yang ditempuh adalah pengembangan umat Allah, terutama optimalisasi peran kaum awam, secara berkesinambungan dan terpadu dalam perwujudan iman di tengah masyarakat; pemberdayaan kaum kecil, lemah, miskin, tersingkir, dan difabel; serta pelestarian keutuhan ciptaan. Langkah tersebut didukung oleh tata penggembalaan yang sinergis, mencerdaskan dan memberdayakan umat Allah, serta memberikan peran pada berbagai karisma yang hidup dalam diri pribadi maupun kelompok.
Umat Allah Keuskupan Agung Semarang dengan tulus, setia, dan rendah hati bertekad bulat melaksanakan upaya tersebut, dan mempercayakan diri pada penyelenggaraan ilahi seturut teladan Maria, hamba Allah dan bunda Gereja.
Allah yang memulai pekerjaan baik di antara kita akan menyelesaikannya (bdk. Flp 1:6)


Apa yang dicita-citakan umat Allah KAS tentu sebagai perwujudan untuk menjadi murid-murid Yesus Kristus seutuhnya. Sebagai murid-murid Yesus kita diajak untuk semakin dewasa dalam iman. Salah satu ciri pribadi orang dewasa adalah kepekaan terhadap kebutuhan orang, peduli dan berbagi. Yesus Kristus datang untuk menyampaikan kabar baik kepada orang-orang miskin (bdk. Luk 4: 18) dan mewujudkan Kerajaan Allah. Maka dari itu umat Allah KAS, sebagai paguyuban murid-murid Yesus Kristus, sudah sepatutnya mewujudkan Kerajaan Allah dalam kehidupan zaman sekarang.


.....................................................



Semarang, 20 Oktober 2011

Alexius Dwi Aryanto, Pr

Ketua Panitia APP KAS

renunganpagi.id 2024 -

Privacy Policy