Hari Biasa Pekan II Prapaskah
Antifon Pembuka (Mzm 139:23-24)
Ya Tuhan, ujilah dan selidiki jalanku. Periksalah batinku dan bimbinglah aku di jalan menuju hidup abadi.
Doa
Ya Tuhan, betapa kecil dan rapuh iman kami kepada-Mu. Kirimkanlah kepada kami orang-orang yang benar dan saleh sehingga kami dapat belajar dari mereka bagaimana berpasrah kepada-Mu. Karena Engkaulah Tuhan dan pengantara kami. Amin.
Bacaan dari Kitab Yeremia (17:5-10)
Syukur kepada Allah.
Mazmur Tanggapan, do = g, 2/4, PS 840
Ayat. (Mzm 1:1-2.3.4.6; R: Mzm 40:5a)
1. Berbahagialah orang yang tidak berjalan menurut nasihat orang fasik yang tidak berdiri di jalan orang berdosa, dan yang tidak duduk dalam kumpulan kaum pencemooh; tetapi yang kesukaannya ialah hukum Tuhan, dan siang malam merenungkannya.
2. Ia seperti pohon yang ditanam di tepi aliran air, yang menghasilkan buah pada musimnya; daunnya tak pernah layu, dan apa saja yang diperbuatnya berhasil.
3. Bukan demikianlah orang-orang fasik; mereka seperti sekam yang ditiup angin. Sebab Tuhan mengenal jalan orang benar, tetapi jalan orang fasik menuju kebinasaan.
Bait Pengantar Injil, do = bes, 4/4, PS 965
Ref. Terpujilah Kristus Tuhan, Raja mulia dan kekal.
Ayat. Berbahagialah orang, yang setelah mendengar firman Tuhan, menyimpannya dalam hati yang baik dan menghasilkan buah dalam ketekunan.
Inilah Injil Yesus Kristus menurut Lukas (16:19-31)
Sekali peristiwa Yesus berkata kepada murid-murid-Nya, "Ada seorang kaya yang selalu berpakaian jubah ungu dan kain halus, dan setiap hari ia bersukaria dalam kemewahan Dan ada seorang pengemis bernama Lazarus, badannya penuh dengan borok, berbaring dekat pintu rumah orang kaya itu, dan ingin menghilangkan laparnya dengan apa yang jatuh dari meja orang kaya itu. Malahan anjing-anjing datang dan menjilat boroknya. Kemudian matilah orang miskin itu, lalu dibawa oleh malaikat-malaikat ke pangkuan Abraham.Orang kaya itu juga mati, lalu dikubur. Dan sementara ia menderita sengsara di alam maut ia memandang ke atas, dan dari jauh dilihatnya Abraham, dan Lazarus duduk di pangkuannya. Lalu ia berseru, katanya: Bapa Abraham, kasihanilah aku. Suruhlah Lazarus, supaya ia mencelupkan ujung jarinya ke dalam air dan menyejukkan lidahku, sebab aku sangat kesakitan dalam nyala api ini. Tetapi Abraham berkata: Anak, ingatlah, bahwa engkau telah menerima segala yang baik sewaktu hidupmu, sedangkan Lazarus segala yang buruk. Sekarang ia mendapat hiburan dan engkau sangat menderita. Selain dari pada itu di antara kami dan engkau terbentang jurang yang tak terseberangi, supaya mereka yang mau pergi dari sini kepadamu ataupun mereka yang mau datang dari situ kepada kami tidak dapat menyeberang. Kata orang itu: Kalau demikian, aku minta kepadamu, bapa, supaya engkau menyuruh dia ke rumah ayahku, sebab masih ada lima orang saudaraku, supaya ia memperingati mereka dengan sungguh-sungguh, agar mereka jangan masuk kelak ke dalam tempat penderitaan ini. Tetapi kata Abraham: Ada pada mereka kesaksian Musa dan para nabi; baiklah mereka mendengarkan kesaksian itu. Jawab orang itu: Tidak, bapa Abraham, tetapi jika ada seorang yang datang dari antara orang mati kepada mereka, mereka akan bertobat. Kata Abraham kepadanya: Jika mereka tidak mendengarkan kesaksian Musa dan para nabi, mereka tidak juga akan mau diyakinkan, sekalipun oleh seorang yang bangkit dari antara orang mati."
Berbahagialah orang yang mendengarkan sabda Tuhan dan tekun melaksanakannya.
U. Sabda-Mu adalah jalan, kebenaran dan hidup kami.
Renungan
Melalui warta Injil hari ini, kita disuguhi kisah orang kaya dan Lazarus si miskin. Di dunia, orang kaya ini hidup dalam kemewahan, sedangkan Lazarus menderita. Si kaya tidak peduli dengan keadaan Lazarus. Dia begitu mengandalkan kekuatan dan harta bendanya. Sedangkan Lazarus tidak punya andalan apa-apa selain Tuhan. Setelah keduanya mati, keadaan berputar 180 derajat. Orang kaya itu masuk ke dalam penderita kekal, sedangkan Lazarus mengalami kebahagiaan abadi. Apa yang salah dengan si kaya itu? Kesalahannya bukan terletak pada kekayaannya, tetapi pada sikapnya yang keliru terhadap harta benda. Dia begitu mengagungkan harta duniawi sehingga mengabaikan Tuhan dan sesama, terutama yang menderita.
Bacaan I dengan tegas pula menandaskan hal ini, ”Terkutuklah orang yang mengandalkan manusia…. Diberkatilah orang yang mengandalkan Tuhan”. Tanda bahwa kita mengandalkan Tuhan antara lain terwujud dalam sikap rela berbagi dengan sesama, peduli, dan berlaku adil.
Ya Tuhan Yesus, terima kasih karena Engkau rela berbagi denganku, bahkan rela menyerahkan nyawa-Mu untuk keselamatanku. Ajarilah aku untuk senantiasa bersandar pada-Mu dan rela berbagi dengan sesama. Amin.