MARET 2012
Bersatu dalam Ekaristi, Diutus untuk Berbagi
Keluarga-keluarga terkasih di Keuskupan Agung Jakarta,
Akhirnya kita memasuki masa penuh rahmat, masa prapaskah, yang selalu menjadi masa permenungan dan pertobatan. Masa prapaskah tahun ini mempunyai keistimewaan, karena kita bersama merenungkannya dalam perayaan umum Tahun Ekaristi bersama seluruh keluarga di Keuskupan Agung Jakarta kita. Tema “Bersatu dalam Ekaristi, Diutus untuk Berbagi” adalah tema mendalam yang telah diusulkan kepada kita semua untuk merenungkannya. Kita memasuki saat-saat istimewa, saat retret agung merenungkan kehadiran Tuhan dalam Ekaristi yang mengajak kita juga untuk berbagi.
Pertobatan selalu berawal dari kesadaran diri yang ingin “diperbarui”. Kesadaran ini sesuatu yang sangat wajar, manusiawi dan normal, sebagai orang beriman yang terus dan selalu sedang bertumbuh ke arah kesempurnaan Kristiani. Kita menyadari bahwa hidup kita belumlah sempurna, maka kita mengingat bahwa kita sangat membutuhkan Tuhan yang hadir dan menyempurnakannya.
Hidup memang sebuah perjalanan panjang, sepanjang nafas, yang membutuhkan Pencipta-Nya untuk turut campur tangan membenahi dan membentuknya kembali agar semakin mendekati harapan Allah. cara Allah membaharui kita adalah melalui pengalaman paling pribadi, pengalaman sehari-hari dan paling menyentuh kita, teristimewa melalui pengalaman dalam keluarga. Betapa keluarga selalu menjadi tempat paling indah untuk kita menemukan suara Tuhan yang selalu sedang membarui itu.
Adakalanya hidup menjadi terlalu biasa, ketika suami atau ayah bekerja dan pekerjaannya menjadi rutinitas. Juga, ketika isteri atau ibu merasakan hidup yang tanpa masalah, berjalan normal dan tanpa persoalan. Anak-anak yang baik, pendidikan yang cukup dan tanpa kesulitan menjadikan hidup terasa “ “aman-aman” dan mungkin “adem-ayem”. Dalam situasi seperti ini, rupanya Allah bisa bekerja melalui rasa bahagia, nyaman, tentram, atau sedikit mengalami kebosanan karena “datar”-nya kehidupan. Saat itu, Allah bekerja melalui situasi yang serba nyaman dengan menghadirkan kerinduan dan kebutuhan untuk suatu yang baru dan menyemangati.
Ketika persoalan dalam keluarga kita terasa membelit dan membuat kita tak dapat “bergerak” atau bahkan merasa putus asa, Allah hadir melalui karya kasih-Nya dalam saudara-saudari yang menjadi perpanjangan tangan-Nya. Sedemikian dekatnya Allah dengan kehidupan kita, sehingga terasa Ia ada meskipun persoalan kita begitu berat. Ia nampak dalam keberadaan saudara-saudari yang prihatin dan tergerak untuk menolong kita. Keputusasaan kita berubah menjadi suatu pernyataan, “Kalau satu pintu tertutup, Tuhan pasti masih membuka pintu lainnya.” Semua karena saudara-saudari kita yang membukakannya buat kita.
Memang Allah hadir dalam hidup ini juga melalui orang lain. Dan mereka telah menjadi sesama kita. Sangat indah kalau kita beserta seluruh keluarga juga menyadari bahwa kita juga bisa menjadi sesama melalui perbuatan yang sama, yang berkeprihatinan dan yang berwawasan sosial. Allah bisa hadir dan dihadirkan melalui kita..! Ini luar biasa..! terpujilah Allah yang telah menciptakan kita dengan segala kelebihan dan keterbatasan. Ia telah menjadikan kita satu sama lain “sesama”. Ia membentuk dunia ini agar dibangun dengan kebersamaan yang saling meneguhkan itu.
Perjuangan untuk menjadi “baru” melalui permenungan dan pertobatan hanya akan menjadi nyata kalau banyak orang mengakuinya, bukan hanya kita akui sendiri. Merasa baik belumlah cukup untuk menjadi tolok ukur keberhasilan suatu aksi prapaskah. Ujian kita ada pada mereka yang berada di sekitar kita. Melalui pasangan yang merasa makin “nyaman” dan “dekat”; melalui anak-anak yang merasakan “kehadiran” dan cinta ayah ibunya lebih banyak; melalui ayah ibu yang bersyukur karena mempunyai anak-anak yang bertanggung jawab dan beriman, berbagi menjadi saat istimewa yang menyenangkan dan membawa sukacita dalam keluarga.
Setiap keluarga mendapatkan kisah kehidupannya. Kita juga menerima peristiwa hidup sebagai cara Tuhan mendidik. Marilah bersama Ekaristi yang kita terima setiap hari, kita pun menggalang niat untuk menciptakan lingkungan, tempat di mana Tuhan menempatkan kita, di sekitar kita, menjadi tempat yang semakin baik. Bagikanlah pikiran positif sebagai ganti rasa curiga, iri hati, dendam, serakah dan lain-lain. Pikirkanlah apa yang dibutuhkan orang-orang terkasih di rumah, barangkali mereka sudah lama tidak ikut perayaan Ekaristi; jarang berdoa sebelum makan atau sebelum tidur; tidak bicara lagi dengan Anda atau dengan anggota keluarga lainnya. Lebih luas lagi, perhatikanlah pembantu rumah tangga yang bekerja di rumah. Lihatlah tetangga sekitar yang barangkali sangat menderita dengan situasi rumah tangga yang tidak harmonis atau berjuang dengan kemiskinannya.
Keluarga-keluarga di Jakarta terkasih, betapa nikmatnya hidup dalam iman kepada Yesus Kristus. Laksana perkataan dalam mazmur 34:8 (-9): “Kecaplah dan lihatlah, betapa baiknya TUHAN itu! Berbahagialah orang yang berlindung pada-Nya!”. Setiap saat kita bisa menikmati kehadiran Tuhan dengan cuma-cuma melalui perayaan Ekaristi. Yesus yang selalu membagi berkat dalam kehadiran-Nya, atau melalui permenungan dan keterlibatan kita dalam Ekaristi. Dalam pimpinan Roh Kudus, kita temukan Dia yang memberi kita pembaruan dan sukacita baru setiap hari. Bukanlah Tuhan kita akan lebih bersukacita lagi jika kita meneruskan “penemuan” rohani itu kepada sesama kita dalam aksi berbagi yang nyata?
Mari mengajak dan mengajari anak-anak kita bersikap dan berkegiatan sosial. Pada saat berpuasa dan berpantang, mereka bisa belajar untuk berbagi melalui penyisihan uang jajan atau menyisihkan uang belanja yang biasa dipakai untuk membeli makanan yang saat ini kita pantangkan. Kita semua selalu sedang belajar untuk semakin menjadi sempurna. Semoga masa prapaskah sungguh menjadi masa retret agung yang disyukuri semua orang, sebab ada lebih banyak lagi yang diselamatkan melalui suasana saling berbagi. Tuhan memberkati kita semua.
Salam dalam Yesus, Maria, dan Yusuf
Rm. Alexander Erwin MSF