MINGGU PASKAH IV – Minggu Panggilan
Minggu, 29 April 2012
Hari
ini Gereja merayakan hari Minggu Paskah IV. Dalam
kesatuan dengan Gereja Universal, hari ini juga merupakan Hari Minggu
Panggilan ke-49. Kita diajak
untuk bersyukur kepada Tuhan atas anugerah panggilan hidup sebagai imam, bruder
dan suster yang melengkapi kharisma dan karya pelayanan dalam Gereja. Inilah
yang dinyatakan dalam tema Minggu Panggilan tahun ini, “Panggilan sebagai
anugerah kasih Allah”. Seraya menyukuri anugerah panggilan, kita juga diajak
untuk memberi perhatian pada panggilan hidup sebagai imam, bruder dan suster,
baik melalui doa maupun derma. Derma yang dimaksud di sini, tidak dibatasi pada
derma dalam bentuk uang untuk pendidikan calon imam, bruder dan suster tetapi
juga “derma” anak-cucu untuk menjadi imam, bruder dan suster.
Dalam konteks nasional, pada hari Minggu Paskah IV
ini, kita juga diajak untuk memberi perhatian pada dunia pendidikan kita.
Ajakan ini terkait dengan peringatan Hari Pendidikan Nasional pada tanggal 2
Mei yang akan datang. Salah satu seruan yang disampaikan oleh Bapak Uskup Agung
Semarang dalam Surat Gembala Hari Pendidikan Nasional adalah agar kita sungguh
menjadikan dunia pendidikan sebagai media untuk mendidik anak-anak menjadi manusia
yang utuh. Manusia yang beriman dan berilmu, berakal dan tawakal, berkarakter,
mempunyai kompetensi akademik, hati nurani dan kepedulian.
Sementara itu, dalam konteks lokal Keuskupan Agung
Semarang, hari ini juga merupakan Novena Persiapan Kongres Ekaristi Keuskupan
II untuk hari yang ke-2 sekaligus pembukaan Bulan Katekese Liturgi. Tema Novena
di hari-2 ini adalah “Dipanggil untuk berbagi hidup” sebagaimana Kristus, Sang
Gembala baik merelakan nyawa-Nya untuk domba-domba-Nya.
Bacaan Injil yang kita dengarkan pada hari ini memang
berbicara mengenai Gembala yang baik. Gembala yang baik tidak hanya mengenal
domba-dombanya dan dikenal oleh domba-dombanya tetapi memberikan nyawa-Nya bagi
domba-domba-Nya. Kristus telah melaksanakan peng-Gembala-an yang baik ini
melalui pengorbanan diri-Nya di kayu salib demi keselamatan kita. “Dan
keselamatan tidak ada di dalam siapa pun juga selain di dalam Dia” (Kis 4:12),
sebagaimana diyakini dan diwartakan oleh St. Petrus.
Pada zaman sekarang, pengorbanan diri Kristus demi
keselamatan kita tersebut, selalu dikenang dan dihadirkan dalam Perayaan
Ekaristi. Sebab, “Dalam misteri korban Ekaristi, saat para imam melaksanakan
tugas utama mereka, karya penebusan kita, terus-menerus diwujudkan” (PO 13).
Jadi, melalui Perayaan Ekaristi, kita mengenang dan menghadirkan kembali saat Kristus
mengorbankan diri-Nya, yakni saat Dia menyerahkan Tubuh-Nya seraya berkata “Inilah
Tubuh-Ku yang diserahkan bagimu” dan saat Dia menumpahkan darah-Nya seraya
berkata “Inilah Darah-Ku … yang ditumbahkan bagi kamu … demi pengampunan dosa”
(= demi keselamatan kita).
Kenangan akan pengurbanan diri Kristus dalam Ekaristi
ini sangat berkaitan erat dengan panggilan hidup menjadi imam. Sebab, hanya
imamlah yang dapat dan boleh memimpin Ekaristi secara sah. Inilah yang
dinyatakan oleh Paus Yohanes Paulus II, “Saya ingin menegaskan
kembali dengan penuh keyakinan dan sukacita rohani yang mendalam bahwa para
imam di atas segala-galanya adalah manusia Ekaristi” (1993).
Menurut Sri Paus yang pada tanggal 1 Mei 2011 yang lalu diangkat
menjadi Beato, Ekaristi adalah raison d’être imamat (Dominicae
Cenae 2). Ekaristi adalah alasan
adanya imamat! “Tidak dapat ada Ekaristi tanpa imamat, sebagaimana juga
tidak dapat ada imamat tanpa Ekaristi”.
Namun, kendati tugas utama para imam adalah
mempersembahkan korban Ekaristi, tentu saja tidak boleh dibatasi hanya itu saja.
Imam bukanlah tukang misa. Masih ada
pelayanan sakramen-sakramen yang lain, juga aneka doa dam pemberkatan. Imam juga
mempunyai tugas pokok untuk mewartakan/mengajarkan sabda Allah dan ajaran-ajaran
Gereja. Yang terakhir, seorang imam juga mempunyai tugas untuk menggembalakan
umat beriman dengan pola penggembalaan Kristus, Sang Gembala Baik, yakni
mengenal domba-dombanya dan rela berkorban untuk mereka. Adanya aneka macam
pendataan akhir-akhir ini, sebenarnya bertujuan melengkapi kunjungan-kunjungan
pastoral sehingga para imam dan Dewan Paroki sungguh mengenal situasi umat dan dapat
memberikan pelayanan yang sesuai dan menjawab kebutuhan umat.
Marilah pada Hari Minggu Panggilan ini, seraya
bersyukur atas anugerah kasih Tuhan yang memanggil para imam (dan bruder serta
suster) untuk mengabdikan diri secara khusus kepada Tuhan dalam melayani umat,
kita juga berdoa agar semakin banyak umat, terlebih kaum muda yang mau membuka
hati untuk menanggapi panggilan Tuhan ini. Ajakan ini sangat relevan
disampaikan bagi kita semua yang tentu saja mengharapkan agar 50 tahun yang
akan datang masih ada imam-imam muda yang memimpin Ekaristi, melayani
sakramen-sakramen dan aneka macam doa serta pemberkatan. Selain itu, jangan
lupa berdoa bagi yang sudah menanggapi panggilan sebagai imam, bruder, suster,
agar kami dan mereka semua setia dalam panggilan serta dapat menjadi
gembala-gembala yang baik seturut teladan Kristus, Sang Gembala Baik.
Rm. Ag. Agus Widodo, Pr