HARI RAYA KENAIKAN TUHAN
Kamis, 17 Mei 2012
Kis 1:1-11; Ef 4:1-13; Mrk 16:15-20
Pesan terakhir dari seseorang dalam suatu perpisahan, entah karena hendak menghadap Tuhan atau hendak berpergian jauh merupakan suatu wasiat, yaitu pesan yang sangat penting dan harus dilaksanakan. Pada Hari Raya Kenaikan Tuhan ini, kita menerima wasiat dari Yesus yang dengan sangat jelas disampaikan dalam bacaan Injil dan bacaan pertama.
Markus dalam Injilnya menulis pesan Yesus itu demikian, “Pergilah ke seluruh dunia, beritakanlah Injil kepada segala makhluk” (Mrk 16:15). Oleh Lukas, pesan yang sama dirumuskan agak berbeda, “Kamu akan menerima kuasa, dan kamu akan menjadi saksi-Ku di Yerusalem, di seluruh Yudea dan Samaria, bahkan sampai ke ujung bumi” (Kis 1:8). Kedua pesan wasiat bahwa kita harus mewartakan Injil dan menjadi saksi-Nya ini merupakan satu kesatuan.
Kata Injil berasal dari bahasa Yunani euangelion yang berarti kabar baik atau kabar gembira. Dalam konteks iman Kristiani, kabar baik yang dimaksud adalah warta tentang karya keselamatan Allah bagi kita semua yang terlaksana dalam pribadi Yesus Kristus. Maka, seluruh hidup Yesus yang meliputi karya, sengsara, wafat, dan kebangkitan serta kenaikan-Nya ke surga merupakan pelaksanaan karya keselamatan Allah yang harus kita wartakan. Dengan demikian, memberitakan Injil berarti mewartakan Yesus dan mewartakan Yesus itu sama dengan bersaksi atau memberi kesaksian tentang Dia.
Untuk melaksanakan tugas perutusan itu, Yesus tidak membiarkan kita berjuang sendirian. Ia memberikan Roh Kudus-Nya untuk menyertai, membimbing dan meneguhkan kita. Secara istimewa, Roh Kudus itu telah kita terima pada saat kita menerima sakramen baptis (bdk. Kis 1:5) dan semakin disempurnakan dalam sakramen penguatan/krisma. Anugerah Roh Kudus yang kita terima dalam sakramen baptis dan penguatan ini, selalu diperbarui karena setiap saat Tuhan senantiasa mengaruniakan Roh Kudus-Nya kepada kita.
Sebagai orang-orang yang telah menerima anugerah Roh Kudus, kita jangan seperti orang-orang Galilea yang hanya berdiri menatap ke langit atau bahasa Jawanya ndomblong (Kis 1:11). Kita harus pergi mewartakan Injil seperti yang dilakukan para murid, “Maka pergilah para murid memberitakan Injil ke segala penjuru (Mrk 16:20).
Bagaimana pada zaman sekarang kita secara konkret melaksakan tugas untuk mewartakan Injil ini? Ardas KAS yang pertama, tahun 1984-1990 memberikan keterangan demikian, “kepada yang terbuka, siap mewartakan Kristus/Injil; kepada yang tertutup, siap mewartakan yang benar, baik, dan suci; kepada yang keyakinan agamanya kuat, mencoba meningkatkan menjadi orang-orang yang betul-betul baik”. Jadi, mewartakan Injil dan bersaksi tentang Yesus tidak selalu harus secara eksplisit menyebut nama Yesus dan mengajarkan kepada semua orang siapa Dia serta mengajak mereka untuk mengimani-Nya. Cara ini hanya tepat kita lakukan bagi mereka yang terbuka hatinya untuk mengenal dan mengimani Kristus.
Semetara itu, kepada mereka yang tertutup dan keyakinanya kuat (fanatik), pewartaan Injil dan kesaksian kita cukup dengan mewartakan apa yang benar, baik dan suci sesuai dengan yang diajarkan Yesus tanpa secara eksplist menyebut nama-Nya. Tujuannya, supaya kita semua, apa pun keyakinannya, sungguh-sungguh menjadi orang yang benar, baik dan suci. Hal inilah yang ditegaskan oleh St. Paulus dalam bacaan kedua. “Hendaklah kamu rendah hati, lemah lembut, dan sabar. Tunjukkan kasihmu dalam saling membantu. Dan, berusahalah memelihara kesatuan roh dalam ikatan damai sejahtera.” (Ef 4:2-3). Inilah nilai-nilai Injil yang sifatnya universal, diterima semua orang.
Marilah kita tidak ragu-ragu melaksanakan pesan wasiat dari Yesus untuk mewartakan Injil dan menjadi saksi-Nya sesuai dengan konteks kehidupan kita, yakni sesuai dengan situasi kepada siapa kita harus mewartakan (nilai-nilai) Injil dan bersaksi. Yang jelas, kepada siapa pun kita harus mewartakan nilai-nilai universal Injil ini: rendah hati, lemah lembut, sabar, saling mengasihi, saling membantu, dan selalu berusaha memelihara kesatuan dalam damai sejahtera. Kita percaya bahwa “Tuhan turut bekerja dan meneguhkan” usaha-usaha kita (bdk. Mrk 16:20)
Rm. Ag. Agus Widodo, Pr