Hari Raya
Pentakosta/B – Minggu, 27 Mei 2012
Kis 2:1-11; Gal 5:16-25; Yoh 15:26-27;16:12-15
Pengantar
Hari ini adalah hari terakhir dari
Masa Paskah tahun ini. Kita bersama-sama merayakan Pentakosta (=hari ke-50). Dalam tradisi Perjanjian
Lama, Pentakosta dirayakan 7 minggu setelah pesta panen (Im 23:15-21; Ul
16:9-12). Dalam perkembangan, pada “hari ke-50” itu diperingati pula turunnya
Taurat kepada Musa. Sejak umat
Kristen perdana, “hari ke-50” itu dirayakan 7 minggu setelah Yesus bangkit
untuk memperingati turunnya Roh Kudus kepada para murid.
Dengan perayaan Pentakosta, kita diajak
mensyukuri anugerah Roh Kudus yang menjadikan panenan rohani semakin melimpah.
Roh Kudus itulah yang memberanikan para murid bersaksi tentang Tuhan kita Yesus
Kristus sehingga semakin banyak orang percaya kepada-Nya dan diselamatkan. Kita
juga diajak untuk mengalami hidup dalam Roh (tema Novena pra-KEK II hari ke-6)
sehingga kita pun berani untuk bersaksi.
Homili
Hari Raya Pentakosta mengakhiri masa Paskah. Besok pagi, kita
akan melanjutkan masa biasa VIII, Tahun Liturgi B. Meskipun demikian, gema
paskah hendaknya tidak pernah berakhir. Paskah berarti anugerah hidup baru “Seperti Kristus telah dibangkitkan …
demikian juga kita akan hidup dalam hidup yang baru” (Rm 6:4; bacaan
epistula Malam Paskah). Setiap saat, hendaknya kita senantiasa memperbarui diri
dan membiarkan diri diperbarui terus-menerus untuk menjadi lebih baik. Oleh
karena itu, kepada kita diberikan anugerah Roh Kudus, Roh Pembaharu.
Dalam bacaan pertama, Roh Kudus digambarkan turun dalam rupa
tiupan angin keras dan lidah-lidah api (Kis 2:2-3). Lambang-lambang ini
menegaskan bahwa Roh Kudus menerpa dan mengobarkan hati para murid yang sedang
kecewa, kecil hati, dan takut menjadi berani, bersemangat dan siap diutus
dengan gembira. Mereka mengalami buah-buah roh yang memperbarui kehidupan
sebagaimana dinyatakan dalam bacaan kedua: kasih, sukacita, damai sejahtera,
kesabaran, kemurahan, kebaikan, kesetiaan, kelemah-lembutan, dan penguasaan
diri (Gal 5:22-23).
Dalam bacaan Injil, Roh Kudus dinyatakan sebagai Roh
Kebenaran. Sebab, Roh Kudus inilah yang memberi kebijaksanaan dan membuat hati
serta budi menjadi bening sehingga menuntun para murid di jalan yang benar. Selain
itu, Roh Kudus juga memimpin mereka kepada kebenaran. Apa atau siapa kebenaran
itu? Tidak lain adalah Yesus sendiri karena Dia adalah “jalan, kebenaran dan
kehidupan” (Yoh 14:6). Dengan bekal anugerah Roh Kudus itulah, para rasul
dibimbing dan disertai oleh Tuhan untuk memberi kesaksian iman sampai ke
seluruh penjuru dunia sehingga banyak orang percaya kepada Kristus,
mengikuti-Nya, dan diselamatkan.
Anugerah Roh Kudus tidak pernah habis dan tidak hanya
diberikan kepada para rasul. Kepada kita pun, Roh Kudus juga senantiasa
dicurahkan. Saat menerima sakramen baptis, kita menerima Roh Kudus yang
menyatukan kita sebagai warga Gereja. Dengan sakramen krisma, anugerah Roh
Kudus semakin disempurnakan dan kita diutus untuk bersaksi. Dalam setiap
sakramen yang lain pun kita menerima anugerah Roh Kudus. Bahkan, setiap saat,
kalau kita selalu terbuka pada Tuhan, Roh Kudus juga senantiasa dianugerahkan
kepada kita untuk membimbing kita.
Kalau kita mencermati bacaan-bacaan hari ini, ada beberapa
tanda bagi orang yang dipenuhi oleh Roh Kudus.
- Pertama, mempunyai semangat hidup yang berkobar dan menyala-nyala sebagaimana Roh Kudus dilambangkan dengan tiupan angin keras dan lidah-lidah api (Kis 2:2-3).
- Kedua, berkata-kata secara cermat dan tepat sehingga mudah dimengerti oleh orang lain (bdk. Kis 2:4.6.11). Apa yang dikatakan bukan kesombongan yang mengagungkan diri sendiri tetapi perbuatan-perbuatan besar yang dilakukan oleh Allah (Kis 2:11).
- Ketiga, hidupnya selalu diwarnai kasih, sukacita, damai sejahtera, kesabaran, kemurahan, kebaikan, kesetiaan, kelemah-lembutan dan penguasaan diri (Gal 5:22-23).
- Keempat, mencintai kebenaran dan berani bersaksi tentang kebenaran (Yoh 16:13). Selalu mempunyai kebeningan hati dan budi sehingga bertindak dengan bijaksana dan berjalan di jalan yang benar.
- Kelima, mempunyai iman yang mendalam dan tangguh. Sebab, Roh Kudus memimpin kita semakin mengenal dan mengimani Kristus. Ia membimbing kita untuk mendengarkan sabda Tuhan, untuk memuliakan Allah dan untuk mewartakan iman kita (bdk. Yoh 16:14).
Marilah pada hari yang istimewa ini, kita membuka diri selebar-lebarnya
untuk menerima anugerah Roh Kudus dan membiarkan diri dibimbing oleh-Nya.
Dengan demikian, kendati masa Paskah telah berakhir dan kita akan kembali
memasuki masa biasa, hidup kita tidak pernah biasa-biasa saja. Dengan bimbingan
Roh Kudus, kita selalu berkobar untuk mencintai kebenaran dan semakin
memperdalam iman, memperkokoh pengharapan, dan mewujudnyatakan kasih dalam
hidup kita sehari-hari.
Rm. Ag. Agus Widodo, Pr